https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/issue/feedJurnal Adat dan Budaya Indonesia2024-10-21T22:03:52+00:00Ade Asih Susiari Tantriadetantri87@gmail.comOpen Journal Systems<hr /> <table class="data" width="100%"> <tbody> <tr valign="top"> <td width="20%">Journal title</td> <td width="80%"><strong>Jurnal Adat dan Budaya Indonesia</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Initials</td> <td width="80%"><strong>JABI</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Abbreviation</td> <td width="80%"><strong>J. Adat dan Budaya Indonesia</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Frequency</td> <td width="80%"><strong>Two issues per year </strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">DOI</td> <td width="80%"><strong>prefix 10.23887/jabi</strong><strong><br /></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Print ISSN</td> <td width="80%"><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1519272945" target="_blank" rel="noopener"><strong>2615-6113</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Online ISSN</td> <td width="80%"><strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1519266307" target="_blank" rel="noopener">2615-6156</a></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Editor-in-chief</td> <td width="80%"><a href="https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57863815300" target="_blank" rel="noopener"><strong>Ade Asih Susiari Tantri</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Publisher</td> <td width="80%"><a href="https://www.undiksha.ac.id"><strong>Universitas Pendidikan Ganesha</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Organizer</td> <td width="80%"><strong>LPPM - Undiksha</strong></td> </tr> </tbody> </table> <hr /> <p>This journal contains the results of research and thoughts on customs and culture. This journal is published twice a year, namely March and September.</p> <p><strong>P-ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1519272945" target="_blank" rel="noopener">2615-6113</a> (Print) and e-ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1519266307" target="_blank" rel="noopener">2615-6156</a> (Online)</strong></p>https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/75753Mengeksplorasi Umma Kalada Masyarakat Adat Loura Sebagai Sumber Belajar IPS SD2024-03-06T20:32:03+00:00Heronimus Delu Pinggepinggeroni@gmail.com<p>Siswa Sekolah Dasar memerlukan pendekatan belajar yang kontekstual. Pemanfaatan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitas siswa dalam pembelajaran merupakan pendekatakan belajar kontekstual. Pengunaan kebudayaan sebagai pendekatan belajar dikenal dengan etnopedagogi. Pemanfaatan kebudayaan sebagai sumber belajar merupakan kemampuan dengan membuat pemetaan materi pembelajaran dengan unsur kebudayaan lokal yang ada. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan kearifan lokal Umma Kalada masyarakat adat Loura yang berada di Sumba Barat Daya serta mengeksplorasi umma kalada sebagai Sumber belajar IPS di Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan dengan metode etnografi. Data dikumpulkan lewat dengan mewawancarai tokoh adat, dokumentasi, dan studi literatur. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan metode kualitatis. Hasil penelitian menunjukan Umma Kalada sebagai kearifan lokal dalam bentuk rumah tradisional dan juga sebagai pandangan hidup. Rumah adat Umma Kalada berbahan lokal yang diwariskan oleh nenek moyang pertama masyarakat Loura, mengandung nilai religius, nilai sosial, dan pendagogi. Umma Kalada dapat dijadikan sumber belajar IPS SD pada materi Sumber Daya Alam yang mempengaruhi aktivitas ekonomi, mengenal dan menghargai perbedaan, toleransi, dan kerjasama.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Heronimus Delu Pinggehttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/79393Tradisi Memeakhon Batu Ojahan dalam Membangun Rumah Masyarakat Etnis Batak Toba di Humbang Hasundutan2024-06-01T22:20:42+00:00Friska Yani Natalia Hutasoit ffriska536@gmail.comNatasya Poronika Panggabeantashapanggabean@gmail.comDebiyanti Nahampundebiyantin@gmail.comLasenna Siallagan siallaganlasenna@unimed.ac.idIka Febriana Ikafebriana@unimed.ac.id<p>Tradisi Memeakhon Batu Ojahan merupakan ritual sakral dalam masyarakat Batak Toba di Humbang Hasundutan yang melekat pada proses pembangunan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna mendalam dari tradisi tersebut, meliputi tahapan pelaksanaan, larangan, serta nilai-nilai filosofis, spiritual, dan sosial yang terkandung di dalamnya. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Memeakhon Batu Ojahan bukan sekadar upacara peletakan batu pertama, tetapi merupakan simbol penciptaan, keberlanjutan, dan keseimbangan kehidupan. Ritual ini melibatkan doa, persembahan sesaji, dan partisipasi komunitas, yang melambangkan hubungan manusia dengan leluhur, alam, dan Tuhan. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya meliputi penghormatan terhadap tradisi, pentingnya keluarga dan komunitas, serta keharmonisan dengan alam. Tradisi ini tidak hanya memperkuat identitas budaya Batak Toba, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menjaga nilai-nilai luhur dan memperkuat ikatan sosial</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Friska Yani Natalia Hutasoit , Natasya Poronika Panggabean, Debiyanti Nahampun, Lasenna Siallagan , Ika Febriana https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/72317Analisis Makna Indo sebagai Tomeperan dari Perspektif Teologi Feminisme di Mamasa2024-03-06T20:35:04+00:00Yosbekasa Yosbekasayosbekasa7@gmail.comJimmi Pindan Putepindanhengki@gmail.comNaomi Sampenaomisampe23@gmail.comYeunike Yeunikeyulianademmatande823@gmail.com<p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis makna <em>Indo</em> sebagai <em>tomeparan </em>dalam budaya Mamasa dan kaitannya dengan tologi feminisme. Penelitian ini dikembangkan dalam penelitian kualitatif atas dasar pendekatan etnografi. Kerangka teori meliputi teori, kontrak sosial, budaya dan makna yang dianalisis dalam pembahasan. Kajian ini meganalisis kesetaraan gender dalam konsep <em>Indo</em> sebagai <em>tomeperan</em> dalam keluarga, yang sudah terstruktur dan tertanam dalam budaya masyarakat di Mamasa serta keterkaitannya terhadap kesetaraan gender dalam masyarakat. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa <em>Indo</em> sebagai <em>tomeperan </em>punya peran penting sebagai pendoa, penjaga dan pemegang kendali serta menjadi motor pergerak dalam keluarga. Konsep <em>Indo</em> sebagai <em>tomeperan</em> di Mamasa membuktikan bahwa maskulin dan feminim itu setara. Ini adalah suatu bentuk teologi feminis yang menjadi acuan penting bagi daerah Mamasa, khususnya di daerah Sesenapadang.</p>2024-11-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Yosbekasa, Jimmi Pindan Pute, Yosbekasa, Yeunikehttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/78744Fenomena Pencarian Objek Diduga Cagar Budaya Sebagai Konten Youtube2024-05-24T12:08:13+00:00Komang Ayu Suwindiatriniayu.suwindia@gmail.comWidya Nayatiwidyanayani@ugm.ac.id<p>Pencarian Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) semakin sering dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan digital dan teknologi lalu diunggah ke Youtube. Menggunakan alat metal detector dan magnet fishing, para kreator konten melakukan pencarian benda-benda purbakala. Fenomena ini cukup diminati oleh kalangan tertentu tapi kondisi ini bertentangan dengan yang diamanatkan dalam peraturan. Masalah dalam tulisan ini difokuskan pada alasan dibalik pencarian ODCB sebagai konten Youtube<br />lalu dicari penyelesaian yang tepat untuk mengatasi fenomena ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dan juga pemerintah untuk menyadari fenomena ini. Metode yang dipakai yaitu kualitatif dengan pendekatan etnografi, yang berusaha mempelajari yang terjadi di masyarakat sekaligus belajar dari masyarakat. Kesimpulan yang diperoleh yaitu ada faktor ekonomi yang mendorong maraknya pencarian ODCB dan aktivitas tersebut diunggah ke media sosial juga untuk mendapatkan penghasilan lainnya.Yang terpenting juga dirumuskan strategi untuk mengatasi fenomena yang terjadi.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Komang Ayu Suwindiatrini, Widya Nayatihttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/61023Adat Istiadat Kematian dan Kelahiran Suku Dayak Banyadu2024-10-21T22:03:52+00:00Yusawinur Barellayusawinurbarella@untan.ac.idAminuyati Aminuyatiaminuyati@fkip.untan.ac.idNurhajijah Saidinurhajijah076@gmail.comAmanda Rechita Putri Apriliaamandaapriliaputri@gmail.comArianto Ariantoarisony8@gmail.comYoga Amandayogaaman12345@gmail.comAyu Sorayaayusoya23@gmail.comAndryan Yusufandryanyusuf33@gmail.com<p>Dayak sebutan atau suku bagi penduduk asli pulau Kalimantan, Dayak Banyadu terkenal mempunyai ciri khas berbagai macam budaya sendiri, Dayak Banyadu memiliki perbedaan budaya dari budaya-budaya etnis lainnya, keadaan inilah yang selalu menarik untuk amati khususnya dalam konteks adat istiadat Dayak Banyadu. Penulis ingin melihat bagaimana adat istiadat yang terdapat pada suku Dayak Banyadu. Penelitian ini menyajikan hasil yang didapatkan dilapangan di Kabupaten Bengkayang. Data tersebut diperoleh dari sumber surveidilapangan dan melakukan wawancara. Adat istiadat Dayak Banyadu memiliki perbedaan dan keunikan tersendiri dapat ditemukan pula persamaan pada beberapa unsur cara adat. Adat istiadat kematian memperlihatkan bagaimana Kematian dianggap sebagai hal yang sakral, penting dan berharga dalam siklus kehidupan manusia. Tradisi suku Dayak Banyadu dalam proses kematian bentuk dari nenek moyang yang diturunkan ke generasi muda pada proses adat kematian memiliki kepercayaan yang sakral apabila dilanggar tata cara proses kematian Terdapat prosesi yang dilakukan apabila ada yang eninggal, dan dilakukannya adat istiadat ini dimulai dari sebelum orang yang meninggal dimakamkan hingga dimmakamnya. Kedua proses adat istiadat kelahiran dan kematian menjadi salah satu bentuk tradisi suku Dayak Banyadu dari nenek moyang hingga turun ke generasi muda saat ini dan dipercayai menjadi sakral bagi suku Dayak Banyadu. Tradisi kelahiran ini dikhususkan pada seorang ibu yang hamil hingga melahirkan. Mereka akan melewati ritual dan larangan-larangan pada saat mengandung hingga melahirkan, baik itu larangan untuk memakan makanan yang tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak hingga kegiatan keseharian yang tidak boleh dilakukan.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Yusawinur Barella, Aminuyati, Nurhajijah, Amanda Rechita Putri Aprilia, Arianto, Yoga Amanda, Ayu Soraya, Andryan Yusufhttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/75810Budaya Carok Dalam Perspektif Lanskap Alam Pulau Madura: Sebuah Pendekatan Ekologi Sejarah2024-05-11T20:34:25+00:00Mohammad Refi Omar Ar Razymohammadrazy@unesa.ac.idUmar Farukumaribnuthaha@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap alam pulau Madura yang menjadi latar belakang lahirnya budaya <em>Carok. Carok</em> adalah budaya di Madura yang melibatkan pembunuhan satu sama lain dengan menggunakan senjata tajam, dan dipandang sebagai cara untuk menegakkan kehormatan dan harga diri. Penelitian-penelitian sebelumnya melihat <em>carok </em>sebagai manifestasi dari kekejaman dalam masyarakat Madura yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial-ekonomi, agama, dan pendidikan. Namun, penelitian ini berargumen bahwa budaya <em>carok</em> sangat dipengaruhi oleh lanskap alam Madura yang gersang. Minimnya sumber daya alam di pulau ini telah menyebabkan kesulitan hidup yang pada gilirannya memunculkan budaya yang keras. Untuk mendukung argumen ini, kami menganalisis mengenai kondisi lanskap alam di pulau Madura, signifikansi <em>carok </em>sebagai budaya Madura, dan perkembangan tradisi <em>carok</em>. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan alam yang menantang memainkan peran penting dalam membentuk budaya <em>carok</em> di Madura.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Mohammad Refi Omar Ar Razy, Umar Farukhttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/82249Deviasi Peran To'o sebagai Negosiator dalam Ruang Negosiasi Penentuan Belis Budaya Rote - Nusa Tenggara Timur2024-08-26T04:45:50+00:00Cynoura Marveline Paula Pellokilacynorapelokila@gmail.comKhatrin Wandelmud Sailanakhatrinsailana@gmail.comToni Robert Christian Tampaketony.tampake@uksw.eduWahyuni Kristinawatiwahyuni.kristinawati@uksw.edu<p>Artikel ini bertujuan mengargumentasikan dinamika dalam penentuan <em>belis</em> dalam budaya Rote, khusunya peran to’o (panggilan untuk kakak laki-laki dari ibu) sebagai negosiator dalam penentuan <em>belis</em> (mahar) dalam budaya Rote. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, melalui teknik pengambilan data wawancara dan data sekunder. Melalui perspektif negosiator, penelitian ini menemukan bahwa dengan peran to’o yang cukup besar dalam ruang negosiasi, tidak jarang ditemukan adanya deviasi perilaku yang menyebabkan konflik ketika penentuan belis. Meskipun ditemukan dalam beberapa acara adat banyak juga to’o yang menjalankan perannya dengan baik, karena adanya perkembangan jaman, ekonomi dan beberapa kondisi dalam beberapa prosesi adat ditemukan penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan peran to’o yang semestinya. Keluarga laki-laki maupun perempuan yang akan melaksanakan pernikahan tentu akan melewati lika-liku seperti ini dalam proses adat. Hal ini tentunya yang membuat relasi antar kedua pihak mengalami perselisihan. Berangkat dari hasil penelitian, permasalahan yang diteliti adalah deviasi peran to’o sebagai negosiator dalam ruang negosiasi penentuan belis budaya Rote terjadi karena adanya tuntutan kebutuhan, penyalahgunaan peran hingga salah dalam memaknai peran mereka. Kembali memaknai <em>belis</em> dan peran dalam keluargalah yang kemudian hadir menjadi resolusi konflik dalam proses penetapan <em>belis </em>dalam Budaya Rote.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Cynoura Marveline Paula Pellokila, Khatrin Wandelmud Sailana, Toni Robert Christian Tampake, Wahyuni Kristinawatihttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/73469Strategi Globaliasai Potensi Kebudayaan Masyarakat Adat Kampung Pulo Provinsi Jawa Barat Melalui Sinema2024-05-11T20:44:41+00:00Fajar Ajifajaraji.sastra@unej.ac.idSunarmi Sunarmisunarmi.interior67@gmail.comSantosa Soewarlansantosa@isi-ska.ac.id<p>Masyarakat Adat Kampung Pulo merupakan wujud nyata warisan kebudayaan yang masih ada dan terus dilestarikan. Potensi kebudayaan Masyarakat Adat Kampung Pulo termanifestasikan dalam bentuk budaya benda dan tak benda yang masih otentik dan unik. Lokasi Masyarakat Adat Kampung Pulo yang berada di tengah-tengah Pulau Panjang di kelilingi Situ Cangkuang membuatnya sangat eksotis dan menarik. Artikel ini bertujuan mendiskusikan strategi globaliasi potensi kebudayaan yang ada di Masyarakat Adat Kampung Pulo melalui sinema. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan subjektif digunakan untuk proses secara deskriptif. Analisis interaktif dilakukan berdasarkan hasil data untuk mendeskripsikan ke dalam bentuk kata–kata potensi kebudayaan serta strategi globaliasi Masyarakat Adat Kampung Pulo melalui sinema. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi rumah adat dan aktivitas adat merupakan kebudayaan yang masih terjaga dalam ruang dan waktu Masyarakat Adat Kampung Pulo. Hal ini dapat menjadi latar yang unik dan estetik, serta konteks yang koheren dalam storytelling sinema sehingga sinema menjadi medium efektif, konstruktif, dan populer sebagai strategi mengenalkan secara global Masyarakat Adat Kampung Pulo.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Fajar Aji, Sunarmi, Santosa Soewarlanhttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/78965Memaknai Pemikiran Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Melalui Program Acara CIGA TV2024-06-04T07:58:03+00:00Hery Supiarzaherysupiarza@upi.eduHarry Tjahjodiningratharrytjahjodiningrat@upi.edu<p>Ciptagelar merupakan kampung adat yang sangat terbuka dengan kemajuan teknologi, tapi tetap arif dan patuh dalam mempertahankan ajaran-ajaran leluhur, terdapat puluhan kampung adat di Indonesia, hanya Ciptagelar yang memiliki program televisi yang memuat program acara dari masyarakat dan untuk masyarakatnya. Program acara dengan tagline tayangan informasi keseharian atau dokumentasi sadidinten merupakan praktik media komunikasi yang menarik untuk dikaji secara komprehensif dengan tujuan untuk mendalami sejauh mana pesan leluhur tersebut berdampak pada masyarakat adat kasepuhan Ciptagelar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis konten. Seluruh data akan diperoleh melalui dokumentasi kemudian dilakukan pengklasisfikasian dan kodefikasi dari konten yang didapatkan melalui berbagai macam sumber elektronik. Penelitian ini pada prinsipnya telah mendapatkan data awal melalui tayangan program CIGA TV di platform media sosial yakni Youtube dan Instagram. Kemudian untuk mendapatkan data yang terkomfirmasi diperlukan data utama berbentuk wawancara langsung dengan masyarakat dan pengelola CIGA TV di wilayah adat kasepuhan Ciptagelar, melalui data yang komprehensif,<br />penelitian ini mendapatkan temuan bahwa CIGA TV merupakan media komunikasi untuk mempererat silaturahmi warga kasepuhan melalui tayangan berbasis request (pesanan) acara. Warga dapat memesan acara yang diinginkan untuk melihat orang tua, teman atau sosok penting dalam mengobati kerinduan yang terdokumentasikan pada setiap kegiatan di masa lalu. akan menjadi khasanah baru bagi dunia penyiaran televisi di Indonesia. Selain itu penelitian ini akan berdampak pada kalangan akademik, khususnya program<br />studi film dan televisi yang ada diseantero Indonesia.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Hery Supiarza, Harry Tjahjodiningrathttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/66723Progresifitas Hukum Adat Dayak Kanayat’n dalam Menjaga Ekosistem Lingkungan Hidup2023-09-30T20:21:02+00:00Rahmad Satriarahmadsatria@upb.ac.idAnita Yuliastinianitayuliastinj1979@gmail.comYuko Fitrianyuko.fitrian@upb.ac.idAgustinus Astonoagustinusastono@upb.ac.id<p>Hukum Adat, meskipun diakui keberadaannya oleh UUD 1945, tetapi dalam faktanya masih terdapat paradoks antara Hukum Adat dan Hukum Nasional. Berdasarkan fakta yang didapatkan di Provinsi Kalimantan Barat, khususnya di Daerah Kabupaten Landak, Masyarakat Hukum Adat, dalam hal ini Masyarakat Dayak Kanayat’n, sering dijadikan ”kambing hitam” dalam kerusakan terhadap ekosistem lingkungan, terutama dalam peristiwa kebakaran hutan. Kesalahpahaman dalam hal tersebut kemudian menjadi suatu kesimpulan bahwa Masyarakat Dayak Kanayat’n memiliki kecenderungan untuk dianggap sebagai masyarakat yang konservatif, tidak ingin berpikir maju, dan selalu mempertahankan status quo. Anggapan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Masyarakat Dayak Kanayat’n, terlebih aturan Hukum Adat Dayak Kanayat’n sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, kemudian diprogresifkan melalui Musyawarah Adat (Musdat). Metode penelitian hukum berupa model penelitian yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data menggunakan bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder. Kesimpulannya, pemikiran atau pemaknaan hukum progresif dalam musyawarah adat Dayak Kanayat’n menunjukkan bahwa peraturan adat, terutama dalam pelestarian lingkungan, jika diterapkan sesuai dengan tempat dan waktu yang tepat, mengarah pada gagasan bahwa hukum dibuat untuk memanusiakan seluruh manusia, bukan sebaliknya. Musyawarah adat Dayak Kanayat’n pada tahun 2010 hadir sebagai gerbang penunjuk arah bagi setiap masyarakat, terutama masyarakat Dayak Kanayat’n, yang membutuhkannya. Dalam konteks ini, hukum adat memperoleh validitas dan relevansi yang mendalam dalam upaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan masyarakat lokal dan keberlanjutan lingkungan.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Rahmad Satria, Anita Yuliastini, Yuko Fitrian, Agustinus Astonohttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/75951Narasi Religiositas, Spiritualitas, dan Proses Kreatif Wawan Susetya sebagai Pegiat Sastra dan Kebudayaan Jawa2024-04-13T06:23:36+00:00Mochammad Faizunmochammadfaizun@gmail.comNurul Baiti Rohmahnurulbaitirohmah@gmail.comUman Rejoumanrejo@unimor.ac.id<p>Wawan Susetya merupakan pegiat sastra Jawa dan kebudayaan Jawa yang hingga saat ini masih produktif berkarya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan narasi religiositas, spiritualitas, dan proses kreatif Wawan Susetya. Wawan Susetya dijadikan sebagai sasaran kajian karena sampai sekarang masih aktif dan produktif menelurkan karya-karya fiksi dan nonfiksi berbagai genre yang mengangkat kejawaaan dan keislaman. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kombinasi atau mixed method dengan menggunakan kacamata teoretis sebagai perspektif overaching, yakni kajian psikologi kearifan lokal dalam konteks kebudayaan Jawa dan biografi yang di dalamnya ada data kualitatif dan kuantitatif. Hasil dan bahasan menunjukkan sebagai berikut. Pertama, dari segi religiositas, Wawan Susetya menganut agama Islam yang yakin adanya Tuhan dan berusaha mengamalkan ritual agama, serta mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, dari segi spiritualitas, Wawan Susetya memiliki spirit yang berasal dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Spirit yang berasal dari diri sendiri merupakan spirit utama dalam<br />menghasilkan karya-karya, karena spirit tersebut sebagai titik tolak dari kerja keras dan usaha untuk menciptakan setiap karya sastra. Adapun spirit yang berasal dari luar mayoritas didayakan sebagai pembangun ide-ide dan gagasan dalam menulis karya sastra. Ketiga, dari segi proses kreatif, Wawan Susetya dipengaruhi oleh kepribadian pegiat sastra ditambah dengan pengetahuan dan pengalaman hidupnya. Dalam menulis karya, diawali dengan merenung untuk menentukan tema. Selanjutnya mencari referensi, menulis, merevisi atau melakukan review (pembacaan ulang) dengan teliti jangan sampai ada salah ketik, apalagi salah dalam<br />pembahasan buku tersebut. Tahap terakhir adalah mengirim ke media massa untuk diterbitkan dan dapat dibaca masyarakat luas.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Mochammad Faizun, Nurul Baiti Rohmah, Uman Rejohttps://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/article/view/83663Menggali Eskalasi Pemaknaan Secara Eksistensial terhadap Topo “Tanda Keperkasaan Laki-Laki Numba”2024-08-28T03:10:36+00:00Irenius Pita Raja Bokobokoirenius09@gmail.comMaria Roswita Boeboeroswita@gmail.comWatu Yohanes Vianeysigawunga@gmail.com<p>Manusia adalah objek sekaligus subjek kebudayaan. Sebagai objek, manusia hidup dan mewujudkan kebudayaan. Sebagai subjek, manusia menciptakan kebudayaan untuk kelangsungan hidupnya. Melalui kebudayaan, benda-benda alami diubah menjadi benda-benda budaya. Ketika menjadi benda budaya, akan terjadi peningkatan makna pada benda-benda budaya tersebut. Problemnya, pengaruh globalisasi menjadikan benda-benda budaya tidak dimaknai secara lebih itensif dan sesuai dengan substansinya. Oleh karena itu, peningkatan makna dari semua kebudayaan memiliki niat positif bagi manusia. Dengan menggunakan metode kualitatif yang dibantu oleh teori difusi budaya, artikel ini ingin mengkaji benda-benda budaya, khususnya <em>Topo</em>, yang telah mengalami peningkatan makna dalam kehidupan masyarakat Numba. <em>Topo</em> dalam kebudayaan masyarakat Numba tidak hanya digunakan sebagai alat berkebun dan kegiatan lainnya. Sebaliknya, <em>Topo </em>dimaknai sebagai tanda kekuatan pria Numba.</p>2024-09-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Irenius Pita Raja Boko, Maria Roswita Boe, Watu Yohanes Vianey