Proses, Makna dan Relevansi Upacara Pongo dalam Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Lempe, Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat

Authors

  • Eugenius Besli Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
  • Heribertus Solosumantro Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

DOI:

https://doi.org/10.23887/jabi.v6i1.73234

Keywords:

pongo, sosial-budaya, Masyarakat Lempe, Manggarai

Abstract

Keberadaan orang Manggarai sebagai pendukung kebudayaan menghasilkan berbagai warisan budaya yang menjadi ciri khas budaya Manggarai itu sendiri. Setiap proses budaya yang dilakukan memiliki nilai, implikasi dan relevansi yang penting bagi pembangunan hidup budaya suatu masyarakat. Perkembangan cara berpikir dan bertindak manusia zaman ini menghasilkan banyak kreasi, olahan dan tinjauan abstraksi yang mewarisi nilai-nilai sosial kehidupan yang berintegritas. Penelitian ini bertujuan mengkaji proses, makna dan relevansi upacara pongo dalam kehidupan Masyarakat Lempe dan juga sebagai tinjauan observasi kehidupan sosial-budaya dalam ranah kebudayaan masyarakat yang mengikat dan mentradisi. Metode penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mencakup studi kepustakaan, wawancara dan observasi sederhana di lapangan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa proses dan makna upacara Pongo itu terdiri dari tiga tahap utama yakni tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap awal upacara Pongo mencakup tahap wa mata dan tahap nempung woe, tahap pelaksanaan mencakup tahap tuak we’e, penawaran belis (paca), pongo kempu dan karong molas, serta tahap akhir mencakup tahap pedeng dan pembagian seng tadu lopa. Sementara itu, relevansi upacara pongo merujuk pada nilai-nilai budaya yang mengangkat dan memberdayakan kearifan lokal. Upacara pongo menghidupi sistem kekeluargaan dengan sikap penghargaan yang melampaui kedudukan sosial masyarakat dalam sistem yang berlaku. Nilai-nilai yang ditampilkan dalam acara pongo seperti tanggung jawab, menghormati satu sama lain, kekeluargaan yang tinggi, cinta kasih menjadi tolak ukur pembangunan kehidupan sosial-budaya masyarakat dalam sistem pemerintahan yang dijalankan. Mentalitas pembangunan itu hemat penulis adalah spirit pembangunan ruang sosial yang inklusif, terbuka dan transparan dalam menanggapi situasi zaman

References

Bauto, Laode Monto. “Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologi Agama)” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol. 23:2. Desember, 2014.

Dagur, Antony Bagul. Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu Khazanah Kebudayaan Nasional. Surabaya: Ubara Press. 1998.

Janggur, Petrus. Butir-butir Adat Manggarai. Ruteng: Perc. Artha Gracia. 2008.

Janggur, Petrus. Butir-butir Adat Manggarai(ii). Ruteng: Yayasan Sirih Bongkok. 2010.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 1985.

Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakara. 2006.

Nggoro, Adi M. Budaya Manggarai Selayang Pandang. Ende: Penerbit Nusa Indah. 2006.

Regus, Maks, dan Kanisius Teobaldus Deki. Gereja Menyapa Manggarai. Jakarta Selatan; Pahrresia Institute bersanma Yayasan Theresia Pora Plate. 2011.

Downloads

Published

2024-03-30

Issue

Section

Articles