Prosiding APTEKINDO
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO
Prosiding Seminar Internasional Aptekindo (Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia)FTK Universitas Pendidikan Ganeshaen-USProsiding APTEKINDO1907-2066PENDIDIKAN BERKELANJUTAN DALAM BIDANG VOKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/5
Pembangunan pendidikan vokasional adalah suatu usaha yang bertujuan untuk mewujudkan<br />masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pembangunan pendidikan<br />vokasional merupakan bagian penting dari upaya menyeluruh dan sungguh-sungguh untuk<br />meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan dalam membangun pendidikan akan<br />memberikan kontribusi besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan.<br />Dalam konteks demikian, pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas:<br />yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik.<br />Pendidikan vokasional adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup<br />dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga<br />negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan<br />pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang<br />berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.<br />Kerwords: Pendidikan Vokasional, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pengembangan PendidikanSumarto SumartoAi Nurhayati
Copyright (c)
2012-04-202012-04-2018Berbagai Model Inovasi Pembelajaran dengan dukungan Teknologi Informasi
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/6
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan merupakan satu terobosan yang luar<br />biasa. Dukungan teknologi informasi ini diharapkan dapat menjadi suatu inovasi dalam pembelajaran<br />dengan banyak melibatkan komponen-komponen teknologi informasi didalamnya. Teknologi informasi<br />berhubungan erat dengan sistem, teknologi informasi menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian<br />informasi, jangkauan yang global, fleksibel dalam pengunaannya. Oleh karena itu dalam era<br />globalisasi sektor pendidikan pun tak luput dari jangkauannya, yaitu dengan melibatkan teknologi<br />didalamnya dapat menghasilkan suatu sistem pendidikan.<br />Dalam tulisan ini dibahas mengenai model pendidikan yang melibatkan teknologi informasi<br />meliputi pengertian dari elearning, distance learning dan multimedia classroom, beberapa keuntungan<br />dari ketiga sistem pembelajaran ini. Dan juga disertakan arsitektur sederhana dari sistem<br />pembelajaran dengan elearning, distance learning dan multimedia classroom serta komponen<br />pendukung. Dengan demikian, jelas sudah bahwa ketiga sistem pembelajaran ini yaitu elearning,<br />distance learning dan multimedia classroom adalah suatu sistem pembelajaran yang dapat<br />meningkatkan inovasi dalam pembelajaran diera globalisasi saat ini, dimana belajar atau berinteraksi<br />antara dosen dan mahasiswa tidak lagi dipisahakan oleh jarak, ruang dan waktu.<br />Kata Kunci: inovasi, elearning, distance learning, multimedia classroomAgus Lahinta
Copyright (c)
2012-04-202012-04-20916PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL CALON GURU SMK SBI (SMK SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL) MELALUI KETERAMPILAN MERANCANG DAN MENGEMBANGKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF OFFLINE BILINGUAL TEKNOLOGI DASAR
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/7
Penelitian tahap pertama ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia interaktif offline bilingual<br />teknologi dasar dan model pembelajarannya. Model pembelajaran teknologi dasar berbantuan MMI<br />offline bilingual yang dirancang dan dikembangkan menitikberatkan tidak hanya pada upaya<br />pencapaian kompetensi profesional, tetapi juga dalam upaya peningkatan relevansi dengan tuntutan<br />dunia kerja bidang teknik yang bersifat lokal dan global, sehingga hasil pendidikan dapat<br />dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Model multimedia interaktif offline bilingual teknologi dasar<br />dirancang untuk mereduksi miskonsepsi pada pembelajaran teknologi dasar dan meningkatkan<br />kompetensi profesional calon guru teknik di SMK. Sampel penelitian adalah mahasiswa, dosen, guru<br />sekolah menengah kejuruan SBI, stake holder perusahaan dan bengkel teknik yang diambil secara sampel<br />bertujuan (purposive sampling). Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian, meliputi:<br />wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kompetensi profesional<br />bidang teknologi dasar di perguruan tinggi kependidikan kurang relevan dengan tuntutan industri dan<br />sekolah menengah kejuruan tercermin dari struktur kurikulum dan kompetensinya; (2) topik bahan ajar<br />multimedia interaktif offline bilingual teknologi dasar yang terpilih sebagai sampel adalah sistem air<br />conditioning (AC), karena link sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi dan perusahaan/bengkel<br />teknik; (3) model pembelajaran teknologi berbantuan multimedia interaktif offline bilingual yang sesuai<br />untuk teknologi dasar adalah model drill dan simulasi. Implikasi penelitian adalah peningkatan<br />kompetensi profesional calon guru otomotif di SMK SBI dapat diupayakan melalui kemampuan guru<br />merancang dan mengembangkan multimedia interaktif bilingual dan pembelajarannya.<br />Kata-kata kunci : kemampuan profesional, multimedia interaktif offline bilingual<br /><br />Wahid Munawar
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21Strategi Mempersiapkan Guru SMK RSBI :
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/8
<span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><p>Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pendahuluan SMK RSBI di Propinsi DKI Jakarta pada bulan September – Oktober 2009. Jumlah SMK yang diteliti sebanyak 6 SMK terdiri dari Bidang Keahlian Teknik, Manajemen, dan Pariwisata. Metodologi penelitian kualitatif diterapkan terhadap pimpinan SMK RSBI yang ditetapkan untuk menggali tuntutan mereka terhadap guru LPTK</p><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><font face="TTE1899B00t00" size="2"><p>Kata kunci:</p></font></span></span><span style="font-family: TTE1CDB200t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1CDB200t00; font-size: x-small;">LPTK, Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan dan Pendidikan Vokasi</span></span></span></span></span><span style="font-family: TTE1CDB200t00; font-size: x-small;"> </span><p> </p>Bambang Dharmaputra
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PRODUKSI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/9
<span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><p>Dalam pembelajaran teknologi terapan, model yang dianggap tepat adalah yang lebih mendekatkan pada wilayah pekerjaan secara langsung, yakni pembelajaran di lapangan kerja langsung atau setting yang sama dengan lapangan kerja. Untuk itu dalam konteks pembelajaran teknologi, penting dilakukan penelitian yang ditujukan untuk memperoleh alternatif model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik mata kuliah khususnya pada teknologi terapan.</p><p>Temuan penelitian memperlihatkan satu alternatif pembelajaran yakni pembelajaran berbasis produksi dengan pendekatan asesmen portofolio, yakni secara kualitatif memberikan peningkatan kualitas dan kebermaknaan pembelajaran, khususnya pengalaman pembelajaran yang mengkaitkan mahasiswa praktikan dengan pekerjaan atau benda kerja sesuai dengan standar dan spesifikasi lapangan. Dalam konteks hasil lainnya dilihat dari proses dan produk pembelajaran, secara rerata terdapat kecenderungan bahwa kompetensi yang dinilai dari portofolio kinerja yang dimiliki mahasiswa, serta pada produk akhir berupa benda kerja masuk pada kategori yang termasuk baik.</p><p>Ditemukan juga beberapa faktor yang menentukan keberhasilan penerapan model, yakni: pada kompetensi dosen/instruktur, kesiapan mahasiswa, ketersediaan peralatan dan ketersediaan bahan sesuai spesifikasi konstruksi dan dari sisi finansial.</p></span></span>Dedy Suryadi
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21STUDI IMPLEMENTASI EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/10
<span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><p>Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran keterlaksanaan evaluasi berbasis kompetensi pada SMKN 6 Bandung Bidang Keahlian Teknik Bangunan. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode deskriptif eksploratif dan teknik statistik presentase ditemukan bahwa implementasi evaluasi berbasis kompetensi masuk pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian tuntutan agar ada kesesuaian dengan model kurikulum (KTSP) berbasis kompetensi sudah terlaksana. Namun dalam operasionalnya ada kendala kendala yang muncul dengan adanya keharusan untuk melibatkan pihak internal dan eksternal dalam proses verifikasi dan uji kompetensinya. Selain itu faktor pendanaan menjadi persoalan tersendiri karena diperlukan anggaran dalam proses uji kompetensi karena melibatkan pihak luar (Asosiasi Jasa Konstruksi, Departemen Pendidikan Nasional, dan lembaga lainnya ).</p></span></span>Suryana DehaRis R Mulyana
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21KONSEP PEMIKIRAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI UNTUK MENGHADAPI TUNTUTAN DUNIA KERJA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/11
<span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><span style="font-family: TTE1899B00t00; font-size: x-small;"><p>Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, untuk kedepan, bahwa perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat menengah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja baik di industri maupun dunia usaha.</p><p>Saat ini masih ada kesan bahwa lulusan SMK, tingkat keterampilannya masih belum baik dan dikhawatirkan kalah bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang ada. Dengan kualitas lulusan SMK yang baik diharapkan mereka tidak hanya bekerja di Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di luar negeri.</p><p>Sering terdengar bahwa disatu sisi lulusan SMK cukup banyak, akan tetapi disisi lain lulusan yang mampu mandiri dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya masih sangat sedikit (terbatas). Tidak heran bahwa siswa-siswa SMK yang telah tamat (lulus) banyak yang tidak bekerja (menganggur), hal tersebut dikarenakan mereka belum mampu untuk menciptakan lapangan kerja sendiri (mandiri) demikian juga mereka belum siap untuk bekerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja.</p><p>Kesiapan ini tampak dari kualitas/mutu lulusan SMK masih perlu ditingkatkan, yaitu baik dari kemandiriannya maupun dari tingkat penalarannya. Sejalan dengan pernyataan di atas perlu ada langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga sesuai dengan harapan masyarakat maupun dunia usaha dan industri.</p><p>Peningkatan mutu pendidikan, menyangkut pengendalaian komponen-komponen pendidikan yang menunjang terpenuhinya mutu pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja. Komponen-komponen tersebut terdiri atas kebijakan mutu pendidikan, kurikulum, pembelajaran, fasilitas pendidikan, peserta didik, dan pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah kemampuan lulusan, sedang kriteria mutu lulusan adalah deskripsi kemampuan (kinerja) yang dituntut dunia kerja. Pengendalian mutu merupakan teknik dan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.</p><p>Kesimpulannya adalah dalam rangka pengembangan pendidikan vokasi untuk menghadapi tututan dunia kerja maka kualitas lulusan pendidikan sekolah menengah kejuruan (vokasi) perlu ditingkatkan sehingga lulusannya siap untuk memasuki dunia kerja. Para pelaksana pendidikan harus melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan program kerja yang telah disusun, yaitu melalui perencanaan program pendidikan, pelaksanaan program, evaluasi program, dan tindak lanjut yang harus ditempuh untuk kearah penyempurnaan dan kemajuan pendidikan vokasi.</p></span></span>I Wayan Ratnata
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21PARTNERSHIPS LPTK-PTK DENGAN SMK MELALUI INTERNSHIPS SEBAGAI STRATEGI DALAM PENYIAPAN GURU SMK RSBI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/12
<span style="font-family: TTE18AFF90t00; font-size: x-small;"><p> </p></span><p>Sesuai amanat Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,<br />khususnya pasal 50 ayat 3, maka sejak tahun 2004, pemerintah telah mengembangkan program<br />tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), termasuk untuk Sekolah Menengah Kejuruan<br />(SMK) dan memfasilitasi sekolah yang berpotensi untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).<br />Kebijakan tersebut berimbas terhadap penyediaan dan pengembangan sumber daya yang<br />dibutuhkan, khususnya guru/pendidik. Guru yang dibutuhkan untuk sekolah RSBI atau SBI, harus<br />memiliki standar kompetensi pendidik yang sesuai dengan standar nasional pendidikan ((kompetensi<br />paedagogis, kompetensi personal, kompetensi professional, dan kompetensi sosial) dan diperkaya<br />dengan standar-standar yang bertaraf internasional. Untuk menyiapkan guru yang memenuhi tuntutan<br />tersebut, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan-Pendidikan Teknologi Kejuruan (LPTK-PTK)<br />sebagai lembaga penghasil guru teknologi dan kejuruan memiliki peran strategis, tetapi sekaligus<br />menjadi tantangan, bahan kajian dan pemikiran bagi LPTK-PTK, guna menghasilkan lulusan/guru<br />yang memiliki kompetensi sesuai tuntutan lapangan.</p><p>Keberadaan LPTK-PTK sebagai lembaga yang mendidik dan menghasilkan calon guru, tidak<br />dapat dipisahkan dengan SMK sebagai lembaga tempat melatih calon guru. Oleh karena, kedua<br />lembaga tersebut sama-sama bertanggung jawab terhadap penyiapan guru berkualitas, khususnya<br />guru kejuruan. Sehubungan dengan itu, kemitraan (partnerships) antara kedua lembaga tersebut<br />harus terus dijalin dan dikembangkan. Selain itu, hubungan dan kemitraan antara kedua lembaga<br />tersebut harus sinergi dan harmonis. Artinya, antara kedua lembaga tersebut harus ada keterbukaan<br />dan kesamaan visi dalam menghasilkan guru kejuruan sesuai yang dibutuhkan lapangan. Hal ini<br />dimaksudkan, agar keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara apa yang dibekalkan<br />kepada para peserta didik di LPTK dengan kompetensi yang menjadi tuntutan di sekolah dapat<br />terwujud. Untuk itu, adanya program kemitraan antara LPTK-PTK dengan SMK, diharapkan dapat<br />menjadikan suatu hubungan timbal balik yang menguntungkan. Permasalahannya adalah: 1)<br />Bagaimana peran LPTK PTK dalam menyiapkan guru SMK RSBI? 2) Bagaimana peran SMK sebagai<br />lembaga tempat melatih calon guru dalam menyiapkan guru SMK RSBI? dan 3) Bagaimana wujud<br />partnerships antara kedua lembaga dalam penyiapan guru SMK RSBI? Untuk menyiapkan guru<br />kejuruan yang berkualitas.<br />Kata Kunci: Partnerships, Internships, Guru SMK RSBI</p>Yayat Yayat
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21RANCANG BANGUN SISTEM SERVER PULSA ELEKTRIK UNTUK BISNIS PULSA PADA TINGKAT AGEN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/13
<p>Dalam dunia bisnis pulsa elektrik terdapat pengklasifikasian seller, dimana setiap seller atau<br />penjual memiliki tingkatan tertentu, mulai dari Master Dealer, Dealer, Sub Dealer, dan Agent/Retailer.<br />Pelaku bisnis tingkat agen biasanya memiliki jaringan penjualan tertentu saja, mereka melakukan<br />penjualan hanya kepada orang-orang yang mereka kenal sehingga proses penjualan dapat dilakukan<br />tanpa harus bertemu langsung dengan pelanggan. Seorang pelanggan dari seorang agen bisa<br />meminta pulsa lewat SMS kepada agen, tetapi terkadang seorang agen tidak memegang handphone<br />penghasil uangnya, sehingga menyebabkan permintaan pulsa dari pelanggan datang terlambat<br />bahkan sangat terlambat, hal ini merupakan gangguan diluar teknis perangkat network. Sistem server<br />pulsa elektrik untuk bisnis pulsa pada tingkat agen ini dirancang bertujuan untuk menghindari<br />keterlambatan pemenuhan permintaan pulsa dari pelanggan kepada agen akibat dari kesalahan agen<br />tersebut, dimana sistem ini dibangun berbasiskan mikrokontroler ATMega8535 dengan Siemens M35i<br />sebagai terminal Receiver Transmitter-nya, dan bahasa program yang digunakan adalah bahasa C,<br />menggunakan CodeVision V2.03.4 Standard Compiler dan komponen antar muka digunakan RS 232<br />berfungsi sebagai penghubung antara ponsel dengan mikrokontroler. Daya yang dibutuhkan untuk<br />seluruh sistem 1,25 watt. Prinsip kerja :seorang pelanggan cukup mengirimkan SMS dengan format<br />tertentu apabila ingin melakukan permintaan pulsa kepada agen , maka agen server system (HP<br />Siemens M35i) akan merespon SMS pelanggan tersebut kemudian data tersebut diproses oleh<br />sistem minimum ATmega 8535 dan data tersebut dikirimkan kembali oleh HP Siemens M351 ke main<br />server system. Lalu main server system merespon SMS dari agen dan akan mengirimkan pulsa<br />kepada pelanggan sesuai dengan jenis dan nominal yang diminta oleh pelanggan. Secara sederhana<br />proses kerja dari sistem ini hanya menggantikan permintaan pulsa dari agen ke server utama yang<br />awalnya dilakukan dengan mengirimkan SMS secara manual menjadi otomatis, dengan syarat bahwa<br />SMS yang dikirim oleh pelanggan sesuai dengan format yang ditentukan dan nomor ponsel<br />pelanggan tersebut terdaftar pada sistem server agen ini. Pengujian dilakukan terutama kesesuaian<br />baudrate antara ponsel dengan mikrokontroler, baudrate ponsel dengan mikrokontroler telah sesuai,<br />yaitu sebesar 19200 bps dengan error 0%. Berdasarkan hasil pengujian tingkat keberhasilan sistem<br />minimum ini masih belum maksimal, hanya mencapai 80% karena penyusunan program masih belum<br />sempurna. Pada rancangan selanjutnya sistem minimum ini akan dikembangkan lagi dan diperbaiki<br />sehingga benar-benar dapat diaplikasikan sebagai server pulsa tingkat agen yang dapat berfungsi<br />secara maksimal dan handal.</p><p>Kata kunci : mikrokontroler, agen server system, dan main server system</p>Yoyo SomantriIwan Kustiawan
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21STRATEGI DAN PERAN LPTK DALAM PENYIAPAN GURU VOCATIONAL DI SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/14
Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu persaingan antar lembaga pendidikan<br />akan semakin berat. Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang<br />semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi LPTK untuk mengupayakan cara-cara untuk<br />meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, dengan strategi dan<br />peningkatan mutu LPTK. Dalam menggerakkan segala kemampuan di dalam lembaga pendidikan<br />untuk mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur<br />pelaku proses mencapai mutu. Oleh karena itu, sebaiknya calon guru membekali diri dengan<br />pengalaman di luar disiplin ilmunya dan membuka diri untuk dunia usaha. LPTK diharapkan mampu<br />memperluas jaringan kerja sama tidak hanya dengan lembaga-lembaga kerja kependidikan, tetapi<br />juga nonkependidikan seperti perusahaan dan pemda (pemerintah daerah). Pendidikan vocational<br />diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi tantangan<br />masa depan. Oleh karena itu LPTK dapat memberikan sumbangsih sebesar-besarnya bagi<br />tercapainya kondisi tinggal landas bagi sekolah kejuruan melalui dikuasainya trilogi profesi oleh para<br />pendidik, serta dikemasnya pengelolaan satuan pendidikan melalui pengelolaan pendidikan berbasis<br />kinerja. Guru atau pendidik harus menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi (Prayitno,<br />2007), yaitu komponen dasar keilmuan, komponen substansi profesi dan komponen praktik profesi. Di<br />samping itu, pengelolaan pendidikan diharapkan mampu memberdayakan para pendidik yang<br />profesional itu, untuk menyelenggarakan tugas keprofesionalannya sesuai dengan trilogi profesi<br />masing-masing.<br />Kata Kunci : Strategi, LPTK, Penyiapan , Guru, Vocational.Yani Achdiani
Copyright (c)
2012-04-212012-04-21STRATEGI PROGRAM STUDI TATA BOGA DI LINGKUNGAN LPTK UNTUK MEMPERTAHANKAN AKREDITASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/38
Program Studi merupakan penentu kesuksesan suatu universitas.Setiap program studi<br />mempunyai misi yang memberikan gambaran tentang masa depan. Program Studi mempunyai tujuan<br />dan sasaran yang direfleksikan dalam bentuk out come Program Studi. Strategi serta keberhasilan<br />pelaksanaannya diukur dengan standar yang terdiri dari beberapa parameter yang mencakup<br />komitmen program studi untuk memberikan layanan prima dan efektivitas pendidikan yaitu: Visi, Misi,<br />Tujuan dan Sasaran serta Strategi Pencapaian, Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan<br />dan Penjaminan Mutu, Mahasiswa dan Lulusan, Sumber Daya Manusia, Kurikulum, Pembelajaran<br />dan Suasana Akademik, Pembiayaan, Sarana dan Prasarana serta Sistem Informasi, Penelitian,<br />Pelayanan/Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama<br />Dalam menjalankan visi,misi, program studi tata boga harus mampu mempertahankan<br />akreditasi melalui strategi yang terencana dan meliputi komponen yang ada dari program studi tata<br />boga. Yaitu dengan peningkatan pengabdian masyarakat, penelitian,profil lulusan dengan ketepatan<br />waktu penyelesaian studi sesuai dengan batas masa akhir studi. Untuk mendukung kurkulum, bahan<br />ajar, fasilitas, mencari income generating melalui hibah, memaksimalkan laboratorium yang ada<br />sehingga dapat membiayai sendiri, serta mengadakan pelatihan-pelatihan.Saat ini Program Studi Tata<br />Boga mendapat nilai akreditasi A, akan tetapi untuk mempertahankan nilai tersebut perlu adanya<br />peningkatan kinerja dosen sehingga akreditasi bias dipertahankan<br />Keywords: Program studi, Akreditasi, StrategiNurlaila Abdullah Mashabi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24IMPLEMENTASI SERTIFIKASI ISO UNTUK LABORATORIUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI KEJURUAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/39
Diakuinya suatu hasil analisis dan tuntutan konsistensi level kualitas serta standar yang<br />ditetapkan oleh para pelanggan menyebabkan laboratorium uji/kalibrasi berusaha untuk menjadi<br />laboratorium yang terakreditasi. Sertifikat ISO, terutama ISO/IEC 17025:2005 untuk laboratorium,<br />merupakan prasarat utama suatu hasil analisis diakui oleh suatu lembaga yang mensyaratkan mutu<br />yang reliabel. Laboratorium uji dan kalibrasi perlu diakreditasi, untuk memberi kepercayaan atas data<br />hasil uji yang dikeluarkan laboratorium. Agar pengguna data percaya bahwa data yang dihasilkan<br />dapat dipercaya, maka laboratorium harus diakreditasi.<br />Data yang dihasilkan oleh laboratorium yang telah diakreditasi harus bisa<br />dipertanggungjawabkan secara hukum. Hal itu dikarenakan data yang dihasilkan oleh suatu<br />laboratorium terakreditasi telah melalui sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan sesuai ISO<br />17025. Di dalam ISO 17025, hampir semua hal yang mempengaruhi kualitas data dikendalikan<br />sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi bias dihindari atau diminimalisasi.<br />Laboratorium di lingkungan LP/PTK sebagian besar hingga saat ini masih berfungsi sebagai<br />laboratorium praktek.<br />Pengembangan laboratorium jasa analisis terakreditasi di LP/PTK yang dalam peranannya<br />akan diaplikasikan sebagai laboratorium untuk pengabdian pada masyarakat dapat diwujudkan.<br />Seiring dimulainya langkah-langkah implementasi serta proses sertifikasi dengan konsisten dan<br />efektif, maka langkah laboratorium untuk terakreditasi semakin jelas dan nyata.Ridawati -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN MODEL SERTIFIKASI GURU SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/40
Dalam era globalisasi sekarang ini tantangan dan persaingan diberbagai bidang kehidupan<br />sangatlah ketat agar kita mampu bertahan dan tetap eksis kita harus mampu merespon berbagai bentuk<br />perubahan tersebut dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dan inofatif lewat<br />pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu<br />pendidikan formal yang dijalankan di Indonesia adalah jalur pendidikan kejuruan. Peranan guru sebagai<br />ujung tombak pelaksanaan pendidikan disekolah sangatlah menentukan keberhasilan pencapaian tujuan<br />pendidikan yang telah ditetapkan.<br />Guru yang sangat dibutuhkan disini adalah guru yang professional yang mempunyai standarisasi<br />pendidikan yang baik. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional, akan dapat diberikan<br />manakala guru tersebut memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang<br />dipersyaratkan. Dengan demikian guru yang profesional adalah guru yang rnemperoleh pengakuan<br />secara formal dan lembaga yang berwenang. Jadi salah satu syarat guru yang professional itu adalah<br />telah memperoleh sertifikasi guru setelah melengkapi persyaratan yang ditetapkan. Sertifikasi ini<br />diberikan baik kepada guru pada semua jenjang pendidikan termasuk terhadap guru SMK.<br />Kata kunci : Sertifikasi Guru, Pendidikan SMKH. MukhidinYetni Marlina
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGEMBANGAN DUNIA USAHA DI BIDANG PANGAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/41
Pendidikan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan dunia usaha. Hal ini karena para lulusannya<br />memang diharapkan bisa langsung mengisi kesempatan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia<br />industri. Perkembangan kebutuhan masyarakat atas SDM yang berkualitas secara perlahan tetapi pasti<br />semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang<br />tidak hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri. SDM yang dibutuhkan<br />saat ini adalah SDM yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal kemampuan untuk perpikir<br />dan kesiapan para lulusan baru bekerja di dunia usaha/industri. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh<br />dari dunia usaha, ternyata menunjukkan bahwa suatu kompetensi yang dimiliki angkatan kerja<br />dibutuhkan oleh dunia kerja. Pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang<br />siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri, pendidikan mesti<br />juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya<br />maupun orang lain yang dapat mengembangkan usaha dalam bidang pangan, baik berupa produk<br />mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi merupakan kegiatan yang memiliki prospek sangat<br />baik. Hal ini disebabkan oleh karena selama manusia hidup akan selalu memerlukan pangan untuk<br />kebutuhan fisiknya. Jadi usaha dalam bidang pangan orientasinya bisa seumur hidup.<br />Kata Kunci : Pendidikan Tinggi, Dunia Usaha, PanganAna Rahmi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/42
Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi merupakan urgensi yang mendesak untuk<br />segera dilakukan perbaikan. Peningkatan mutu itu pada dasarnya dapat dilakukan dengan strategi<br />merubah salah satu dari subsistem : manusia, struktur, teknologi, dan proses organisasi. Pendidikan<br />dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan<br />atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu<br />mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan<br />dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Untuk mewujudkannya, perlu sinergi dengan banyak<br />pihak. Strategi peningkatan lulusan bermutu di perguruan tinggi, perubahan itu dilakukan pada<br />subsistem manusia dan teknologi, yang meliputi: (1) mahasiswa yang di didik; (2) dosen sebagai<br />pendidik dan pengajar; dan (3) sarana dan prasarana.<br />Kata Kunci : Pendidikan, Peningkatan Mutu, Perguruan TinggiSurniati Chalid
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24KONSTRUKTIVISME DAN SEKOLAH KEJURUAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/43
Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah menengah kejurusan tidak hanya dituntut<br />untuk dapat mengajar dan mengembangkan pembelajaran, melainkan harus memiliki kemampuan<br />keahlian yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai sumber daya manusia yang ada di<br />sekolah (SMK) mempunyai peranan yang sangat menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam<br />mencapai tujuan pendidikan, karena guru adalah pengelola pelaksana pembelajaran bagi para sisawa.<br />Upaya pengembangan SMK hingga mencapai 70% dibandingkan dengan SMU, tentunya akan<br />membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya, sehingga pengelolaan SMK akan<br />mencapai efisien dan efektivitas yang tinggi. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan (SMK) untuk<br />mencapai tujuan yang diinginkan tidak hanya tergantung pada gedung yang megah, media pembelajaran<br />yang lengkap, peralatan praktik yang canggih, kurikulum yang baik, serta sarana pembelajaran lainya<br />yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada sumber daya manusia yang mengelola lembaga<br />pendidikan tersebut. diantara sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan pada kegiatan<br />pembelajaran di SMK adalah Guru.ADIKAHRIANI -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PROFIL PROGRAM STUDI TATA RIAS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/44
Tujuan dari jurusan PKK Prodi Tata Rias untuk menghasilkan lulusan yang profesional baik<br />melalui pre service maupun in service education, menghasilkan konsep-konsep pengembangan<br />pendidikan melalui pengkajian keilmuan dan penelitian. Jumlah mahasiswa Tata Rias pada tahun<br />pertama (2007) sebanyak 9 orang yang hingga saat ini berjumlah 2 orang, tahun kedua (2008)<br />sebanyak 81 orang dan yang mendaftar ulang 66 orang, sedang tahun ketiga (2009) sebanyak 62<br />orang yang sebagian besar didominasi dari provinsi Sumatera Utara. Kualitas bahasa Inggris<br />mahasiswa belum dapat diketahui karena belum pernah dilakukan test TOEFEL.<br />Prodi Tata Rias Jurusan PKK yang memiliki 5 orang dosen tetap, 20 orang dosen yang aktif<br />dan merupakan dosen prodi Tata Boga dan Prodi Tata Busana, 6 orang dosen luar biasa yang diambil<br />dari jurusan pendidikan Seni Rupa, pendidikan Kimia, Pendidikan Olah Raga dan praktisi, saat ini 1<br />orang sedang mengikuti program studi lanjut S2. Kurikulum yang digunakan di jurusan Pendidikan<br />Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi Sistim Blok terdiri dari 150<br />SKS dengan lama studi 8 semester. Beberapa materi mata kuliah yang terdapat dalam kurikulum<br />masih terdapat yang saling tumpang tindih, penempatan mata kuliah prasyarat dengan mata kuliah<br />lanjutan yang belum memadai dan lingkup kedalaman yang belum optimal.<br />Perangkat kurikulum yaitu Silabus dan SAP masih belum terarah kepada kebutuhan pasar,<br />sehingga perlu diusahakan pengembangan profesionalisme para lulusan setiap materi mata kuliah<br />dalam rumpun belum secara khusus dibicarakan dalam forum pertemuan Kelompok Bidang Kajian<br />(KBK). Kegiatan proses belajar mengajar pada program studi Tata Rias dilakukan oleh staff dosen<br />yang sekaligus merupakan staff pengajar pada Program Studi Tata Busana dan Program Studi Tata<br />Boga dan ditambah dengan dosen luar biasa. Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap hari Senin<br />sampai jum’at, untuk tiap kali pertemuan dosen telah menyiapkan Kontrak Kuliah, SAP sesuai dengan<br />silabus yang ada. Pertemuan kuliah dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dan pada pertemuan ke-4,<br />8, 12, diadakan test formatif dan pertemuan ke-16 ujian final (Test formatif IV). Praktek Kerja Industri<br />adalah salah satu dari mata kuliah yang dilakukan pada semester VII (4 sks), dianjurkan mahasiswa<br />mencari tempat praktek sesuai dengan bidangnya setelah selesai mahasiswa harus membuat laporan<br />yang menyangkut pekerjaan yang dilakukan di lapangan yang dibimbing oleh satu orang dosen dan<br />laporan tersebut diseminarkan.Siti Wahidah
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI KOTA MEDAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/45
Dalam peningkatan mutu pendidikan kejuruan telah pula digariskan kebijakan mengenai<br />pemerataan kesempatan pendidikan yang bukan hanya menambah fasilitas pendidikan secara<br />kuantitatitif, melainkan juga keseluruah komponen secara kualitatif. Dengan kata lain adalah pemerataan<br />kesempatan pendidikan yang bermutu pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Termasuk dalam<br />kebijakan ini adalah pengembangan pendidikan kejuruan (SMK).<br />Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar<br />lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau bidang-bidang pekerjaan lainnya. Ketika<br />seorang siswa masuk pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka siswa tersebut mampu<br />memperoleh pengetahuan dan bagaimana dapat mengembangkan potensi dirinya.<br />Pola pendidikan di SMK seyogyanya dikemas dalam bentuk paket keterampilan yang berlapis<br />dan berjenjang, dengan menerapkan prinsip multi entry-multi exit. Pola ini memungkinkan siswa SMK<br />yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis<br />kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka siswa tersebut dimungkinkan<br />meninggalkan sekolah. Dan kalau siswa tersebut ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan program<br />SMK-nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui<br />keahlian yang diperoleh siswa yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya.Ermidawati -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24UPAYA PERCEPATAN DAYA SERAP LULUSAN FAKULTAS TEKNIK MELALUI OPTIMALISASI PERAN BURSA KERJA KHUSUS UNJ SEBAGAI MITRA DARI DUNIA USAHA DAN INDUSTRI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/46
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta<br />untuk membentuk lembaga dengan nama Employment Service Center atau Bursa Kerja Khusus<br />(BKK). Lembaga ini bertugas untuk mempertemukan pencari kerja dengan dunia usaha dan industri<br />secara online untuk tingkat Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan<br />semakin berkembangnya teknologi informasi di dunia, penggunaan media informasi melalui elektronik<br />semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan proses penerimaan pekerjaan pun bergeser ke media<br />informatika. Semakin menjamurnya informasi lowongan pekerjaan melalui jaringan-jaringan website<br />pencari kerja seperti karir.com, carijob.net, jobspromo.com, dll. Untuk mempercepat lulusan Fakultas<br />Teknik UNJ terserap di dunia kerja, maka BKK UNJ memberikan layanan antara lain : 1) Layanan<br />informasi kerja, 2) Jobfair, 3) Recruitment, 4) Assesment, 5) Training, career dan professional<br />development, serta 6) Hubungan alumni. Selain 6 bentuk layanan di atas BKK juga memiliki 3<br />program khusus, yaitu : Pelatihan untuk program CSR, Program Pembinaan Kewirausahaan<br />Mahasiswa (PPKM), dan Program Pembinaan Usaha Kecil Menengah (PPUKM).<br />Adapun bentuk pelayan yang telah dilaksanakan oleh BKK dalam kurun waktu setahun bekerja<br />sama dengan beberapa dunia usaha dan industry antara lain : jobfair, studi banding, seminar dan<br />pelatihan baik untuk lulusan maupun pengurus BKK, penyusunan data base alumni dan perusahaan,<br />perekrutan, penerimaan anggota serta peningkatan sarana dan prasarana.Ari Istianyani
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DALAM MEMPERSIAPKAN GURU SMK RSBI GUNA MEMENUHI TUNTUTAN STANDAR PROSES
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/47
Guru sebagai pendidik, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun<br />2003 Bab XI Pasal 39 – Ayat (2) dirumuskan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang<br />bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,<br />melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada<br />masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Berdasarkan isi UU SISIDIKNAS tersebut<br />di atas, pengembangan desain pembelajaran atau perencanaan pengajaran merupakan langkah awal<br />yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugas profesinya.<br />Dengan desain pembelajaran yang sistematis diharapkan akan memperlancar proses<br />pembelajaran, di mana pembelajaran tersebut merupakan suatu sistem, yang salah satu sub<br />sistemnya adalah perencanaan pengajaran, atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).<br />Sementara itu, penyusunan RPP yang harus dikembangkan guru-guru SMK dalam rangka memenuhi<br />tuntutan “standar proses” adalah RPP berbasis kompetensi. Hal ini harus disikapi secara profesional<br />oleh guru-guru SMK yang akan menerapkan Rintisan Standar Bertaraf Internasional (RSBI) atau<br />bahkan Standar Bertaraf Internasional (SBI).<br />Sebagai salah satu syarat sekolah RSBI adalah harus menerapkan manajemen International<br />Standard Organization (ISO), di mana dalam manajemen ISO, apa yang dilakukan harus berdasarkan<br />apa yang tertulis (terencana) atau apa yang direncanakan harus dilaksanakan. Dengan demikian, apa<br />yang dilakukan oleh guru di dalam kelas harus berdasarkan desain pembelajaran.<br />Kata Kunci: Desain Pembelajaran, Berbasis Kompetensi, Standar Proses, RSBIAmay Suherman
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24POTENSI MAHASISWA PROGRAM STUDI TATA BOGA DALAM RANGKA MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/48
Perguruan Tinggi, seperti juga organisasi lainnya, tidak dapat menghindar dari arus perubahan,<br />baik perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar lingkungan Perguruan Tinggi. Semakin maju suatu<br />Negara maka semakin banyak orang yag berpendidikan, dan semakin banyak pula orang-orang yang<br />tidak memiliki pekerjaan. Maka semakin dirasakan pentingya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih<br />mantap bila ditunjang oleh wirausahawan, karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah<br />tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan, kerena sangat banyak memerlukan<br />anggaran belanja, SDM dan pengawasanya.<br />Banyak cara bisa dilakukan untuk mengembangkan sifat dan sikap kewirausahaan. Beberapa<br />saran berikut dapat digunakan untuk mengembangkan sikap dan mental apabila anda ingin menjadi<br />wirausaha sukses: a. Bersikap positif terhadap pekerjaan; Sikap positif terhadap pekerjaan akan<br />menjadikan pekerjaan tersebut menggairahkan, menarik dan memberi kepuasan; b. Menyempatkan diri<br />untuk merenungkan kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan; Lakukan setiap hari selama 10 menit<br />sebelum anda tidur; c.Kembangkan rasa humor; d. Pusatkan pikiran untuk menyelesaikan berbagai<br />masalah; e. Bergaulah dengan orang-orang yang berpikir positif dan berprofesi sebagai wirausaha; f.<br />Menjauhi pikiran dan ide-ide negatif. Ketahuilah bahwa berpikir negatif terhadap sesuatu hal, akan<br />menghalangi anda untuk meraih peluang yang ada; g. Harus selalu awas terhadap peluang-peluang<br />untuk memperbaiki keadaan baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan kerja maupun dalam kehidupan<br />masyarakat; h. Jangan takut meninggalkan suatu ide, jika tidak menghasilkan sesuatu yang benar; i.<br />Percayalah pada diri dan bakat yang dimiliki. Sukses akan datang pada diri sendiri dan bakat yang<br />dimiliki. Sukses akan datang pada orang yang percaya pada kemampuannya dan menggunakan<br />kemampuan itu sepenuhnya; j. Mengetahui cara menemukan kepuasan dan bangga akan pekerjaan serta<br />prestasinya. Ingat, sekecil apapun usaha itu, lakukanlah dengan bangga.<br />Keywords : Perguruan Tinggi, KewirausahaanNur RiskaMahdiyah -Sachriani -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENDIDIKAN BERKELANJUTAN ( CONTINUING EDUCATION ) DALAM BIDANG VOKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/49
Pendidikan berkelanjutan (continuing education) dalam bidang vokasi, merupakan salah satu<br />prioritas pemerintah dalam upaya pengembangan pendidikan, sumber daya manusia (SDM), dan<br />meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia secara merata sesuai dengan visi dan misi<br />pendidikan yang telah dirumuskan. Kecakapan Vokasional seringkali disebut dengan kecakapan<br />kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat dalam<br />masyarakat. Pendidikan vokasi dari berbagai jenis dan tingkat, bertujuan untuk mempersiapkn tenaga<br />kerja yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan vokasi sebagai<br />specialized education dapat mempersiapkan anak didik memasuki suatu lapangan pekerjaan atau<br />kelompok pekerjaan atau meningkatkan kemampuan bekerja.<br />Kata kunci : Pendidikan berkelanjutan, bidang vokasiNy Kartini
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN GURU DALAM MENYIAPKAN KOMPETENSI KERJA SISWA SESUAI TUNTUTAN DUNIA KERJA DI INDUSTRI BUSANA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/50
Teacher before starting the task as a teacher, he must first learn to understand all of the<br />school curriculum and education programs being implemented. Included should be known that is<br />building classrooms, libraries, study facilities, school equipment, teaching aids, and all the tools that<br />are useful for teachers. The success of education is not only determined by the accuracy of selecting<br />a model curriculum design and implementation, but also by the completeness, quality and<br />appropriateness of the use of education resources. Teachers can help enhance the completeness of<br />facilities, media and resources to develop their own learning. In performing the duties of a teacher<br />needs to conduct cooperation with parents, with community agencies, and occasionally bring students<br />to visit the objects that would need to know the students in the school curriculum framework. Besides<br />carrying out their professional duties in the school, the teacher shall also participate in community<br />activities and improve the role and qualifications of the profession. The role of teachers in performing<br />their duties as a lecturer and demonstrator, teacher as a good manager, and teacher as evaluator,<br />that the process of evaluation is generally centered on the students.<br />Key Words: Teacher, Competence, World of Work, Industrial ClothingMally Maeliah
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24SERTIFIKASI SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/51
Profesi pendidik merupakan suatu bidang yang memerlukan profesionalisme dalam<br />menjalankannya. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan diperlukan para pendidik yang<br />profesional yang ditopang dengan pengelola kependidikan yang profesional dan kebersamaan dalam<br />menjalankannya.<br />Pengembangan keprofesionalan guru harus ditingkatkan, karena peningkatan keprofesionalan<br />guru akan diikuti oleh peningkatan efektivitas kegiatan belajar mengajar dan secara tidak langsung<br />peningkatan keprofesionalan guru juga akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan secara luas.<br />Oleh karena itu, guru harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap<br />memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan inovasi. Guru juga harus mendapatkan<br />penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya. Sehingga, setiap inovasi dan<br />pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.<br />Sertifikasi bagi guru mesti dipahami sebagai sebuah sarana untuk menuju profesionalisme guru.<br />Kesadaran dan pemahaman yang benar tentang hakekat sertifikasi akan melahirkan aktivitas yang benar<br />dan elegan, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.<br />Kata kunci: sertifikasi, profesionalisme guruC. Rudy Prihantoro
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERTARAF NASIONAL DAN INTERNASIONAL DENGAN SERTIFIKASI ISO 9001:2008
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/52
SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang bertanggungjawab untuk<br />menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga<br />lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan kejuruan itu<br />sendiri bertujuan "meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan<br />perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki<br />lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional".<br />Peningkatan sistem pendidikan sebagai suatu hal yang integral yang meliputi input, proses,<br />output dan outcame secara berkesinambungan, pada titik ini adalah suatu keharusan bagi<br />penyelenggara sekolah untuk senantiasa berupaya untuk meningkatkan kinerja dan performance<br />kualitas layanan, hal ini tentu saja akan bermuara pada upaya peningkatan kualitas pendidikan itu<br />sendiri secara keseluruhan. Karenanya berbagai inovasi yang berorientasi kepada upaya peningkatan<br />kualitas mutu layanan, semestinya menjadi suatu hal mendesak yang perlu diperhatikan oleh segenap<br />pihak yang berkepentingan dengan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan ini.<br />Sertifikat ISO 9001:2008 sebagai salah satu bentuk pengakuan mutu, adalah salah satu<br />alternatif yang memberikan harapan bagi upaya penjaminan mutu proses dan produk pendidikan di<br />SMK sehingga benar-benar dapat selaras dengan kebutuhan industri, dan diharapkan pula memberi<br />kepuasan terhadap pelanggan keluaran SMK tersebut pada tataran nasional maupun internasional.<br />Kata kunci: Pengembangan Pendidikan Kejuruan, ISO 9001:2008.C. Rudy Prihantoro
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN IMPLIKASINYA PADA DUDI DI JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/53
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan salah satu jalan mengembangkan jiwa<br />wiraswasta di perguruan tinggi ,yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan masa depan. Dimana<br />tatanan kehidupan dunia juga dipengaruhi oleh dampak Globalisasi pada perubahan tatanan ekonomi<br />dan kemajuan teknologi, Dampak ini juga membawa pengaruh pada dunia pendidikan , hal ini sangat<br />nyata dengan berbarengan dan menjamurnya pendidikan bertaraf internasional. Dengan munculnya<br />pendidikan SMK dan SMU bertaraf Internasional diharafkan para lulusannya dapat menyesuaikan<br />dengan dunia Usaha dan dunia Industri yang akan mereka hadapi setelah lulus nanti. Harapan para<br />lulusan juga tidak terlepas bagaimana mereka dipersiapkan oleh sekolahnya, dalam arti bagaimana<br />sekolah menyikapi proses belajar mengajar disekolah serta kurikulum mana yang dipakai/ diterapkan.<br />Sekaitan dengan hal tersebut LPTK juga sangat apresiatif terhadap tingkat kelulusan yang<br />akan dihasilkan nantinya, salah satunya adalah Fakultas teknik jurusan PKK untuk ketiga program<br />studi ( Prodi Tata Busana, Prodi Tata Boga dan Podi Tata Rias yang ada di Unimed. pengembangan<br />kurikulum berbasis kompetensi sangat mendukung siswa untuk menata masa depan setelah<br />kelulusannya dari perguruan tinggi nantinya, satu program unggulan yang nantinya sangat berguna<br />bagi lulusan. Di mana nantinya lulusan tidak lagi mencari kerja tetapi lulusan menciptakan lapangan<br />kerja melalui wirausaha, hal ini terjadi dikarenakan jiwa wiraswasta yang ada , Yang sejak dibangku<br />kuliah sudah ditanamkan sehingga lulusaan mempunyai satu keterampilan yang sangat kompeten<br />dan profesionalisme . Agar tidak menciptakan pengangguran tingkat tinggi tetapi menciptakan<br />lapangan kerja.<br />Kata Kunci : kompetensi.Sulistia Wikarsih
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN KURIKULUM KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA MENIMBULKAN JIWA WIRAUSAHA PADA LULUSAN PENDIDIKAN VOKASI SEBAGAI CALON GURU SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/54
Pengembangan Kurikulum merupakan suatu bidang kajian yang sangat dinamis, karena pada<br />dasarnya, kurikulum harus terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan IPTEKS dan tuntutan dunia<br />kerja, apalagi pengembangan kurikulum kewirausahaan dalam konteks pendidikan Vokasi, maka<br />sebagai calon pendidik harus dapat menimbulkan jiwa kewirausahaan pada siswa didiknya. Untuk itu<br />perlu melakukan suatu revitalisasi kurikulum kewirausahaan dalam rangka meningkatkan kualitas<br />lulusan pendidikan vokasi sebagai calon guru SMK<br />Agar pendidikan dapat meluluskan mahasiswa sebagai calon guru sesuai dengan standar<br />kompetensi, perlu memperoleh pengalaman sebagai wirausaha dan perlu mengikuti matakuliah<br />wirausaha. Dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendidikan vokasi, kepada calon guru dapat<br />diarahkan untuk menumbuhkan kewirausahaan melalui pengalaman wirausaha seperti adanya tugas<br />marketing dan mengelola laboratorium jasa boga, mencari order dan menerima pesanan serta dapat<br />menciptakan/memodivikasi resep makanan.Melalui pengalaman-pengalaman ini maka sebagai calon<br />pendidik dapat menumbuhkan jiwa wirausaha pada peserta didiknya.<br />Keywords: Kurikulum Kewirausahaan, Pengalaman, Pendidikan vokasiAyu NgurahYati Setiati M
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DALAM MASYARAKAT
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/55
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.<br />Implementasi reformasi pendidikan adalah penetapan UU No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah,<br />yang implementasinya menyentuh otonomi dibidang pendidikan. Paradigma otonomi bidang<br />pendidikan membawa wacana akan masih adanya kesenjangan antara kurikulum yang diberikan<br />dengan kebutuhan di dalam masyarakat.<br />Pengangguran terbuka di Indonesia masih cukup tinggi, demand yang rendah akan tenaga<br />kerja yang diakibatkan krisis ekonomi yang berkepanjangan serta hilangnya investor asing sebagai<br />penanam modal memberikan dampak yang cukup besar bagi kondisi ketenagakerjaan. Di lain pihak<br />kualitas sumber daya manusia siap pakai Indonesia masih jauh dari kondisi yang menggembirakan.<br />Kualitas sumber daya manusia merupakan harta terpendam yang dimiliki suatu bangsa dan<br />pendidikan merupakan proses sepanjang masa sehingga pemikiran akan sistem pendidikan yang<br />memiliki visi dan misi yang jelas diharapkan mampu menjembatani kesenjangan tersebut.<br />Penetapan desentralisasi dalam bidang pendidikan merupakan suatu kebijakan yang<br />mengakar pada kebutuhan daerah yang dimilikinya. Kebijakan ini membuka peluang daerah untuk<br />menunjukkan keunggulan komparatif daerah dengan segala kendala dan potensi sumber daya yang<br />dimiliki. Di lain pihak tantangan globalisasi yang berimplementasi pada pendidikan tetap menuntut<br />peran pemerintah sebagai arah kebijakan pendidikan secara umum. Pendidikan harus terlembagakan<br />sehingga memudahkan dalam pengawasan dan evaluasi pengelolaan.<br />Dalam mengantisipasi globalisasi ketenagakerjaan, sertifikasi ketenagakerjaan lulusan<br />sekolah kejuruan harus dapat terakreditasi melalui uji kompetensi. Pendidikan jarak jauh bagi sekolah<br />kejuruan diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang<br />tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular. FPTK dapat memberikan<br />pencerahan kepada pengembangan sekolah kejuruan dengan cara turut memberikan pengawasan<br />serta turut aktif mengevaluasi pengembangan yang sedang berjalan agar sesuai dengan yang<br />diharapkan.E. Kosasih Danasasmita
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24STRATEGI MEMPERSIAPKAN GURU SMK RSBI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/56
Kompetensi yang harus dimiliki guru SMK RSBI yaitu kemampuan dalam menguasai<br />kurikulum, membuat/menulis buku pelajaran, mampu meneliti, dan betul-betul memiliki jiwa kependidikan<br />sebagai guru, memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam<br />pembelajaran dalam arti mampu aktif berbahasa Inggris, dan berpendidikan S2/S3.<br />Strategi mempersiapkan guru SMK RSBI dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk<br />guru yang melanjutkan sekolah ke jenjang S2 atau S3, guru-guru yang mengajar diambil dari guruguru<br />yang terbaik melalui seleksi, penjajagan untuk melaksanakan kerjasama dengan sekolah-sekolah<br />lain dalam bentuk sister school, mengikuti ujian standarisasinya dari Dinas Pendidikan, menjalani tes<br />kemampuan bahasa Inggris (TOEIC), dan mendatangkan pengajar asing, serta mengikutsertakan<br />pelatihan-pelatihan sebagai upaya peningkatan kemampuan guru, sehingga proses pendidikan memiliki<br />kompetensi yang baik.<br />Kata kunci : Strategi, Guru SMK RSBIAstuti -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KEWIRAUSAHAAN BERBASIS VOKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/57
Bidang vokasi merupakan bidang pengetahuan yang spesifik dan berada ditengah-tengah<br />masyarakat, berkembang dan bertumbuh sesuai dengan dinamika dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.<br />Oleh karena itu pemilihan substansi kurikulum tergantung pada sedikitnya tiga hal yaitu kebutuhan<br />individu, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kebutuhan masyarakat. Kini semua bidang vokasi tidak<br />akan berkembang bila tidak didukung oleh sikap kewirausahaan individu. Artinya bidang tersebut tidak<br />akan diminati, tergilas dengan perkembangan dan akhirnya akan mati dengan sendirinya. Oleh karena itu<br />setiap bidang vokasi harus selalu ditautkan dengan bagaimana kenyataan dalam kewirausahaan nanti<br />dan dipersiapkan sedini mungkin ketika individu mulai mengenal substansi vokasi. Pada pengembangan<br />kurikulum selain ketiga hal tersebut juga dipertimbangkan orientasi vokasi dan aspek didaktik. Jiwa dan<br />semangat harus ditanamkan bersamaan dengan jenis vokasi yang digelutinya. Disisi lain kinerja siswa<br />dalam pelaksanaan kurikulum harus memberikan gambaran tingkat produktivitas kerja. Karena<br />produktivitas berkaitan dengan pendidikan, motivasi dan ketrampilan yang dimilikinya( Sedarmayanti.<br />2009: 206). Tugas perencana pendidikan dalam mengembangkan kurikulum harus pula<br />mempertimbangkan aspek-aspek kewirausahaan baik dalam konsep kurikulum, merancang model<br />kurikulum kewirausahaan berbasis vokasi, hingga pada tahapan pengembangannya. Pengembangan<br />model kurikulum berbasis vokasi yang rumit dengan berbagai permasalahan dapat disederhanakan<br />dengan konsep dua lingkaran dan tahapan pengembangan yang meliputi : analisa situasi, prasyarat,<br />analisa didaktik, sasaran pembelajaran, organisasi proses pembelajaran, proses pembelajaran dan<br />penilaian. Setiap tahapan dilengkapi dengan berbagai pertimbangan utama yang menjadi kajian dari<br />setiap tahapan. Substansi kewirausahaan harus direncanakan sejak lingkaran pertama dan harus<br />dijabarkan pada sasaran pembelajaran pada tahap keempat, dan pada lingkaran kedua atau tahap<br />kelima, keenam dan ketujuh. Substansi kewirausahaan harus dapat dilaksanakan dalam proses<br />pembelajaran sehingga akan tergambar pula pada organisasi maupun proses pembelajaran.<br />Kata kunci : Pengembangan Kurikulum KewirausahaanBilly M.H. Kilis
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24Pendekatan Database untuk Manajemen Data dalam Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Mengaplikasikan Konsep Basisdata
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/58
Dalam peningkatan kualitas manajemen internal dan organisasi jurusan tidak hanya tergantung<br />pada kualitas pengelola tetapi juga perbaikan sistem pengelolaan serta pengembangan kemampuan<br />mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep basisdata. Penguasaan konsep basisdata ini sangat penting<br />dalam rangka meningkatkan mutu atau kemampuan mahasiswa sehingga dapat bersaing di dunia kerja<br />dan dalam jangka panjang untuk melakukan perbaikan untuk mencapai visi dan misi Jurusan.<br />Database merupakan salah satu komponen penting dalam sistem informasi, karena merupakan<br />dasar dalam menyediakan informasi, menentukan kualitas informasi akurat, tepat pada waktunya dan<br />relevan. Pendekatan database dalam artikel ini mempelajari tentang definisi database, entity<br />relationship diagram dan teknik normalisasi data.<br />Kata kunci : Database, entity relationship diagram, normalisasiMukhlisulfatih Latief
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24Peran Magang Kewirausahaan di Bidang Busana bagi Pegembangan Budaya Wirausaha dan Kemampuan Kerja Mahasiswa Tata Busana di LPTK (Studi Kasus Magang di MQ Fashion Daarut Tauhiid Bandung)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/59
Perkembangan teknologi di luar kampus melaju dengan pesatnya daripada perkembangan<br />teknologi yang berada di lingkungan kampus. Raizen (Sukamto, 2001) memprediksi bahwa setelah<br />tahun 2000-an lambat laun akan semakin banyak hal yang harus dipelajari oleh peserta didik di luar<br />kampus daripada di lembaga formal. Di samping itu pula setiap tahunnya jumlah angkatan kerja<br />semakin meningkat, tetapi peningkatannya tidak signifikan dengan peningkatan kesempatan kerja.<br />Oleh karena itu pembekalan pembelajaran melalui kegiatan magang kewirausahaan memungkinkan<br />mahasiswa di LPTKN untuk berkembang lebih optimal untuk siap berwirausaha. Magang<br />Kewirausahaan (MKU) bertujuan untuk menumbuhkan jiwa entrepreuner di kalangan mahasiswa di<br />LPTK karena mahasiswa mendapat kesempatan untuk belajar usaha di industri besar dan menengah<br />dengan prinsip belajar bekerja. Magang Kewirausahaan apabila dilaksanakan secara profesional,<br />akan memberi dampak yang sangat signifikan bagi pengembangan budaya kewirausahaan bagi<br />mahasiswa di LPTK. Budaya entrepreneurship di kalangan mahasiswa diharapkan akan menjadi<br />modal yang sangat berharga bagi keberlangsungan pencapaian Sumber Daya Manusia (SDM) yang<br />lebih berkualitas.<br />Kata Kunci : MKU, LPTK, Budaya WirausahaLiunir Z
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24UPAYA PENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU SMK DI ERA SERTIFIKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/60
Guru adalah profesi mulia. Dia memegang peranan signifikan dalam melahirkan satu generasi<br />yang menentukan perjalanan manusia. Profesionalitas guru menjadi sebuah keharusan sejarah.<br />Tanpa adanya profesionalitas, guru terancam tidak mampu mencapai tujuan mulia yang diembannya<br />dalam menciptakan perubahan masa depan. Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju<br />profesionalitas guru. Guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi sebagaimana yang<br />diamanatkan oleh Undang-undang Guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik, profesional,<br />kepribadian, dan sosial. Profesionalitas guru ini diakui pemerintah dengan sertifikasi. Sertifikasi guru<br />adalah pengakuan formal dari pemerintah terhadap sosok guru sebagai tenaga profesional. Untuk<br />peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru SMK dapat dilakukan dengan studi lanjut ke<br />jenjang S2, mengikuti kursus dan pelatihan, mengikuti seminar, memanfaat jurnal pendidikan, dan<br />menjalin kerjasama dengan lembaga profesi. Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu<br />guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan<br />mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Pasca sertifikasi<br />seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme<br />secara kontinu. Guru dituntut untuk selalu dinamis mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,<br />teknologi, dan informasi. Sebagai pendidik, sudah seharusnya guru harus belajar seumur hidup (long<br />life education). Oleh karena itu, guru harus membangun dan mengembangkan dirinya, sehingga dia<br />mampu mempertahankan kompetensi dan profesionalitas yang dimilikinya..<br />Kata Kunci: kompetensi, sertifikasi guru, profesionalisme guru SMKDeitje S. Borang
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBUATAN POLA BUSANA DI SMK RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/61
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan salah satu bentuk terobosan<br />Depdiknas untuk mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia. SBI merupakan sekolah yang sudah<br />memiliki seluruh standar nasional pendidikan (SNP) yaitu standar isi, standar proses, standar<br />kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,<br />standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Ke delapan SNP tersebut mutlak<br />dipenuhi oleh SBI. Proyek rintisannya telah menyertakan beberapa sekolah di tingkat menengah.<br />Salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sekolah menengah kejuruan (SMK)<br />sebagai salah satu sub sistem dari pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk mengisi<br />peluang kerja sebagai tenaga kerja terampil kelas menengah dan mempunyai kemampuan<br />profesional di bidangnya. Salah satu upaya untuk menghasilkan lulusan yang profesional sesuai<br />dengan bidang keahliannya meningkatkan adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran<br />melalui pengembangan media pembelajaran . Kemampuan memilih dan menggunakan media<br />pembelajaran, merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik (guru). Kedudukan<br />media dalam proses pembelajaran memiliki arti yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar,<br />karena Pembelajaran menjadi lebih produktif. sehingga dapat memberikan pengalaman yang<br />menyenangkan dan memenuhi kebutuhan peserta didik. Selain itu dengan menggunakan media<br />diharapkan peserta didik tidak hanya mendengar penjelasan dari guru melalui bahasa verbal.<br />Melainkan mengajak peserta didik secara langsung untuk mengalami dan berinteraksi dengan sumber<br />belajar. Media pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran pembuatan pola busana<br />meliputi media grafis gambar, chart dan media realia<br />Kata kunci ; RSBI, Media Pembelajaran, Pembuatan pola busanaCucu Ruhidawati
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK PROFESIONAL BIDANG BUSANA MELALUI PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/62
Dunia pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius, karena akan memberikan dampak<br />pada kemajuan bangsa. Oleh karena itu pendidik, baik guru maupun dosen harus selalu<br />meningkatkan diri untuk tercapainya kompetensi yang diharapkan yaitu kompetensi pedagogik,<br />kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai Pasal 10 ayat (1) UU<br />RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi pedagogik dan profesional adalah<br />kompetensi yang terkait dengan keahlian pendidik, di antaranya keahlian untuk guru/dosen dalam<br />bidang busana (tidak berarti kompetensi yang lainnya diabaikan untuk menjadi guru/dosen bidang<br />busana).<br />Kompetensi pedagogik dan profesional keahlian bidang busana harus dimiliki oleh<br />pendidik/guru/dosen bidang busana. Dari hasil guru/dosen mengikuti pendidikan formal pada bidang<br />busana seyogianya telah memiliki kompetensi pedagogik, profesional yang memadai pada saatnya,<br />tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, maka perlu mendapat<br />tambahan peningkatan keahlian. Peningkatan kompetensi pendidik yang profesional bidang busana<br />melalui pendidikan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Pendidikan<br />berkelanjutan untuk pendidik, baik guru maupun dosen bidang busana dapat berupa magang,<br />pelatihan, penataran, kursus, dan lokakarya, yang apabila diikuti dan hasilnya diaplikasikan sebagai<br />pendidik bidang busana, maka cenderung dapat meningkatkan kompetensi profesional sehingga<br />menjadi pendidik profesional.<br />Kata Kunci : Peningkatan, Kompetensi pendidik profesional bidang busana, Pendidikan berkelanjutan.Arifah A. Riyanto
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24COMPETENCY BASED ASSESSMENT SEBAGAI MODEL PENGUJIAN KOMPETENSI DI SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/63
Penyelenggaraan pendidikan di SMK perlu adanya kesepadanan atau kesesuaian dengan<br />dunia kerja (link and match), sehingga kompetensi peserta didik memenuhi tuntutan kompetensi di<br />lapangan kerja. Untuk mengetahuai kesesuain tersebut, maka perlu dilaksanakan penilaian hasil<br />belajar atau uji kompetensi terhadap capaian kompetensi peserta didik sesuai dengan tuntutan<br />kompetensi yang dibutuhkan lapangan kerja. Pengujian kompetensi di SMK pada dasarnya<br />merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang perlu diarahkan untuk menilai kinerja<br />peserta didik dengan memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajarnya secara<br />berkesinambungan. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik<br />melakukan aktivitas belajar, maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar sesuai dengan<br />kriteria kinerja atau performance criteria. Oleh karena itu sistem penilaian untuk kelompok mata<br />pelajaran produktif menitikberatkan pada penilaian hasil belajar berbasis kompetensi atau<br />Competency Based Assessment.<br />Kata Kunci : Penilaian, Kompetensi, Pengujian, SMKYoyoh Jubaedah
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/64
The research is intended to discover the effect of instructional strategies and math anxiety on<br />learning outcomes in mathematics. Factorial design 2 x 2 was employed in order to answer the<br />research question how the effect of the instructional strategies and math anxiety on learning outcomes<br />in mathematics.The study supports the following hypotheses: 1) in general, students who were taught<br />by using problem based learning (PBL) strategy had higher learning outcomes than those taught by<br />expository strategy, 2) students with higher math anxiety who were taught by using PBL strategy had<br />higher learning outcomes than those by expository strategy, 3) students with lower math anxiety who<br />were taught by PBL strategy had lower learning outcomes than those by expository strategy, and 4)<br />there was an effect of interaction between instruction strategies and math anxiety on students learning<br />outcomes in mathematics. It means that the effect of instructional strategies has a correlation with the<br />characteristic of the students who engage in teaching learning process. It implies that there is no<br />single instructional strategy that gives better result on learning outcomes in mathematics for all<br />students with the different math anxieties. Based on this research findings mathematics vocational<br />teachers in the field of technology and industry should apply several instructional strategies to serve<br />students with different math anxieties.<br />Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Kecemasan, Strategi PBL.Rusmono -M. Yusro
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/65
Kreativitas atau daya cipta sering disebut sebagai istilah untuk pengembangan potensi<br />pada peserta didik. Materi pembelajaran berbasis kreativitas diharapkan dapat membekali<br />peserta didik untuk dapat berfikir kreatif sebagai wujud pengembangan potensi dirinya dalam<br />bidang keahlian yang ditekuninya. Sebagai hasil pengembangan pembelajaran berbasis<br />kreativitas, peserta didik akan mampu mengembangkan penguasaan pengetahuan, konsep<br />dasar, proses pembuatan produk, dan memiliki apresiasi terhadap bidang yang digeluti dan<br />terhadap produk yang dibuat. Selain itu memiliki sikap kreatif dan sikap antusias, serta memiliki<br />kemampuan dalam memdesain produk. Pembelajaran tata busana yang berkaitan erat dengan<br />aspek kreatifitas di antaranya adalah materi pembelajaran tata busana (konsep dasar busana ,<br />desain busana , proses pembuatan busana, desain hiasan busana, proses pembuatan desain<br />hiasan busana), lenan atau elemen estetis interior, dan kriya tekstil (konsep dasar kriya tekstil, ,<br />desain kriya tekstil, proses pembuatan kriya tekstil, desain hiasan kriya tekstil, proses<br />pembuatan dan desain hiasan kriya tekstil). Pengembangan materi pembelajaran tata busana<br />berbasis kreativitas, selain dapat membekali peserta didik dalam mengembangkan potensi<br />dirinya sekaligus menunjang berkembangnya pendidikan teknologi dan kejuruan, otomatis akan<br />dapat menunjang berkembangnya industri kreatif yang kaya akan khasanah produk-produk<br />kreatif di Nusantara.<br />Kata kunci: pengembangan, pembelajatran tata busana, kreativitas, pendidikan teknologi dan<br />kejuruan.Suciati -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24ALTERNATIF PENGEMBANGAN MODEL SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN PROFESI GURU SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/66
Guru SMK sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah kejuruan wajib<br />memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi tersebut<br />secara terintegrasi diperoleh melalui pendidikan profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program<br />sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian<br />khusus. Pendidikan profesi merupakan suatu proses pendidikan yang berujung dengan<br />dilaksanakannya uji kompetensi guru.<br />Profesionalisme guru khususnya guru SMK di Indonesia secara nyata menentukan mutu<br />pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah, salah satu penyebabnya adalah mutu<br />guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif<br />menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi,<br />registrasi, sertifikasi dan lisensi.<br />Kondisi nyata kini memandang bahwa guru SMK sebagai sebuah profesi, bukan lagi dianggap<br />sebagai suatu pekerjaan (vokasional) biasa yang memerlukan pendidikan tertentu. Kedudukan<br />seperti ini setidaknya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi internal dan eksternal. Secara internal,<br />terjadi penguatan dalam kedudukan sosial, proteksi jabatan, penghasilan, dan status hukum. Sebagai<br />implikasi posisi ini, maka secara eksternal terjadi harapan dan tuntutan kualitas profesi keguruan,<br />yang tidak hanya diukur berdasarkan kriteria lembaga penghasil (LPTK-PTK), tetapi juga menurut<br />kriteria pengguna (users) antara lain asosiasi profesi, masyarakat, dan lembaga yang mengangkat<br />dan memberikan penghasilan.<br />Undang-Undang Guru dan Dosen yang telah disahkan berimplikasi secara mendalam<br />terhadap prosesionalisme guru SMK. Dalam undang-undang mutlak bahwa Profesi guru memerlukan<br />kemampuan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk<br />menguasai keterampilan dan keahlian (kompetensi) tertentu yang dibuktikan dengan sertifikat.<br />Sertifikat kompetensi adalah bukti formal sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan<br />pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang<br />terakreditasi atau lembaga sertifikasi, sedangkan untuk memberikan kewenangan melakukan<br />pekerjaannya harus dilakukan melalui sertifikasi dengan sertifikat profesi bukti pengakuan<br />keprofesionalannya.<br />Untuk melaksanakan hal tersebut diperlukan adanya lembaga sertifikasi yang terakreditasi<br />dengan kerjasama sinergi antara LPTK-PTK, Pemerintah Kabupaten dan Kota, Dinas Pendidikan<br />Propinsi, Kabupaten dan Kota serta Departemen Pendidikan Nasional serta peraturan perundangan<br />dan kebijakan nasional yang memberi landasan hukum terhadap keberadaan lembaga tersebut.<br />Kata Kunci : Kompetensi, sertifikasi, profesiHerni Kusantati
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN LPTK DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI DI INDONESIA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/67
Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas tinggi dan memiliki keunggulan,<br />merupakan modal menghadapi persaingan global. Hal ini merupakan tantangan dan lahan yang<br />sangat menguntungkan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK dapat<br />memberikan sumbangsih sebesar-besarnya bagi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia<br />melalui pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan<br />perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta tuntutan kebutuhan lapangan kerja.<br />Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu faktor yang harus diperhatikan yaitu kualitas tenaga<br />pendidik. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang merupakan lembaga penghasil<br />tenaga pendidik (guru) di Indonesia, sangat berperan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia<br />di Indonesia. LPTK mempunyai tanggung jawab menciptakan tenaga pendidik yang professional<br />untuk mengembangkan pendidikan vokasi di Indonesia. Pendidik harus menguasai dan memenuhi<br />ketiga komponen trilogi profesi, yaitu komponen dasar keilmuan, komponen substansi profesi dan<br />komponen praktik profesi.<br />Kata Kunci: Peran LPTK, Pendidikan, Vokasi.Budihardjo AH
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN PROGRAM PENYELENGGARAAN WORK-BASED LEARNING PADA PENDIDIKAN VOKASI DIPLOMA III OTOMOTIF
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/68
Pendidikan vokasi adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk bekerja. Kemitraan<br />antara institusi pendidikan dengan dunia usaha/industri dalam pengelolaan pendidikan vokasi<br />merupakan keniscayaan. Konsep-konsep pembelajaran pendidikan vokasi dengan pendekatan<br />Experiential Learning (EL) dan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan wacana dan<br />praksis yang harus terus dikembangkan. Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran<br />dengan problem-based learning, cooperative learning, project-based learning, service learning,<br />dan work-based learning terus senantiasa harus dikembangkan.<br />Pengembangan pembelajaran dengan berbagai pendekatan diatas harus dilakukan oleh para<br />pengelola pendidikan vokasi dan industri agar kualitas lulusannya sesuai tuntutan pasar kerja.<br />Tantangan dunia kerja dengan kompetensi kerja yang makin tinggi seiring kemajuan teknologi dan<br />dinamika tempat kerja menuntut institusi pendidikan vokasi mampu mengantisipasi dan menghadapi<br />perubahan yang terjadi dengan memanfaatkan berbagai kapabilitas yang ada. Institusi pendidikan<br />vokasi sebagai penyiap dan penyedia calon tenaga kerja, harus dapat memanfaatkan sumberdaya<br />yang dimiliki dan jaringan sumber-sumber kemitraan dengan pihak luar secara efektif, untuk<br />akumulasi sumber daya penyelenggaraan.<br />Kemitraan dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi antara institusi pendidikan dan<br />industri/dunia kerja merupakan karakter utama pendidikan vokasi. Sinergi kerjasama antar fungsi dan<br />antar organisasi dapat melahirkan ide-ide baru dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi. Institusi<br />dengan budaya yang inovatif menjadi dukungan bagi tim manajemen pengelola dalam memanfaatkan<br />kapabilitas sumber daya internal dan eksternal untuk meningkatkan kualitas lulusan. Pengembangan<br />program work-based learning pada pendidikan diploma III Otomotif dengan berbagai penyedia<br />pelatihan di berbagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dapat dijadikan sebagai terobosan<br />dalam pendidikan vokasi.<br />Kata kunci: pengembangan program, work-based learning, pendidikan vokasi, praktik industri, WBL<br />Berasrama-TerpaduBudi Tri Siswanto
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24CONCERNS BASED ADOPTION MODEL (CBAM) DAN INOVATION PROFILE DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Sebuah gagasan dalam implementasi kurikulum D-3 TEKNIK)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/69
Implementasi kurikulum dalam dunia pendidikan tak habis-habisnya untuk selalu dibahas,<br />karena kurikulum sebagai jantungnya pendidikan selalu berubah sesuai dengan karakteristik, sifat,<br />dan perkembangan komponen-komponennya. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya<br />dinamika perkembangan kurikulum.<br />Sejalan dengan dinamika perkembangan tersebut, para pakar kurikulum telah banyak<br />menggali dan mencoba melakukan berbagai penyempurnaan, diantaranya adalah membuat modelmodel<br />implementasi kurikulum. Model ini banyak manfaatnya untuk mengidentifikasi kesulitankesulitan<br />dalam strategi implementasi dan pengembangan kurikulum.<br />Beberapa model yang dikembangkan dalam implementasi kurikulum diantaranya :<br />Pertama, Model Concerns-Based Adoption Model CBAM), yang dikembangkan oleh Hall dan Loucks<br />(1978), bertujuan mengidentifikasi berbagai tingkatan guru yang berhubungan dengan inovasiinovasinya<br />dalam kelas. Model ini merupakan model deskriptif, sehingga dapat membantu pekerja<br />kurikulum dan guru mengembangkan strategi implementasinya.<br />Kedua, Model Profil Inovasi, yang dikembangkan oleh Leithwood (1982), model ini juga<br />memusatkan perhatiannya pada guru. Model ini memberikan kesempatan kepada guru dan pekerja<br />kurikulum untuk mengembangkan suatu profil, tantangan terhadap perubahan, sedemikian sehingga<br />para guru dapat menghilangkan hambatan-hambatan yang terjadi. Model ini tidak hanya deskriptif,<br />akan tetapi memberikan strategi kepada guru untuk menghilangkan/memperkecil hambatan-hambatan<br />dalam implementasi kurikulum.Iwa Kuntadi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR IPA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/70
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar IPA<br />mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini menggunakan<br />rancangan penelitian tindakan dengan subyek penelitian adalah mahasiswa S2 Pendidikan Dasar<br />IPA. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes minat dan tes<br />motivasi belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Ecxel 2003.<br />Hasil analisis data adalah sebagai berikut. Pertama, tampak bahwa motivasi belajar<br />mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Ganesha berkategori Baik (77,38) dengan<br />SB (8.23). Sebaran motivasi belajar mahasiswa pada skala 5 adalah: nilai A 1 orang ( 9 %), nilai B<br />10 orang (82 %), nilai C 1 orang (9 %) dan tidak ada mahasiswa yang bernilai D dan E. Kedua,<br />tampak bahwa minat belajar mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Ganesha<br />berkategori Baik (73,12) dengan SB (6.10). Sebaran minat belajar mahasiswa pada skala 5 adalah:<br />nilai A 1 orang ( 9 %), nilai B 6 orang (50 %), nilai C 5 orang (41 %) dan tidak ada mahasiswa yang<br />bernilai D dan E. Ketiga dari hasil kuisioner respon mahasisiwa terhadap media pembelajaran TIK<br />dengan jumlah responden sebanyak 12 orang, rata-rata memberikan respon yang sangat positif.<br />Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa media pembelajaran berbasis TIK dapat<br />menyebabkan terjadinya perbedaan minat dan motivasi belajar IPA mahasiswa S2 Pendidikan Dasar<br />IPA. Berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan pada para dosen IPA untuk menggunakan media<br />pembelajaran bebrbasis TIK pada materi-materi IPA yang sesuai.<br />Kata kunci: Media pembelajaran Berbasis Teknologi Infomasi dan Komunikasi, Minat Belajar,<br />Motivasi BelajarKadek Surya Mahedy
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN CD INTERAKTIF LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS SEBAGAI MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/71
Pengembangan media pembelajaran listrik statis dan listrik dinamis dapat dijadikan sebagai<br />media dalam penyampaian pesan/materi pelajaran kelistrikan. Media pembelajaran yang<br />dikembangkan tersebut dikemas dalam bentuk CD interaktif. Media pembelajaran tersebut<br />dikembangkan menggunakan sofware umum yaitu Macromedia Flash. Media tersebut memberikan<br />tampilan materi terkait dengan listrik statis dan listrik dinamis. Media pembelajaran ini menampilkan<br />menu utama, di mana siswa yang ingin mempelajari listrik statis dan listrik dinamis dapat memilih<br />materi (konsep) yang tersedia. Materi (konsep) yang ditampilkan, dapat langsung dipilih sesuai<br />dengan urutan sub-materinya. Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran akan<br />membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran, sehingga<br />dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman.<br />Kata kunci: media pembelajaran, listrik statis dan dinamis, multimedia<br /><br />Ni Ketut Kertiasih
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN ARITMATIKA SEDERHANA UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/72
Tulisan ini merupakan hasil pengembangan media interaktif pembelajaran aritmatika<br />sederhana untuk anak Sekolah Dasar. Media pembelajaran ini merupakan salah satu media<br />pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komputer sebagai media pembelajaran yang lebih<br />menarik dan variatif agar pembelajaran tidak monoton menggunakan satu media saja. Media<br />pembelajaran ini membahas tentang materi pengenalan bilangan bulat, operasi aritmatika<br />penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, serta latihan soal. Media pembelajaran ini<br />dibuat dengan Macromedia Flash 8 sebagai perangkat pembuatan animasi dan program, dan sound<br />forge 6.0 untuk manipulasi suara dan musik. Dengan media pembelajaran ini diharapkan<br />pembelajaran menjadi lebih menarik dan variatif.<br />Kata Kunci: bilangan bulat, media interaktif, pembelajaran aritmatikaLuh Joni Erawati Dewi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PESAWAT SEDERHANA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR BERBASIS MULTIMEDIA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/73
Media pembelajaran merupakan sesuatu yang dapat menyampaikan dan meyalurkan pesan<br />dari berbagai sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif sehingga<br />penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Dalam proses pembelajaran<br />sering kali terjadi bahwa pengajar mengalami kesulitan untuk menyampaikan suatu materi pelajaran<br />kepada peserta didik sehingga terkesan pelajaran tersebut membosankan. Permasalahan seperti ini<br />biasanya terjadi pada siswa terhadap mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman yang lebih<br />tinggi, salah satunya adalah pembelajaran tentang pesawat sederhana. Adapun tujuan penelitian ini<br />adalah membangun media pembelajaran pesawat sederhana berbasis multimedia yang ditujukan<br />untuk anak sekolah dasar. Media ini dikembangkan menggunakan Macromedia Flash. Media<br />pembelajaran ini akan berisi materi-materi tentang pesawat sederhana yang dilengkapi dengan<br />simulasi cara kerja dari tiap jenis pesawat sederhana. Untuk tahap evaluasi pembelajaran materi<br />pesawat sederhana ini, siswa akan diuji dengan mengerjakan soal-soal yang disediakan pada media<br />ini. Media ini juga dilengkapi dengan grafik tingkat penguasaan materi dari tiap siswa yang diuji.<br />Kata-kata Kunci : Media Pembelajaran, Pesawat Sederhana, Multimedia dan Macromedia FlashNi Wayan Marti
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DALAM MENGHASILKAN LULUSAN YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/74
Era globalisasi yang berlangsung saat ini menuntut peran pendidikan teknologi dan kejuruan<br />agar semakin mantap. Masalah relevansi, peningkatan mutu dan efisiensi penyelengaraan<br />pendidikan teknologi dan kejuruan sudah sering dipertanyakan, Hal ini didasarkan bahwa semakin<br />sulitnya lulusan pendidikan teknologi dan kejuruan untuk memperoleh pekerjaan, sementara jumlah<br />lulusannya semakin bertambah. Seluruh bidang keahlian dalam dunia kerja terbentuk dari hubungan<br />antara manusia dengan benda. Manusia terdiri dari komponen jasmani dan komponen rohani atau<br />ide, sedangkan benda dapat berbentuk perangkat keras dan perangkat lunak yaitu data. Dengan<br />demikian bidang keahlian dalam dunia kerja terbentuk atas hubungan manusia, ide, benda dan data.<br />Pengembangan sistem pendidikan teknologi dan kejuruan perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan<br />industri. Untuk dapat mencapai tujuan ini, keterlibatan dunia industri harus dikembangkan dalam<br />menetapkan berbagai standar keahlian, pengembangan kurikulum dan kebijakan pengelolaan sistem<br />pendidikan. Tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia diharapkan akan berubah. Hal ini akan<br />mengubah pula harapan dan keinginan generasi muda dan orang tuanya. Indonesia diperkirakan<br />akan mengikuti jejak pengalaman berbagai Negara lain, dimana tingkat pendidikan yang semakin<br />tinggi merupakan kebutuhan individu dan keluarganya. Meningkatnya tingkat pendidikan angkatan<br />kerja harus diimbangi pula dengan meningkatnya ketrampilan kerja dan produktivitasnya.<br />Kata Kunci; Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Lulusan dan Dunia Kerja.HOTMARIA TAMPUBOLON
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24GURU SEBAGAI POTENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/75
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan<br />suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus<br />masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni<br />pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.<br />Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan<br />kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien<br />demi tercapainya tujuan pembelajaran.<br />Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi<br />juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa<br />harus berhadapan langsung dengan peserta didik. Demikian pula peserta didik dapat memperoleh<br />informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan<br />menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang<br />disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan<br />menggunakan internet.<br />Kata Kunci : Guru, TIKDINA AMPERA
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24Relevansi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Kerja
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/76
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan<br />pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program<br />pendidikan di sekolah dan program penguasaan kerja, yang bertujuan untuk; menghasilkan tenaga<br />kerja yang memiliki keahlian professional, meningkatkan dan memperkokoh link and match antara<br />lembaga pendidikan-pelatihan kejuruan dan dunia kerja, meningkatkan efisiensi proses pendidikan<br />dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional, dan memberi pengakuan dan penghargaan<br />terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Kemitraan antara lembaga<br />pendidikan dengan dunia usaha/industri merupakan kunci pokok keberhasilan Pendidikan Sistem<br />Ganda (PSG) pada Sekolah Kejuruan, di mana penyelenggaraan pendidikan dirancang, dilaksanakan<br />dan dievaluasi bersama, sehingga relevansi kompetensi lulusan terhadap tuntutan pasar kerja<br />meningkat. Indikator relevansi terkait dengan masa tunggu mendapat pekerjaan, kesesuaian antara<br />bidang keahlian dan jenis pekerjaan dan keterserapan di dunia kerja.<br />Kata Kunci: Relevansi, PSG, Sekolah Kejuruan, link and matchAaltje D. Ch. Wayong
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24OPTIMALISASI PEMBELAJARAN APLIKASI KOMPUTER BIDANG ENGINEERING DENGAN MEMANFAATKAN PROGRAM SIMULINK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/77
Pembelajaran atau perkuliahan merupakan suatu proses transfer ilmu pengetahuan dan<br />teknologi yang merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat keberhasilan atau<br />prestasi mahasiswa dalam memahami suatu bidang kompetensi atau keahlian tertentu. Banyak<br />materi perkuliahan dalam bidang studi di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro tidak hanya harus<br />mengetahui konsep dasar atau teori-teori dasar tertentu tetapi juga dituntut harus mampu menunjukan<br />implementasi dalam bentuk visual/simulasi agar mahasiswa lebih memahami suatu konsep tertentu<br />atau teori-teori dasar yang telah dipelajarinya. Berkaitan dengan optimalisasi pembelajaran aplikasi<br />komputer bidang engineering khususnya bidang Teknik Tenaga Listrik maka program simulink<br />dirasakan sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami materi<br />pembelajaran ini. Beberapa hal kelebihan dari penggunaan software ini antara lain mudah didapatkan<br />(free software), lebih fleksibel, praktis, lebih murah, dan lebih mudah untuk dipelajari karena ada<br />fasilitas help dan program berorientasi objek.<br />Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran tentang salah satu model optimalisasi proses<br />pembelajaran dengan menggunakan salah satu media komputer sebagai sarana untuk meningkatkan<br />pemahaman atau prestasi belajar mahasiswa pada salah satu mata kuliah bidang teknik tenaga listrik.<br />Beberapa contoh hasil simulasi program simulink ini mudah-mudahan dapat meningkatkan<br />pemahaman mahasiswa dalam implementasi nyata bidang teknik tenaga listrik di lapangan sekaligus<br />meningkatkan prestasi hasil belajarnya.<br />Kata Kunci : Optimalisasi Pembelajaran, Simulasi, KomputerTasma Sucita
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24IMPLEMENTASI PABRIK PENGAJARAN (TEACHING FACTORY) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/78
Salah satu kebijakan pemerintah dalam penyelenggaranan program teknologi dan kejuruan<br />adalah kebijakan link and match, yang hingga saat ini belum mampu menjawab masalah di tingkat<br />bawah sehingga secara umum, kuantitas dan kualitas pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia<br />masih harus ditingkatkan. Kebijakan pemerintah dalam pendidikan yang paling sesuai untuk<br />meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan<br />penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri<br />yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan<br />mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan dalam<br />proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan sesuai dengan<br />keinginan dunia industri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang berbasis produksi dan<br />pembelajaran di dunia kerja adalah dengan pabrik pembelajaran atau dikenal dengan Teaching<br />Factory (TEFA), dimana pada model ini dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi<br />hubungan sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha menerapkan unit produksi di sekolah.<br />Pendekatan pembelajaran dengan TEFA ini diharapakan dapat meningkatkan kompetensi siswa mata<br />mata diklat tertentu oleh karena itu implementasi TEFA dilapangan tidak hanya sekedar memenuhi<br />kebutuhan industri dan profit oriented tetapi dalam implementasinya model ini tidak melupakan unsur<br />pendidikan dan pembelajaran.<br />Kata kunci : SMK, teaching factory, dunia industri, kompetensiHasbullah -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PARAWISATA DAN PERHOTELAN FATEK UNIMA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/79
Lembaga Pendidikan Tenaga Kejuruan FATEK UNIMA dengan jurusan PKK konsentrasi<br />Pendidikan Parawisata dan Perhotelan merupakan suatu bagian dalam pengembangan pendidikan<br />kejuruan sangat berperan dalam peningkaran sumber daya manusia yang akan menjadi tenaga yang<br />trampil dan mampu bersaing dalam bidang parawisata perhotelan serta menjadi tenaga pendidikan<br />yang handal dan professional.<br />Kata kunci : LPTK, Pendidikan Parawisata Perhotelan, Tenaga KependidikanAnne J.M. Dondokambey
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/80
Pendidikan para manajer pendidikan dan pelatihan yang profesional telah merupakan suatu<br />keharusan dalam dunia industri modern. Dewasa ini setiap guru atau dosen pada prinsipnya dapat<br />menjadi kepala sekolah, pengawas, atau rektor universitas tanpa ada pelatihan khusus. Dalam<br />masyarakat industri modern, seorang rektor adalah seorang manajer yang dapat mengelola program<br />akademik, juga mengelola dana universitas secara profesional, mengelola program pendidikan<br />berkelanjutan untuk masyarakat. Seorang administrator pendidikan dan pelatihan di provinsi mulai dari<br />Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Dalam keadaan tersebut, Manajemen Mutu Terpadu<br />dalam gerakannya mulai memasuki bidang bagian baru dalam perubahan tersebut, yaitu pendidikan<br />tinggi. Sebagaimana organisasi industri, pendidikan tinggi juga memiliki ”customers”, yaitu pemakai<br />hasil didik. Adapun ”customers” tersebut merupakan ”internal customers”, yaitu pelaku-pelaku dalam<br />rangkaian proses produksi, dan ”eksternal customers”, yaitu pemakai hasil akhir hasil proses produksi.<br />Dalam proses pendidikan tersebut selalu terjadi dialogi dan perdebatan antara ”apa yang diberikan<br />kepada siswa atau mahasiswa” dengan ”apa yang dikehendaki oleh ”customers”. Dalam hubungan ini<br />telah dikembangkan suatu teknik manajemen mutu terpadu yang disebut ”Quality Function<br />Deployment (QFD) guna memperoleh pengertian yang lengkap tentang apa yang dikehendaki oleh<br />”customers”, untuk kemudian diterjemahkan ke dalam rencana pendidikan. Manajemen mutu terpadu<br />dapat diterapkan di pendidikan tinggi dalam pelbagai kegiatan, yaitu: (1) Pendidikan tinggi dapat<br />melakasanakan penelitian dalam manajemen mutu terpadu. (2) Pendidikan tinggi dapat mengajarkan<br />asas-asas manajemen mutu terpadu. (3) Pendidikan tinggi dapat menerapkan manajemen mutu<br />terpadu untuk peningkatan mutu administrasinya. (4) Pendidikan tinggi dapat menerapkan<br />manajemen mutu terpadu untuk peningkatan mutu pengajaran.<br />Kata kunci: Manajemen Mutu Terpadu, Kualitas PendidikanHennie E.L. Mokoginta
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENGEMBANGAN VOKASI PENDIDIKAN TINGGI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/81
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya kemajunan teknologi informasi<br />dan komunikasi telah menciptakan tradisi dan budaya baru dalam peradaban umat manusia.<br />Perubahan yang diakibatkan oleh teknologi informasi lebih dahsyat dibandingkan dengan perubahan<br />dari era pertanian menjadi era industri yang diawali dengan revolusi Perancis pada tahun 1789.<br />Teknologi informasi dapat menjadikan dunia maya menjadi dunia nyata berada di hadapan kita.<br />Dengan hanya termenung di depan komputer di tempat yang sepi nan sempit, kita dapat membuka<br />cakrawala dunia yang sangat luas (a universe exists behind the computer screen). Dunia tidak<br />dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, dari kejauhan yang beribu-ribu kilometer jauhnya kita bisa<br />mengungkapkan perkataan, menyampaikan senyuman dan dapat menyalurkan sentuhan lewat<br />tombol-tombol yang ada dalam komputer (we can chat without speaking, smile without grinning, hug<br />without touching). Dengan demikian, maka segala aktivitas pendidikan akan lebih mudah dan cepat.<br />Lembaga pendidikan harus memahami dengan baik kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks<br />terutama diikuti oleh perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Untuk menghasilkan<br />lulusan lembaga pendidikan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat<br />ini, masalah yang harus ditanggulangi dalam proses pendidikan, yaitu bagaimana mengelola lembaga<br />pendidikan agar mampu memenuhi tuntutan pasar kerja, dan tidak menyisahkan banyak<br />pengangguran. Solusi yang paling tepat adalah meningkatkan kualitas pembelajaran yang<br />mengadopsi praktik manajemen yang dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi. Dalam dunia<br />pendidikan pemanfaatan teknologi informasi diwujudkan suatu sistem yang disebut eletronic university<br />(e-University) yang bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan<br />tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di dalam<br />maupun di luar perguruan tinggi tersebut dengan memadukan personal computer (notebook), internet<br />dan fasilitas teknologi pembelajaran lainnya. Vokasi pendidikan tinggi tampak jelas dengan adanya<br />banyak pendidikan tinggi swasta di ruko-ruko, karena pendidikan telah berubah menjadi pelatihan,<br />sehingga tidak memerlukan suatu kampus pendidikan dengan fasilitas perpustakaan, laboratorium<br />dan sarana-sarana pendidikan lainnya.<br />Kata Kunci: Teknologi Informasi, Vokasi Pendidikan TinggiB. Limbong Tampang
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN MELALUI PROFESIONALISME GURU DAN DOSEN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/82
Upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aktor kuncinya, yaitu guru dan<br />dosen. Selama ini guru dan dosen berada pada posisi yang dilematis, di satu sisi dituntut bekerja<br />secara profesional, di lain pihak kesejahteraannya sangat kecil. Undang-Undang Guru dan Dosen<br />(UUGD) tampak berusaha mengubah situasi tersebut, dengan cara menuntut guru untuk bekerja<br />secara profesional dan sebagai konsekuensinya diberikan tunjangan profesi yang memadai. Guru dan<br />dosen yang profesional di samping berkualifikasi akademis juga dituntut memiliki kompetensi, artinya<br />memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam<br />melaksanakan tugas keprofesionalannya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor<br />14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan<br />dengan tugas utama mentranformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,<br />teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Suatu<br />pekerjaan merupakan suatu profesi karena pekerjaan tersebut bersifat pengabdian umum yang<br />karena sifat dan kekhususannya memerlukan pengetahuan kecakapan dan keahlian khusus melalui<br />pendidikan secara khusus berlandaskan disiplin ilmu yang terus menerus dipelihara dan<br />dikembangkan melalui berbagai usaha penelitian dan pengembangan dan dalam pelaksanaannya<br />terikat oleh suatu kode etik yang dibuat dan ditegakkan oleh organisasi profesi bersangkutan dan<br />menuntut rasa tanggung jawab baik secara pribadi maupun korps. Sesuai dengan Undang-Undang<br />Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 ditambah PP Nomor 19 Tahun 2005 ayat 3 Pasal 28,<br />mengenai kompetensi profesional guru dan dosen sebagai pendidik, yaitu: (a) kompetensi pedagogik,<br />(b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial.<br />Kata kunci: Mutu Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Profesionalisme Guru dan DosenMaritje Terok
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN “MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM” DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN KEJURUAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/83
Perhatian pada manajemen informasi semakin lama semakin besar. Informasi semakin<br />disadari sebagai sumber daya organisasi yang perlu dikelola dengan baik. Peningkatan kinerja<br />pendidikan diperlukan sistem informasi dan teknologi informasi yang tidak hanya berfungsi sebagai<br />sarana pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk mendukung keberhasilan dunia<br />pendidikan, sehingga mampu bersaing di pasar global. Sistem pendidikan Indonesia telah melakukan<br />perbaikan yang mendadar, misalnya melalui tiga bentuk kebijakan pemerintah. Pertama,<br />meningkatkan ketentuan wajib belajar dari 6 ke 9 tahun, kedua,mengarahkan pendidikan agar lebih<br />relevan dengan perkembangan industri dan teknilogi informasi atau memiliki keterkaitan dan<br />kesesuaian (link and match), ketiga, mndorong pendidikan sekolah menengah untuk lebih banyak<br />menyiapkan tenaga terampil, sehingga lulusannya tidak memandang perguruan tinggi sebagai satusatunya<br />alternatif pilihan masa depan. Khusus mengenai Pendidikan Kejuruan, menurut Undang-<br />Undang Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan<br />yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”. Arti pendidikan<br />kejuruan dijabarkan lebih spesifik dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 190 tentang<br />Pendidikan Menengah yaitu: “Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang<br />pendidikan menengah yang mengutakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk<br />pelaksanaan jenis pendidikan tertentu”.<br />Kata Kunci: Sistem Informasi Manajemen, Pendidikan KejuruanPaulina Thomas
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KEJURUAN MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH “SCHOOL BASED MANAGEMENT”
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/84
Manajemen berbasis sekolah “school based management” merupakan salah satu upaya<br />pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi,<br />yang ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal<br />tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang<br />berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. Kerangka makro erat<br />kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yaitu desentralisasi<br />kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah<br />tingkat propinsi sampai tingkat kabupaten dan kota, sedangkan aspek mikronya melibatkan seluruh<br />sektor dan lembaga pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya, yaitu<br />sekolah. Pada sistem manajemen berbasis sekolah, sekolah dituntut secara mandiri menggali,<br />mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggung-jawabkan<br />pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Pemberian otonomi<br />pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang<br />muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi<br />ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi<br />seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna<br />mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, manajemen berbasis<br />sekolah tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan.<br />Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah<br />untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan<br />pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama<br />yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.<br />Kata kunci: Manajemen Berbasis Sekolah, Mutu Pendidikan KejuruanAltje Tombokan
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK MELALUI KEBIJAKAN SERTIFIKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/85
Guru adalah suatu jabatan professional yang harus memenuhi kriteria professional, yang<br />meliputi syarat-syarat fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan, dan keterampilan.<br />Kompetensi profesional guru selain bersumber dari bakat seseorang untuk menjadi guru juga<br />pendidikan yang diselenggarakan pada pendidikan guru memegang peranan penting. Di dalam<br />merumuskan jenis kompetensi guru professional dapat dilihat dari segi tanggung jawab guru, yakni<br />tanggung jawab moral, tanggung jawab pendidikan di sekolah, misalnya memberikan bimbingan dan<br />pengajaran, melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi,<br />mendiaknosis kesulitan belajar, menilai kemajuan belajar, tanggung jawab guru dalam bidang<br />kemasyarakatan, dan tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan. Untuk menentukan jenis<br />kompetensi guru juga dilihat segi fungsi dan peranannya, yakni guru sebagai pendidik dan pengajar,<br />guru sebagai anggota masyarakat, guru sebagai pelaksana administrasi ringan.<br />Berbagai upaya dilakukan oleh pihak yang terkait dengan dunia pendidikan terutama pemerintah<br />untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik professional. Pemerintah bertekad untuk<br />meningkatkan mutu guru melalui uji kompetensi dan sertifikasi guru. Kebijakan yang diajukan adalah<br />standart dan sertifikasi dipilih dan dipilah guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan<br />profesi dan guru yang tidak profesional tidak berhak mendapatkannya.<br />Keywords: Kompetensi, Profesional, Guru SMK, Kebijakan, SertifikasiLouisa Nicolina Kandoli
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/86
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran koopearatif terhadap motivasi<br />belajar mahasiswa dan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar mahasiswa antar kelompok<br />eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran koopearatif dalam proses belajar mengajar<br />dan kelompok kontrol yang tanpa menggunakan metode pembelajaran kooperatif (menggunakan<br />metode biasa). Diharapkan bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara<br />optimal, Pengorganisasian materi perkuliahan menjadi semakin jelas, Menghasilkan lulusan yang<br />menguasai bidangnya, Mutu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.<br />Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana mahasiswa bekerja<br />sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. “Meskipun pembelajaran kooperatif<br />meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja<br />siswa/mahasiswa dalam tugas-tugas akademik” (Ibrahim, 2000). Ini adalah hakekat sosial dalam<br />belajar untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai dan saling mengemukakan untuk meluruskan<br />kekeliruan pengertian miskonsepsi diantara mereka (sesuai konsep peagat dan vogotsky tentang<br />perubahan kognitif, Mohamat Nur, 2000).<br />Pentingnya pendidikan Pembelajaran Kooperatif di perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan<br />pendapat Walgito (1982:23), pada perguruan tinggi adalah sebagai berikut :<br />a. Memelihara dan mengembangkan ilmu pengatahuan dan teknologi, pengabdian, ketrampilan, dan<br />daya berpikir mahasiswa; b. Memupuk perkembangan kepribadian mahasiswa agar mahasiswa<br />berjiwa penuh pengabdian, memiliki tanggung jawab dan menjadi anggota masyarakat sesuai yang<br />diharapkan; c. Mengembangkan mahasiswa untuk mencapai identitasnya dan tidak lepas dari<br />kepribadian Indonesia; d. Meningkatkan kesejahteraan mahasiswa.<br />Bahwa metode pembelajaran lebih dominan sehingga perlu ada renovasi dan inovasi baru atau<br />ningkatkan proses belajar mengajar didalam kelas serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan<br />yang ada diperguruan tinggi.<br />Pendidikan merupakan suatu sistem, yaitu sistematisasi dari proses perolehan pengalaman sehingga<br />menjadi pengetahuan. Strategi pembelajaran di perguruan tinggi harus mendapatkan perhatian serius<br />agar lulusan yang di hasilkan mempunyai standar sesuai pasar kerja serta image perguruan tinggi<br />menjadi baik hal ini akan berakibat pada peminat atau pendaftar.<br />Kata Kunci : Kooperatif, Pembelajaran, Kualitas, Lulusan, MahasiswaJemmy Johnny Rompas
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN MODEL SERTIFIKASI GURU SMK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/87
Bagi kebanyakan orang, guru merupakan jabatan mulia, karena tugas, fungsi dan perannya<br />dalam mendidik anak bangsa. Tapi tingkat kesejahteraan guru masih pada kategori masyarakat pra<br />sejahtera. Tidak heran banyak oknum guru masih mencari-cari pekerjaan sampingan sebagai upaya<br />untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Jangankan untuk mencapai suatu pendapatan lebih,<br />kategori cukuppun terasa jarang bahkan masih jauh dari kenyataan. Akibatnya profesi guru masih<br />menjadi profesi alternatif paling akhir, ketika tidak ada lagi pekerjaan lain yang diharapkan. Maknanya<br />bahwa, banyak yang menjadi guru bukan karena betul-betul menjadi guru, tetapi menjadi guru karena<br />kebetulan.<br />Suatu langkah maju telah dilakukan oleh pemerintah bersama DPR, dengan disahkannya UU<br />No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru boleh berbangga karena UU tersebut memberi<br />ruang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang harus diapresiasi lebih. Bentuk apresiasi tersebut<br />berupa program sertifikasi profesi melalui penilaian portofolio. Walaupun program sertifikasi ini belum<br />tentu berkorelasi signifikan dengan peningkatkan profesionalisme guru sebagai pendidik, tetapi<br />menjadi angin penyejuk bagi guru, karena bagi guru ini berarti peningkatan kesejahteraan.<br />Kenyatannya, pola sertifikasi guru melalui portofolio banyak memberikan peluang untuk melakukan<br />hal-hal manipulatif bukti tertulis yang dapat membawa pada perilaku guru yang kurang terpuji.<br />Ciri khas guru kejuruan atau guru sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki tingkat<br />ketrampilan kerja tertentu dengan tahapan dan unjuk kerja yang tertentu pula, jika dibandingkan<br />dengan guru non-kejuruan. Ketrampilan kerja guru kejuruan dikembangkan dari tingkat pengetahuan<br />secara teoritis dan praktis. Artinya guru kejuruan dapat menerapkan profesi sebagai pendidik pada<br />tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini mengindikasikan bahwa pola atau model<br />sertifikasi guru kejuruan harus berorientasi pada unjuk kerja, bukan semata-mata pada dokumen<br />portofolio. Maksudnya bahwa pengembangan model sertifikasi guru kejuruan dapat dilakukan melalui<br />penilaian portofolio tetapi harus diikuti dengan penilaian unjuk kerja. Pengembangan model sertifikasi<br />guru kejuruan ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk : (a). Proses sertifikasi guru kejuruan perlu<br />melibatkan dunia industri, dunia usaha, dan atau asosiasi profesi sebagai representatif berbagai<br />komponen masyarakat pelaku dan pemerhati pendidikan. (b). Keterlibatan dunia industri, dunia usaha,<br />dan atau asosiasi profesi, dimaksudkan untuk menilai aspek unjuk kerja guru kejuruan. (c). LPTK-PTK<br />perlu dilibatkan untuk menilai kompetensi guru kejuruan melalui dokumen portofolio (jika penilaian<br />portofolio masih digunakan). (d). Perlu ada semacam penyegaran (recharging) dan atau peningkatan<br />ilmu dari para guru secara periodik, misalnya setiap 5 tahunan, agar dinamisasi perkembangan Ilmu<br />Pengetahuan dan Teknologi dapat diikuti.<br />Kata kunci: LPTK-PTK, Pengembangan model sertifikasi, guru SMK, pendidikan kejuruanRolly R. Oroh
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN LPTK PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/88
Keberadaan guru, yang nyambi sebagai tukang ojek, penjaga, malam dan kisah memilukan<br />lainnya seperti yang tersembul dalam penggalan bait himne guru, laksana embun penyejuk dalam<br />kehausan, serta patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa, semoga di era reformasi dan sertikasi<br />tidak akan terdenga lagi. Pemerintah di Era Kabinet Bersatu berupaya untuk meningkatkan<br />kesejahteraan guru dilakukan sejalan dengan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.<br />Undang–Undang tersebut mengamanatkan adanya tunjangan guru sebagai profesi yang merupakan<br />angin segar bagi masyarakat guru, meskipun harus melalui sertifikasi terlebih dahulu. Sertifikasi<br />kompetensi melalui pendidikan profesi guru sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan tenaga<br />kependidikan di Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan mutu<br />guru. Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi<br />profesional guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi dipandang sebagai bagian esensial<br />dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan. bahwa guru sebagai tenaga profesional di<br />bidang pembelajaran wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran<br />sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh<br />melalui pendidikan tinggi Program Sarjana atau Program Diploma IV yang sesuai dengan tugasnya<br />sebagai guru. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi<br />kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Peran LPTK bersinergi dengan<br />pemerintah adalah mengawasi dan memantau pelaksanaan sertifikasi sehingga benar-benar dapat<br />dilaksanakan sesuai harapan. Sebagai wahana pendidikan, perguruan tinggi LPTK harus menyiapkan<br />seperangkat aturan, metode, dan strategi pendidikan yang dalam konteks pemberdayaan guru mesti<br />mengacu pada pencapaian standar peningkatan mutu dan kualitas guru.<br />Kata Kunci: Profesional Guru, Kompetensi, Sertifikasi, LPTKNontje M. Sangi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PADA KOMPETENSI KEAHLIAN MENATA PRODUK DI SMK NEGERI 3 MANADO
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/89
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai hasil belajar siswa dengan menggunakan<br />metode demonstrasi dan latihan-latihan dalam kegiatan belajar mengajar dengan indikator<br />keberhasilan, dilihat dari tingkat penguasan siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor.<br />Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut : (1) siswa memperoleh nilai besar atau sama<br />dengan 7 mencapai 83,33% , (2) penilaian psikomotor siswa yang mencapai 94,44% yang<br />mempunyai nilai sekitar 21 – 25 ini menunjukan bahwa siswa cukup terampil dan bagus dalam<br />pembungkusan (packaging) yang dilakukan secara sendiri dengan kreatif dari masing-masing siswa,<br />(3) penilaian afektif siswa yang mencapai 100% yang mempunyai nilai sekitar 16 – 25, menunjukan<br />bahwa siswa tersebut cukup baik selama proses belajar mengajar, 13,89% menunjukan siswa yang<br />baik dalam kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat ke aktifan dalam bertanya, menjawab, menanggapi<br />dan melakukan peragaan pembungkusan dengan benar yaitu sebanyak 30 dari 36 siswa berhasil dari<br />segi kognitif tersebut. Jadi penerapan metode pembelajaran (metode demonstrasi dan latihan) dalam<br />pembelajaran melaksanakan packaging telah mencapai ketuntasan belajar siswa.<br />Kata Kunci: metode pembelajaran, packaging, hasil belajarE. UndapPalit -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24JEJARING KERJA SAMA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING LULUSAN PENDIDIKAN KEJURUAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/90
Era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang bermutu dan<br />mempunyai daya saing secara terbuka. Tuntutan tersebut secara simultan telah menjadikan SDM<br />tidak lagi dianggap sebagai pelengkap semata, akan tetapi telah menjadi kekuatan utama bagi industri<br />dalam menghasilkan keunggulan dalam konteks yang lebih komprehensif, inovatif dengan sudut<br />pandang yang holistik. Pendidikan yang paling sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi adalah<br />pendidikan yang berorentasi pada dunia kerja dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran<br />dan didukung oleh kurikulum yang sesuai dengan keinginan dunia kerja. Pendidikan di Indonesia,<br />terutama pendidikan kejuruan dituntut mampu menyiapkan tenaga kerja terampil untuk mengisi<br />keperluan pembangunan, mengubah status siswa dari status beban menjadi aset bangsa,<br />menciptakan sumberdaya manusia profesional yang dapat diandalkan dan unggul menghadapi<br />persaingan global.<br />Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dan daya saing lulusan<br />pendidikan kejuruan tersebut adalah dengan mengembangkan jejaring kerjasama dengan<br />stakeholder. Melalui jejaring kerjasama ini akan terjadi penguatan posisi tawar terhadap stakeholder<br />dalam mengembangkan pendidikan.<br />Manfaat langsung yang diperoleh sekolah lewat jejaring kerjasama di antaranya adalah<br />program-program akademik yang diselenggarakan sekolah akan dapat dimantapkan secara<br />substansial. Di samping itu juga akan diperoleh manfaat ekonomis akibat pemanfaatan bersama<br />berbagai sumber daya dan fasilitas yang ada. Setidak-tidaknya penggunaan sumber daya akan lebih<br />efektif daripada bila hanya dimanfaatkan oleh lembaga masing-masing secara individual.<br />Kata Kunci: SDM era global, Reposisi Pendidikan Kejuruan, Jejaring Kerjasama<br />Sekolah dengan Stakeholder.Suhartanta -Zaenal Arifin
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24AKREDITASI SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI SECARA BERKESINAMBUNGAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/91
Indonesia sebagai Negara berkembang dan warga dunia tidak dapat menghindari dari<br />pengaruh globalisasi. Isu-isu strategis dalam dunia pendidikan akibat dampak globalisasi adalah<br />penilaian mutu, penjaminan mutu, dan akreditasi. Penjaminan mutu lulusan lembaga<br />pendidikan/program studi menjadi sangat bernilai ketika Negara sudah tidak memiliki batasan<br />perdagangan, tenaga kerja dan keuangan. Dengan penjaminan mutu diharapkan lulusan yang<br />dihasilkan oleh lembaga pendidikan/program studi dapat bersaing dan berkompetisi secara sehat di<br />era globalisasi.<br />Salah satu penjaminan yang dapat diakui adalah sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi lulusan<br />yang berdasarkan pada standar prosedur dan operasi yang seragam, baku dan menjawab kebutuhan<br />zaman (up to date) diharapkan lulusan telah memiliki kualifikasi yang diterima oleh semua suku,<br />bangsa atau negara.<br />Untuk dapat memberikan suatu sertifikasi kepada lulusan, dunia pendidikan tinggi khususnya<br />program studi terlebih dulu diharuskan mendapatkan pengakuan/akreditasi secara regional maupun<br />internasional dari lembaga yang berwenang. Akreditasi program studi dilakukan untuk menilai mutu<br />dan efisiensi program studi dalam rangka memberikan jaminan dan kontrol mutu kepada dan dari<br />masyarakat.Sri Wening
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN BERBASIS PRODUKSI PADA PENDIDIKAN VOKASIONAL
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/92
Pendidikan adalah segala usaha yang ditujukan agar manusia dapat mengembangkan<br />potensi diri melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.<br />Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan antara lain pesatnya tuntutan<br />masyarakat tentang mutu lulusan yang terampil, perkembangan dan perubahan peradaban dunia<br />yang makin mengglobal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi,<br />serta inovasi dalam bidang pendidikan. Upaya menyiapkan tenaga pendidikan di bidang teknologi<br />dan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan memenuhi kebutuhan individu peserta<br />didik, merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan pada saat ini. Pengembangan Pendidikan<br />Teknologi dan Kejuruan dalam upaya menyiapkan tenaga pendidik dalam bidang keahlian<br />teknik dan kejuruan menghadapi masa yang penuh tantangan yang diakibatkan oleh tuntutan<br />masyarakat yang lebih tinggi dan kompleks, kehidupan yang sangat dipengaruhi oleh<br />perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi. Pembelajaran berbasis produksi<br />ditekankan pada aspek keterpaduan, yang didasarkan yakni konsep kebermaknaan. Kebermaknaan<br />maksudnya adalah peserta didik memahami konsep yang diajarkan melalui pengalaman mengerjakan<br />benda langsung di bengkel atau di lapangan (pengalaman praktis). Pengembangan pembelajaran<br />berbasis produksi (PBP) bertujuan menggali kembali pemahaman tentang SMK itu sendiri,<br />karakteristik SMK Teknologi, dan pengembangan PBP di SMK Teknologi adalah salah satu yang<br />diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan/ kompetensi lulusan pada bidang keahlian mesin<br />produksiMARLINA -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24Tantangan Pendidikan Kejuruan dalam Era Perdagangan Bebas
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/95
Di era perdagangan bebas yang secara bertahap berlaku mulai tahun 2003 untuk kawasan<br />Asia Tenggara (AFTA) dan tahun 2020 untuk kawasan Asia-Pasific (APEC), dunia usaha/industri<br />harus meningkatkan kompetensi tenaga kerjanya agar dapat meningkatkan mutu dan ragam<br />produknya yang dapat bersaing di pasar bebas. Sebagai Lembaga Pendidikan Kejuruan perlu juga<br />menyikapi keadaan ini mengingat bahwa tujuan utamanya adalah memberikan bekal keterampilan<br />dan pengetahuan agar tamatannya menjadi tenaga kerja yang produktif, mampu mendapatkan<br />pendapatan dan taraf hidup serta dapat mengembangkan dirinya dalam menghadapi perubahan yang<br />semakin cepat. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan bertujuan untuk<br />mempersiapkan siswa dan lulusannya sebagai tenaga kerja tingkat menengah berpotensi mencetak<br />sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Lembaga ini juga dapat mengakomodir kebutuhan<br />pasar dan meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengangkat keunggulan lokal sebagai modal<br />daya saing bangsa, sebagaimana yang dituangkan dalam tujuan pendirian SMK itu sendiri. Lulusan<br />diharapkan tidak hanya unggul di daerah saja, tetapi dengan kekuatan sistem yang ada tamatan pun<br />diharapkan memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di pasar nasional maupun<br />internasional. Pendidikan Kejuruan memiliki keunggulan dalam skill intensive, menghadapi<br />globalisasi perdagangan dan investasi, mendidik dan melatih tenaga terampil, memiliki multi fungsi,<br />dan berwawasan link-and-match.<br />Kata Kunci: AFTA, APEC, SMK, globalisasi, link-and-matchDjafar Wonggo
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24MEMPERSIAPKAN GURU PADA STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/96
Dalam usaha mendorong kesiapan sumber daya manusia di era global melalui pendidikan di<br />Sekolah Menengah Kejuruan, perlu adanya proses pembelajaran yang mengintegrasian TIK<br />didalamnya. Usaha ini bertujuan untuk : 1) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;<br />2) mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT literacy) itu<br />sendiri; dan 3) untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran. Pada<br />kenyataanya, saat ini belum semua guru memahami apa yang dimaksud dengan strategi<br />pembelajaran dalam mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran. Makalah ini menjelaskan<br />tentang strategi, tujuan dan pendekatannya dalam proses pembelajaran yang mengintegerasikan TIK<br />di sekolah.Pitoyo Yuliatmojo
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SEBAGAI UPAYA MEMASUKI DUNIA KERJA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/97
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang<br />melaksanakan pendidikan dengan tujuan untuk mendidik, mengajar ataupun melatih siswa agar<br />memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu sesuai dengan bidang studi yang dipilih siswa atau<br />peserta didik. Pada umumnya siswa yang memilih untuk melanjutkan studi di SMK berasal dari<br />keluarga kalangan menengah-kebawah, karena dari golongan yang kurang mampu sehingga memilih<br />untuk studi pada bidang pendidikan yang siap kerja. Lulusan SMK ini harus memiliki kompetensi yang<br />diharapkan oleh stakeholders, agar dapat diterima dalam dunia usaha/industry, karena seseorang<br />yang memiliki bakat, kemampuan, minat, usaha dan keahlian sesuai dengan bidang studinya tentu<br />akan dapat memperebutkan pasar kerja.<br />Kata Kunci : Persepsi, SMK, Dunia KerjaHernie Kumaat
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) SEBAGAI PELUANG KERJA LULUSAN JURUSAN PKK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/98
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu cara penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan<br />yang terintegrasi dengan kegiatan belajar di dalam kelas (kampus) dengan kegiatan belajar<br />berlangsung pada bidangnya yang relevan dengan pekerjaan atau dunia kerja (usaha dan industri ).<br />Dunia kerja atau industri dijadikan sebagai ajang untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang<br />diperoleh selama ada di bangku kuliahsehingga dapat mempraktekkan teori yang diperoleh menjadi<br />kenyataan dalam dunia kerja. Praktek Kerja lapangan ini sangat erat hubungannya dengan<br />keprofesionalan mahasiswa sehingga jika berprestasi dengan baik peluang untuk memperoleh<br />pekerjaan setelah lulus pasti ada<br />Kata Kunci : PKL, Peluang Kerja dan LulusanJ. Lonan-L
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERAN PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM MENYIAPKAN LULUSAN BERJIWA WIRAUSAHA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/99
Perguruan Tinggi adalah lembaga formal yang menjadi tempat pelaksanaan pendidikan<br />jenjang Sarjana (S1) yang diakui oleh pemerintah. Perguruan tinggi memiliki beberapa proram studi<br />dan melaksanakan pendidikan secara mandiri dan menggunakan Kurikulum. Kurikulum adalah<br />seperangkat dokumen yang tertulis yang didunakan dalam pendidikan dalam proses belajar dan<br />pembelajaran. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan tinggi harus menggunakan kurikulum,<br />karena tanpa kurikulum pelaksanaan proses pendidikan tidak dapat diterapkan. Kurikulum yang<br />diterapkan pada jurusan PKK adalah kurikulum berbasis kompetensi (Competency-Based<br />Curricullum), dan penerapan KBK tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan jurusan<br />sehingga trampil dan dapat mandiri sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya.Salah satu mata<br />kuliah yang diajarkan pada mahasiswa adalah kewirausahaan. Matakuliah ini bertujuan untuk<br />menumbuhkan sikap wirausaha pada mahasiswa, agar setelah lulus jika tidak terserap sebagai<br />tenaga kerja dapat membuka usaha sendiri atau berwirausaha secara mandiri Persaingan untuk<br />menjadi PNS dewasa ini sangat ketat, sehingga lulusan jurusan PKK jika tidak terserap pada instansi<br />pemerintah berpotensi untuk membuka usaha dalam bidang boga meskipun usaha tersebut masih<br />dalam skala kecil. Berbekal ilmu yang diterima selama studi, lulusan jurusan PKK khususnya<br />konsentrasi tata boga, dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat membantu pemerintah<br />mengatasi pengangguran.<br />Kata Kunci : Pendidikan Kejuruan, Lulusan, WirausahaHenny N. Tambingon
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24RELEVANSI KURIKULUM JURUSAN PKK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN MENGHADAPI DUNIA KERJA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/100
Kurikulum adalah seperangkat dokumen tertulis yang harus tersedia pada setiap jenjang<br />pendidikan. Jurusan PKK memiliki kurikulum yang diterapkan pada mahasiswa dalam proses<br />pembelajaran. Kurikulum yang digunakan jurusan PKK saat ini baru direvisi atas dasar pertimbangan<br />dan aturan yang berlaku, tanpa mengurangi akan tujuan kurikulum itu sendiri. Kurikulum direvisi<br />dengan tujuan agar supaya tetap relevan dengan dunia usaha/industry. Kurikulum dalam<br />penerapannya pada saat proses pembelajaran dengan tujuan agar mahasiswa dapat memperoleh<br />pengetahuan dan keahlian dalam bidang pendidikan teknologi dan Kejuruan, agar jurusan PKK dapat<br />menghasilkan lulusan yang professional sesuai dengan disiplin ilmu sehingga dapat memperebutkan<br />pasar kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja saat ini adalah tenaga kerja yang berbasis teknologi.<br />Kata Kunci : Relevansi Kurikulum, Lulusan, Dunia KerjaJenny Ch. Tambahani
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN LABORATORIUM SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MAHASISWA JURUSAN PKK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/101
Laboratorium merupakan ujung tombak pendidikan, penelitian dan pengabdian pada<br />masyarakat suatu perguruan tinggi. Laboratorium adalah suatu kamar tu ruangan untuk melakukan<br />kegiatan atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya<br />infrastruktur laboratorium yang lengkap (adanya fasilitas air, listrik, gas dsb). Pengembangan<br />laboratorium Jurusan PKK sangat dibutuhkan dalam upaya menunjang penyelenggaraan proses<br />pendidikan yang menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curricullum),<br />sehingga dapat menghasilkan lulusan yang profesional di bidang ilmunya. Penerapan Kurikuluim<br />Berbasis Kompetensi tanpa didukung atau ditunjang dengan sarana dan prasarana dalam hal ini<br />laboratorium dengan alat/barang, ataupun ruang yang tidak sesuai dengan Standar Minimal<br />Laboratorium, maka penyelenggaraan proses pendidikan akan berdampak pada mahasiswa dan<br />dosen. Jurusan yang memiliki laboratorium yang memenuhi Standar Minimal Laboratorium (ruang dan<br />alat) akan memberikan dampak yang positif pada dosen dan mahasiswa serta nilai ekonomis lainnya<br />untuk jurusan, karena selain sebagai tempat penyelenggaraan proses pendidikan juga dapat<br />digunakan oleh dosen dan mahasiswa ataupun masyarakat umum (perorangan atau kelompok)<br />sebagai tempat penelitian ataupun mengolah produk sesuai kebutuhan<br />Kata kunci : Laboratorium, Kualitas Mahasiswa, Jurusan PKKLydia Salindeho-T
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24RELEVANSI KURIKULUM SMK PARIWISATA DENGAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/102
Kurikulum adalah bagian dari dunia pendidikan, dan pendidikan kejuruan juga tidak lepas dari<br />kurikulum. Tanpa kurikulum, maka pendidikan tidak akan berjalan dengan teratur, bahkan tidak akan<br />dapat mencapai tujuan pendidikan. Struktur kurikulum berisikan sederet mata pelajaran untuk SMK<br />atau mata kuliah untuk perguruan tinggi dalam hal ini jurusan Pendidikan kesejahteraan Keluarga<br />(PKK). Struktur kurikulum SMK Kelompok Pariwisata memiliki kesamaan dengan kurikulum jurusan<br />PKK. Kesamaan itu karena dua-duanya spesifik yaitu pendidikan kejuruan, dan kurikulumnya berbasis<br />kompetensi dan berorientasi siap kerja (ready for use).<br />Kata Kunci : Kurikulum SMK, Jurusan PKKRethy F. Lioew
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN ENTREPRENEUR MELALUI USAHA JASA BOGA MAHASISWA JURUSAN PKK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/103
Usaha jasa boga adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.<br />Mahasiswwa dapat melakukan usaha ini, karena telah dibekali dengan pengetahuan tentang<br />wirausaha. Usaha jasa boga ini dikelola oleh mahasiswa dibawah control oleh dosen jurusan tata<br />boga. Usaha ini adalah usaha yang dapat dilakukan untuk melatih mahasiswa agar memiliki jiwa<br />wirausaha.<br />Membuka suatu usaha harus memperhitungkan secara matang segala sebab dan akibatnya.<br />Usaha jasa boga sebagai salah satu usaha yang dapat dikembangkan oleh seseorang secara pribadi<br />ataupun usaha kelompok/lembaga tertentu seperti jurusan PKK. Jurusan PKK dapat melaksanakan<br />usaha jasa boga ini karena dapat diusahakan oleh mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dilatih untuk<br />menumbuhkan jiwa Enterpreneur agar setelah menyelesaikan studinya telah memiliki pengalaman<br />dalam mengelola bisnis seperti catering.<br />Pelaksanaan pesta tidak harus diselenggarakan di rumah tapi dapat dilaksanakan di gedung,<br />taman ataupun lokasi lain yang menjadi pilihan pihak penyelenggara pesta sesuai selera. Setiap<br />penyelenggaraan pesta disajikan sejumlah makanan yang dihidangkan dengan penataan yang<br />menarik, mulai dari makanan pembuka, makanan penyela, makanan pokok, serta makanan penutup.<br />Makanan ini dapat dipesan melalui usaha jasa boga jurusan PKK. Pemesanan melalui jasa boga ini<br />sangat praktis, karena pihak penyelenggara pesta tidak perlu repot mengurus soal makanan, karena<br />akan disediakan oleh pihak pengelola dalam hal ini jurusan PKK, tentu sesuai dengan kesepakatan<br />harga dan jumlah/jenis makanan. Jurusan PKK Fatek UNIMA. Usaha jasa boga ini sebagai peluang<br />dalam pengembangan Entrepreneurship Jurusan PKK. Dengan demikian mahasiswa diajarkan untuk<br />berwirausaha sekaligus untuk memajukan potensi jurusan PKK.<br />Kata Kunci : Entrepreneurship, Jasa Boga, Jurusan PKKElsje J. Sumual
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24USAHA BUSANA MODE ATELIER POTENSI UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA JURUSAN PKK TATA BUSANA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/104
Perjalanan Perguruan Tinggi dalam mendidik SDM semakin nyata, karena dipastikan menjadi<br />bagian dari setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia termasuk UNIMA. Di seluruh jurusan<br />diwajibkan untuk mendapat matakuliah kewirausahaan, dan ini sudah diberlakukan sejak tahun 1997.<br />Perguruan tinggi sekarang untuk mempersiapkan diri agar jurusan bertahan dalam menyelenggarakan<br />pendidikan adalah dengan membuka unit-unit usaha yang diyakini dapat memberikan jaminan untuk<br />kelangsungan jurusan itu sendiri maupun fakultas yang ada. Jurusan PKK memiliki potensi<br />pendukung seperti SDM, kurikulum dan mahasiswa yang berpeluang untuk berwirausaha dalam<br />bidang tata busana seperti : penjahitan pakaian anak, pakaian wanita dewasa, pakaian pria secara<br />perorangan ataupun kelompok. Usaha ini diyakini dapat memberikan jaminan sebagai peluang usaha<br />jurusan serta sekaligus melatih mahasiswa tata busana untuk memiliki jiwa wirausaha sesuai dengan<br />bidang studi yang ditekuninya.<br />Kata kunci : Usaha Busana Atelier, Wirausaha, MahasiswaDeanne J. Nelwan
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PROGRAM MAGANG KERJA BIDANG STUDI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA JURUSAN PKK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/105
Program Magang Kerja Bidang Studi (MKBS) adalah salah program yang dapat<br />dikembangkan di perguruan tinggi. Program magang kerja ini dapat dilaksanakan di suatu instansi<br />atau perusahaan (DUDI). Tujuan program MKBS ini adalah agar mahasiswa dapat lebih memahami<br />dan terlibat langsung dalam dunia usaha/industry, sehingga dapat memberikan inspirasi untuk<br />berwirausaha. Program ini dapat dilakukan bekerjasama dengan dunia usaha/industry. Pelaksanaan<br />magang bidang studi ini lebih memberikan cara pembelajaran langsung pada mahasiswa tentang<br />dunia usaha/industry. Mahasiswa dapat terlibat langsung dalam pengelolaan suatu usaha atau<br />pekerjaan yang menyangkut usaha. Pelaksanaan program ini dapat dilaksanakan selama 2-3 bulan<br />sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan serta dana yang tersedia.Pelaksanaan magang bidang<br />studi dapat membangkitkan semangat dan jiwa wirausaha mahasiswa setelah lulus nanti, agar dapat<br />menciptakan peluang usaha sesuai dengan keahlian yang dimiliki.<br />Kata Kunci : MKBS, Wirausaha, MahasiswaWelmintje Sahulata
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEBAGAI POTENSI BERWIRAUSAHA LULUSAN JURUSAN PKK BIDANG TATA BUSANA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/106
Kurikulum dan pembelajaran adalah dua system yang berbeda, namun saling mempengaruhi<br />pembelajaran dan sebaliknya. Proses belajar di lembaga pendidikan tinggi harus menggunakan<br />kurikulum, karena tanpa kurikulum pelaksanaan proses pendidikan tidak dapat diterapkan. Kurikulum<br />yang diterapkan pada jurusan PKK adalah kurikulum berbasis kompetensi (Competency-Based<br />Curricullum), dan penerapan KBK tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan jurusan<br />sehingga trampil dan dapat mandiri sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya. Persaingan untuk<br />menjadi PNS dewasa ini sangat ketat, sehingga lulusan jurusan PKK jika tidak terserap pada instansi<br />pemerintah berpotensi untuk membuka usaha dalam bidang boga dan busana meskipun usaha<br />tersebut masih dalam skala kecil. Berbekal ilmu yang diterima selama studi, lulusan jurusan PKK<br />khusus dalam bidang busana dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat membantu<br />pemerintah mengatasi pengangguran.<br />Kata Kunci : Kurikulum, wirausaha, Jurusan PKKWilly D. Kalangi
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERANAN LPTK DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI BIDANG TATA BUSANA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/107
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah suatu lembaga perguruan tinggi<br />yang mempersiapkan tenaga pendidik profesional; termasuk tenaga pendidik SMK dan lebih khusus<br />tenaga pendidik SMK kelompok parawisata bidang tata busana.<br />Pendidikan kejuruan (Vocational Education) merupakan pendidikan jenjang menengah yang<br />diarahkan untuk membekali para siswa dengan bidang-bidang tertentu mereka dapat mengisi peluang<br />dan menekuni pekerjaan sesuai dengan bidangnya.<br />Penyelenggaraan pendidikan vokasi dalam bidang (tata busana) adalah untuk menyiapkan<br />peserta didik yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan dapat mengembangkan diri sesuai<br />dengan keahlian yang dimiliki. Para siswa dipersiapkan menjadi tenaga produktif dapat memenuhi<br />tenaga kerja dunia usaha industri rumah tangga (home industri). Dengan demikian dapat<br />menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain. Pendidikan vokasi dalam<br />pengembangannya mengubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang<br />berpenghasilan (produktif), sehingga mampu mengikuti, menguasai dan menyesuaikan diri dengan<br />kemajuan IPTEK, dalam pengembangan diri secara berkelanjutan.Cornelia Bataragoa
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PRAKTEK WIRAUSAHA BAGI MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/108
Kewirausahaan dilihat dari sumberdaya yang ada didalamnya adalah seorang yang<br />membawa sumberdaya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang<br />menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya dan juga dilekatkan pada orang yang<br />membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.<br />Seorang wirausahawan harus memiliki tanggung jawab yang besar terhadap usaha yang sedang<br />dijalankan, yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat, ataupun kepada pihak-pihak<br />luar perusahaan. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat juga tidak boleh dilupakan karena tanpa<br />masyarakat usaha kita tidak akan pernah maju.<br />Pemasaran adalah usaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen melalui penciptaan<br />suatu produk, baik barang maupun jasa yang kemudian dibeli oleh mereka yang memiliki kebutuhan<br />melalui suatu pertukaran. Pemasaran berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik<br />barang maupun jasa kepada konsumen di pasar. Penciptaan produk tersebut didasarkan pada<br />kebutuhan dan keinginan pasarGertruida Johona Rumawouw
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24KAJIAN MODEL-MODEL PENILAIAN KINERJA GURU
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/109
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran model-model penilaian kinerja guru<br />untuk dapat dirumuskan satu model yang efektif<br />Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menganalisis sumber-sumber pustaka<br />terkait dengan penilaian kinerja guru. Dilihat dari analisis datanya penelitian ini menggunakan dua<br />analisis utama yaitu analisis meta untuk mengkaji hasil-hasil penelitian serta analisis isi untuk<br />mengkaji pustaka-pustaka terkait dengan penilaian kinerja guru. Penelitian ini dilakukan terhadap<br />hasil-hasil penelitian, buku-buku pustaka, dokumen-dokumen maupun informasi-informasi yang<br />terdapat dalam internet. Data yang terkumpul dalam penelittian ini dianalisis secara kualitatif dengan<br />memperhatikan tujuan penelitian<br />Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Pada dasarnya terdapat persamaan kriteria yang<br />digunakan berbagai institusi dalam penilaian kinerja. Kriteria-kriteria tersebut meliputi aspek<br />pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan, manajemen kelas, lingkungan belajar dan asesmen),<br />komunikasi dan pengembangan profesionalisme, (b) Dilihat dari cara penialian kinerja, pada<br />dasarnya hampir semua negara menggunakan paduan dari berbagai metode seperti pengamatan,<br />dokumentasi maupun isian dan test, (c) Pemaknaan terhadap hasil penilaian kinerja guru (scoring)<br />juga menunjukkan variasi yang beragam, namun demikian apabila dicermati pada dasarnya semua<br />negara menggunakan empat kriteria yang meliputi kategori: istimewa, tinggi, butuh pengembangan<br />dan tidak memuaskan(tidak lulus).<br />Kata kunci: penilaian, model, kinerja guruWagiran -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERENCANAAN DAN MODEL PENDIDIKAN BERBASIS VOKASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/110
Baik model pendidikan tak terencana maupun terencana (non formal dan formal) maupun<br />model perencanaan tertutup maupun terbuka memiliki keuntungan dan kelemahan-masing masing.<br />Bila memilih untuk model pendidikan tentu sebagai pengajar memilih model yang dapat<br />dikembangkan ke depan, atau efektif, ekonomis dan efisien. Rencana pembelajaran tertutup sering<br />mengalami kegagalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Keinginan untuk membuat ketentuan<br />ketat dan tidak dapat diubah bersifat mengikat dalam proses pembelajaran sering gagal. Rencana<br />pengajaran terbuka memiliki peluang untuk ditanggapi secara serius oleh pengajar serta diterapkan<br />olehnya. Untuk model perencanaan sebagai pengajar cenderung pada model terbuka. Beberapa hal<br />menyangkut model pendidikan dan perencanaan disimpulkan sebagai berikut : Model pendidikan<br />dengan menggabungkan pelaksanaan pendidikan formal dan non formal untuk kondisi sekarang ini<br />pada hemat penulis sangat efisien dan sesuai dengan rencana pengembangan pendidikan vokasi<br />untuk jangka panjang. SMK menjadi pusat pengembangan pendidikan vokasi, dan berfungsi sebagai<br />fasilitator, mediator dan sumber belajar. Kolaborasi yang saling menguntungkan dapat mewujudkan<br />jiwa kewirausahaan yang dikembangkan melalui pendidikan non formal. Kebutuhan pendidikan non<br />formal yang dalam bentuk teoritis dapat diberikan Pendidikan formal, sebaliknya kebutuhan fasilitas<br />praktik yang ril maupun instruktur pendidikan formal dapat diperoleh dari lembaga pendidikan non<br />formal yang umumnya tersedia. Perencanaan pendidikan system terbuka akan sangat membantu<br />SMK berkreasi dan beradaptasi maupun melakukan ekspansi. Pengembangan pendidikan vokasi ke<br />depan dengan melibatkan berbagai pendidikan non formal, yang lebih memasyarakat, mudah<br />dijangkau, sesuai kebutuhan, potensi SDM telah tersedia, berbagai fasilitas praktek sesuai dengan<br />kompetensi telah tersedia. Kekurangan yang ada baik fasilitas praktek, pelaksanaan, evaluasi, SDM<br />dapat diperoleh dari SMK formal. Sebaliknya SMK formal dapat mengembangkan kompetensi lainnya,<br />bilamana beberapa lembaga pendidikan formal dengan kompetensi yang sama menunjukkan<br />anemo/peminat yang besar. Beberapa siswa berprestasi dan memenuhi syarat boleh memperoleh<br />kompetensi SMK, dengan mengikuti validasi mata pelajaran dan menambah mata pelajaran lainnya.<br />Fungsi Pendidikan formal menjadi Pembina, dan turut serta dalam evaluasi. Beberapa syarat yang<br />harus dipenuhi yaitu : Setiap kabupaten kota harus memiliki SMK (pendidikan vokasi) Setiap SMK<br />melibatkan beberapa pendidikan non formal untuk secara bersama mengembangkan pendidikan<br />sesuai kompetensi yang dimilikinya. Pendidikan terbuka relevan dengan pengembangan pendidikan<br />vokasi dimana terdapat hubungan pendidikan formal dan non formal secara berencana dan<br />berkesinambungan.<br />Kata kunci : Model Pendidikan Berbasis VokasiJames J.R. Sumayku
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN BERBASIS POTENSI DAERAH DAN SUMBERDAYA ALAM DALAM MENDUKUNG CONTINUING VOCATIONAL EDUCATION
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/111
Kebijakan reproporsi SMA-SMK dari 70: 30 menjadi 70:30 merupakan salahsatu upaya<br />pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional dalam mengatasi permasalahan<br />pengangguran melalui pemberdayaan SMK. Namun demikian aspek yang harus dicermati<br />adalah reproporsi tersebut bukan hanya pada aspek jumlah, namun yang lebih penting adalah<br />aspek relevansi. Dalam konteks otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk mampu<br />menentukan berapa jumlah SMK yang harus didirikan di tempatnya serta bidang apasaja yang<br />harus dibuka. Pengembangan SMK berbasis potensi daerah penting dilakukan guna<br />mewujudkan pendidikan yang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi daerah,<br />meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan diversifikasi lapangan kerja bagi lulusan.<br />Kata Kunci: reproporsi, SMA, SMK, otonomi daerahWagiran -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24Pendidikan Berkelanjutan Dalam Bidang Vokasional
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/112
Implikasi kebijakan pendidikan berkelanjutan dalam bidang vokasi, perlu disikapi secara<br />kelembagaan yang profesional dan memposisikan pada jalur dan tingkatan kebijakan<br />secara tepat. LPTK-PTK dalam hal ini mempunyai peluang dan mampu berperan serta<br />dengan memberikan konstribusi dalam implememntasi kebijakan pendidikan berkelanjutan dalam<br />bidang vokasi. LPTK-PTK, dipacu untuk melaksanakan pengembangan kapasitas kelembagaan secara<br />komprehensif dan totalitas sebagai wujud pencitraan, guna memperoleh kepercayaan pihak sasaran.<br />Agar pendidikan kejuruan berhasil dalam perannya diperlukan pendekatan yang sistematik dengan<br />lembaga-lembaga terkait, Oleh karena itu, pendidikan kejuruan seyogyanya beroreantasi kepada: 1)<br />perubahan struktur pekerjaan di lapangan, 2) meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri, 4)<br />isu tentang berbagai pekerjaan. 5) dampak dari kemajuan teknologi, 6) perubahan sosial, 7)<br />perkembangan teknologi, 8) sistem pendidikan nasional. Tampaknya pendidikan kejuruan berdasarkan<br />kompetensi masih belum di dukung oleh data empiris, belum di dukung oleh perangkat evaluasi yang<br />mapan, belum bertumpu kepada azas pengembangan sumber daya manusia, dan belum pada tahap<br />menguasai pengetahuan dasar akademik profesional pendekatan belajarnya, pada empat pilar<br />belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.<br />Kata kunci: Pendidikan Berkelanjutan, Vokasional.Agus Dudung
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24KEMITRAAN ANTARA DUNIA INDUSTRI DAN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN SDM PTK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/113
Pendidikan vokasional seperti diterapkan di PTK tujuan mempersiapkan lulusan yang dapat<br />berkompetensi di dunia usaha dan di dunia industri (DUDI). SDM PTK yang berkualitas merupakan<br />suatu kebutuhan yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing. Untuk itu dalam<br />pengembangan SDM PTK akan menjadi tanggung jawab bersama para stake holder. Karena perlu<br />adanya pola kemitraan antara lembaga pendidikan dan Dunia Industri atau stakeholder terkait. Dunia<br />industri sebagai motor penggerak ekonomi sangat membutuhkan SDM PTK yang berkualitas dan<br />sertifikasi (qualified dan certified ). Berdasarkan hasil survai, masih ada ketidaksesuaian (gap) antara<br />kebutuhan sumber daya manusia di industri dengan kompetensi sumber daya manusia yang<br />dihasilkan lembaga pendidikan. Kiranya satu upaya mempersempit gap kompetensi tersebut adalah<br />mengembangkan pola kemitraan antara dunia pendidikan dan industri. Penulis mencoba membahas<br />model kemitraan yang dapat dikembangkan yaitu research model, sharing resources, training model,<br />twinning model, community development model, dan Built-operation and transfer.<br />Kata Kunci : Kemintraan, Dunia Industri.USWATUN HASANAH
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24IMPLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/114
Tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia saat ini adalah meningkatnya daya saing dan<br />keunggulan kompetitif di semua sektor termasuk sektor pendidikan. Penerapan teknologi informasi<br />dan komunikasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut.<br />Implikasi penerapan TIK pada perubahan budaya belajar siswa maupun pengajar adalah terciptanya<br />model-model pendidikan berbasis TIK yakni distance learning, open learning, computer assisted<br />learning, e-learning serta bentuk-bentuk kegiatan belajar lain baik formal maupun non-formal seperti<br />yang dilaksanakan dengan sistem siaran pendidikan melalui radio, televisi dan media komunikasi<br />lainnya.Lanto Ningrayati Amali
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PERANCANGAN PROTOTYPE MEDIA PEMBELAJARAN TURBO PASCAL BERBASIS WEB SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKREDITASI JURUSAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/115
Tujuan penelitian ini adalah merancang prototype media pembelajaran turbo pascal berbasis<br />web, yang akan diimplementasikan pada Jurusan Manajemen Informatika UNDIKSHA. Dengan<br />terbentuknya media ini akan dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar bagi mahasiswa,<br />khususnya mata kuliah Bahasa Pemrograman Turbo Pascal sehingga dapat meningkatkan kualitas<br />pembelajaran. Dengan media ini, juga dapat mengeleminasi hambatan-hambatan dalam proses<br />komunikasi pembelajaran di kelas, diantaranya adalah : (1) hambatan psikologis; (2) hambatan fisik;<br />(3) hambatan kultural; dan (4) hambatan lingkungan. Pengembangan prototype sistem ini<br />menggunakan model waterfall, yang merupakan model yang paling banyak digunakan dalam<br />perancangan sebuah perangkat lunak. Prototype media ini mampu menangani pengelolaan materimateri<br />pembelajaran Turbo Pascal yang dapat di akses oleh mahasiswa secara lokal, serta disediakan<br />animasi-animasi untuk mendukung pemahaman yang sifatnya abstrak.<br />Kata kunci: media pembelajaran, turbo pascal, web.Komang Setemen
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24SUATU KONSEP AWAL AKUNTABILITAS PENDIDIKAN YANG MANTAP DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI (Terkait dengan Akreditasi Program Studi pada Lingkungan LPTK PTK)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/116
Lives, especially here for educational management domain, as if automatically,<br />mechanistically passes away. It seems that our routine jobs/ functions as if nearly exactly controlled,<br />as if nearly without soul. Meanwhile outside demands to us directly or indirectly more and more<br />challenges. Furthermore, actually our environment facilities according to information technology more<br />and more exists and self perfecting.<br />In daily educational practises, we as educational society and even our stakeholders are<br />almost dominantly immersed to routinity of existing life stream automatically. This condition affecting to<br />something crucial in nature thus just forgotten. What is that? That is educational accountability,<br />standing/ errecting educational accountability. With this kind of awaraness, in mind, and in turn<br />followed by action, we hope we can approach to our effort to a peak performances condition.<br />In this paper we tried to analyze the educational accountability elements related to information<br />technology era that assumed as can be created. This elements could be as artificial or as daily<br />happening (elements), but in our ideas is in effort to enliven or to enacting it. Because the educational<br />accountability as educational practician or conceptors in my point of view is our entail obligation. In this<br />paper generally, we tried to analyze diverse of existing facilities whether in software, hardware or<br />brainware as long as it can be regulated according to our possibility efforts and abilities.<br />Keywords: ICT/TIK, accountability/akuntabilitas, ranking.Enjang Akhmad JuandaMukhidin -
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PRAKTEK KERJA INDUSTRI SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PROFESI KEPENDIDIKAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN TEKNOLOGI (LPTK)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/117
Masalah pendidikan guru sebagai salah satu profesi kependidikan pada umumnya mencakup<br />masalah kuantitas dan kualitas pendidikan. Masalah kualitas menjadi sangat penting karena ini<br />berkaitan dengan mutu pendidikan yang dihasilkan. Penyebab timbulnya masalah kualitas pendidikan<br />guru antara lain disebabkan bahwa guru belum bekerja secara sungguh-sungguh atau karena<br />kemampuan profesional guru masih kurang. Makin meluasnya wawasan masyarakat (social domains)<br />dan komponen budaya masyarakat yang satu sama lain mempunyai keterkaitan fungsional dan<br />berorientasi kepada peningkatan mutu dan produktivitas lulusan, lembaga pendidikan teknologi dan<br />kejuruan (LPTK) harus mampu menyajikan keahlian profesional. Pendidikan kejuruan adalah suatu<br />bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang<br />mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan, yang salah satunya melalui<br />magang atau praktek kerja industri. Dalam praktek kerja industri ini, peserta didik dihadapkan kepada<br />situasi kerja yang sebenarnya sehingga melalui pengalaman langsung dapat membekali peserta didik<br />agar menjadi pendidik yang professional yang dapat bersaing di lapangan kerja dalam tataran era<br />globalisasi. Pendidikan kejuruan mempunyai misi membentuk peserta didik dalam mengembangkan<br />sikap profesionalnya, sikap kompetitif dan mempersiapkan dirinya dalam bekerja dan berkarir di dunia<br />ketenagakerjaan.<br />Kata kunci : LPTK, Pengembangan, Pendidikan ProfesiPipin Tresna P.
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24MEMBANGUN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA JURUSAN PKK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/118
Pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi khususnya di bidang pendidikan kejuruan,<br />bertujuan untuk mempersiapkan manusia yang memiliki sumberdaya yang handal. Mahasiswa dalam<br />proses pembelajaran perlu dibekali dengan matakuliah kewirausahaan, karena untuk melatih<br />mahasiswa dalam mengelola suatu usaha secara mandiri. Dalam pembelajaran tersebut, diajarkan<br />tentang baimana mengelola dan mengendalikan suatu usaha. Melalui pendidikan wirausaha berarti<br />mahasiswa diajarkan untuk selalu dapat membuka usaha dan bukan untuk mencari pekerjaan atau<br />menjadi tenaga kerja di perusahaan. Jika mahasiswa telah memiliki pengetahuan dan pengalaman<br />dalam dunia usaha (berwirausaha), maka setelah lulus nanti dia dapat membuka usaha atau dapat<br />menjalankan usaha sehingga dia dapat menciptakan lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya<br />sendiri. Dengan menciptakan lapangan pekerjaan, berarti sudah dapat membantu pemerintah<br />mengurangi pengangguran.<br />Kata Kunci : Jiwa WirausahaMargaretha B. Roeroe
Copyright (c)
2012-04-242012-04-24PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN GUNA MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN BOGA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/151
Efektivitas proses dan hasil belajar dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media. Kajian ini bertujuan untuk memberikan solusi dalam pembelajaran bidang kejuruan guna menumbuhkan jiwa kewirausahaan boga melalui pembelajaran berbasis lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat mengatasi kegagalan pembelajaran. Adanya kegagalan pembelajaran secara fisiologis, psikologis, dan kultural tentu dapat diatasi melalui pemanfaatan media lingkungan secara optimal. Media sebagai sumber belajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utility resources). Secara teoritik bahwa lingkungan belajar dapat hadir di dalam kelas dan sebaliknya kelas hadir dalam lingkungan yang sebenarnya. Pembelajaran berbasis lingkungan dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan boga melalui strategi survey, observasi, karya wisata, magang, praktek langsung dalam lingkungan hotel, restoran, catering, home industry, dan out-let makanan. Strategi ini sebagai wujud kelas hadir dalam lingkungan yang sebenarnya. Sebaliknya lingkungan hadir dalam kelas pembelajaran dapat dalam bentuk stadium general dan manipulasi media audio-visual. Keywords : Lingkungan, Jiwa kewirausahaan bogaNi Desak Made Sri Adnyawati
Copyright (c)
2010-04-302010-04-30PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN (UKK) TATA BUSANA DI SMK: ANTARA KENYATAAN DAN HARAPAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/1773
<p>Pendidikan di SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan untuk mempersiapkan lulusannya agar mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan. Kompetensi keahlian Tata Busana merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, terkait dengan profesi bidang busana yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi bidang busana sesuai standar. Pelaksanaan UKK di SMK dikelola BSNP, baik dalam pengadaan soal UKK, kriteria penilaian, maupun penguji.Berdasarkan pengamatan dalam pelaksanaan UKK tata busana di SMK, ditemukan bahwa: (1) soal UKK belum menggambarkan keahlian yang sesuai SKKNI (Costumade) sebagai cerminan kebutuhan lapangan kerja; (2) tingkat kesulitan dari paket pilihan soal kurang seimbang; (3) proses UKK telah memberikan porsi praktikum yang cukup; (4) aspek keterampilan berkomunikasi dan sikap intelektual belum terungkap; (5) kriteria penilaian masih kurang rinci seperti kriteria kinerja dalam SKKNI; (6) Penguji UKK khususnya pada SMK di daerah belum memenuhi standar BNSP, khususnya ketersediaan penguji eksternal, baik dari standar minimal pendidikan, pengalaman kerja, maupun sertifikat penguji yang dimiliki sehingga berdampak terhadap penilaian UKK tata busana di SMK. Agar pelaksanaan penilaian UKK dapat dilaksanakan sesuai harapan, dapat dilakukan dengan cara: (1) pe-nyusunan soal yang menggambarkan pengukuran kemampuan siswa SMK sesuasi standar kom-petensi; (2) penguji internal maupun eksternal sesuai standar; (3) format penilaian disesuaikan dengan kriteria kinerja SKKNI, dan (4) pelaksanaan UKK oleh lembaga independen, atau menyesuai-kan dengan kesiapan sekolah sebagai penyelenggara UKK.</p><p>Kata kunci: Penilaian UKK, standar kompetensi, tata busana, SMK</p>Esin Sintawati
Copyright (c)
2010-04-012010-04-01Aplikasi Internal Loop Berbasis Disturbance Observer pada Sistem Kontrol PI dalam Pengaturan Kecepatan Motor Universal Satu Fasa
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/2074
Pengaturan kecepatan motor universal berbasis sistem kontrol PI memberikan respon lambat dalam mengatasi perubahan kecepatan akibat pembebanan, karena penerapan satu loop umpan balik<br />eksternal berbasis sinyal error. Penelitian ini bertujuan mengurangi pengaruh gangguan terhadap sinyal error sehingga dapat mempercepat aksi sistem kontrol PI. Hal ini dilakukan dengan menambahkan loop umpan balik internal berbasis disturbance observer. Penelitian ini diawali dengan mendesain sistem plant, menentukan persamaan model matematis sebagai dasar perancangan sistem kontrol loop internal berbasis disturbance observer. Hasil pengujian diperoleh respon pengaturan kecepatan motor universal yang lebih cepat sehingga dapat meningkatkan kestabilan<br />kecepatan motor universal.<br />Kata kunci : motor universal, disturbance observer, kecepatan, plantI Gede Nurhayata
Copyright (c)
2010-05-012010-05-01MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA MELALUI PROGRAM ENTREPRENEUR
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/view/2075
Kemajuan Teknologi di bidang listrik dan elektronika seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyediaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menangani masalah yang berhubungan dengan hal tersebut. Di sisi lain, sebagian besar mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika belum memiliki kemampuan yang memadai sebagai tenaga profesional apalagi sebagai wirausahawan yang handal. Untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat terhadap tenaga profesional di bidang instalasi listrik, elektronika, komputer, dan mesin pendingin perlu diberi kesempatan untuk melakukan program entrepreneur guna menjawab tuntutan masyarakat. Program ini juga melatih mahasiswa jurusan Teknik Elektronika agar memperoleh pengetahuan tambahan yang terkait dengan bidang Instalasi Listrik, Elektronika, Komputer dan Mesin Pendingin, memperoleh pengalaman serta keterampilan baru, menambah kepercayaan diri dalam mencari bahkan dalam<br />mencoba menciptakan peluang kerja baru, serta memiliki jiwa kewirausahaan dalam bidang yang ditekuni sehingga tidak selalu bergantung kepada peluang yang diciptakan orang lain. Program ini<br />sekaligus melatih sejak dini mahasiswa untuk menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga dapat membantu program pemerintah guna mengurangi penggangguran yang semakin meningkat.<br />Kata Kunci: entrepreneur, instalasi listrik, elektronika, komputer, mesin pendinginI Nyoman Pasek Nugraha
Copyright (c)
2010-05-012010-05-01