KONFLIK DAN INTEGRASI: MANAJEMEN KONFLIK PADA SUBAK MULTIKULTUR (Studi Kasus Subak Tegallinggah Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng)

Authors

  • Ratna Artha Windari

DOI:

https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v1i2.4498

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk: 1). mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi
terjadinya integrasi sosial antarpetani Hindu dan Islam di Subak Tegallingah. 2). Untuk
mengetahui bentuk dan sumber konflik antarpetani Hindu dan Islam di Subak Tegallinggah.
3). Untuk mengetahui penanganan konflik yang terjadi terkait dengan superstruktur ideologi,
struktur sosial, infrastruktur material di Subak Tegallinggah. Penelitian ini secara
metodologis menggunakan pendekatan kualitatif, instrumen penelitian dalam penelitian ini,
menggunakan prinsip bahwa peneliti adalah instrumen utama penelitian (human instrumen).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
integrasi sosial antarpetani Hindu dan Islam di Subak Tegallinggah adalah: a). Adanya nilainilai

fundamental agama yang bersumber dari ajaran Tri Hita Karana yang menyangkut
hubungan antara petani dengan Ida Hyang Widhi Wasa (Tuhan), b). Al Qur’an yang
berintikan tentang pentingnya hidup bertoleransi. 2) Bentuk dan sumber konflik antarpetani
Hindu dan Islam di Subak Tegallinggah adalah didominasi masalah pembagian air irigasi.
Konflik yang bersifat laten dapat terungkap dari perbedaan pandangan petani Hindu dan
petani Islam dalam hal pembangunan tempat suci Pura Subak, bersembahyang atau ritual
setiap tahapan (siklus tanaman padi), sesajen atau suguhan. 3) Cara mengatasi konflik di
tingkat persubakan adalah dengan pembuatan (a). awig-awig, yang di dalamnya mengatur
hak dan kewajiban yang anatara petani Hindu dan Islam tanpa memandang perbedaan, (b).
Konflik-konflik yang timbul sedapat mungkin diselesaikan dengan cara musyawarah
(sangkepan), (c) namun campur tangan pemerintah dalam hal ini pembinaan dari Dinas
Pertanian, Sedahan Agung guna terwujudnya toleransi di subak Tegalllingah. (d). Dan yang
tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan kearifan lokal berupa menjaga dan
mengembangkan kebahasaan Nyama Selam dan Nyama Hindu (Bali) dan modal sosial
berupa toleransi, kerja sama, saling percaya.

Downloads

Issue

Section

Articles