Epistemologi Saintifik Thomas S. Kuhn terhadap Munculnya Ilmu Pengetahuan Sosial

Authors

  • septi nur damayanti Yogyakarta State University

DOI:

https://doi.org/10.23887/jfi.v1i3.16192

Abstract

Pada fase normal science, paradigma yang mapan sudah tidak dilihat secara kritis. Paradigma tersebut sudah dianggap benar begitu saja, taken for granted. Sampai akhirnya, paradigma yang mapan ini digugat karena ada anomali dimana muncul masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang tidak sanggup lagi dijawab oleh paradigma lama. Kamudian masuklah pada fase krisis. Pada fase krisis, paradigma lama bertarung dengan paradigma baru. Jika paradigma baru menang dan masyarakat ilmiah menyepakati kebenaran paradigma baru tersebut maka lahirlah apa yang disebut sebagai revolusi saintifik dimana paradigma lama tergeser oleh paradigma baru. Thomas Kuhn tidak melihat klaim objektivitas pengetahuan dari sisi perkembangan pengetahuan itu sendiri. Kuhn melihat objektivitas pengetahuan dan keilmuan itu sendiri di dalam perkembangan pengetahuan di dalam pertemuan antarmanusia di dalam masyarakat. Sumber pertumbuhan dan pemekaran bukan saja dari masalah-masalah internal pengetahuan, tetapi dari faktor-faktor sosial yang majemuk dan dinamis. Akibatnya, tidak ada klaim objektivitas yang bersifat tunggal (kumulatif) di dalam pengetahuan atau keilmuan. Oleh karena itu, semestinya tidak ada ilmu normal yang bertahan terus apalagi menjadi abadi karena pengetahuan atau ilmu selalu berada pada tuntutan dinamika sosial kemanusiaan yang dinamis dan majemuk. Fase normal science cepat atau lambat, akan mengalami anomali, krisis, dan akhirnya terjadilah revolusi dimana paradigma lama digantikan oleh paradigma baru.

References

Daftar Pustaka

Agger, B. 2006. Teori Sosial Kritis; Kritik, Penerapan, dan Implikasinya. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Agung S., Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Capra, F. 2002. Jaring-Jaring Kehidupan; Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

_________. 1999. Titik Balik Peradaban; Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan

Kebudyaan. Yogyakarta: Bentang.

Daldjoeni, N. 2014. Pengantar Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Farisi, M.I dan Malik, A. 2015. Pendidikan IPS sebagai “Synthetic Discipline”: Kajian

Epistemologis atas Pemikiran Nu’man Somantri. Jurnal Cakrawala. I. Halm 129 diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/85473-ID-pendidikan-ips-sebagai-synthetic-discipl.pdf diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018 pukul 11: 29 WIB.

Halimah, M. 2018. Pandangan Aksiologi terhadap Surrogate Mother. Jurnal Filsafat

Indonesia. Vol 1. (1). Halm 51

Kuhn, T.S. 1970. The Structure of Scientific Revolutions (Second Edition Enlarged).

London: The University of Chicago Press, Ltd.

Fromm, E. 2000. Akar Kekerasan, Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, A.S. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup; Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan

Bersama Fritjof Capra. Yogyakarta: PT Kanisius.

Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Penerbit

Mizan.

Maksum, A. 2014. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Popper, Karl R., 2008. Masyarakat Terbuka dan Musuh-Musuhnya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Suharsimi, A. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Supardi. 2011. Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset

Ulya, I dan Abid, N. 2015. Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya terhadap

Keilmuan Islam. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Vol3, 2. Halm 251

Watloly, A. 2013. Sosio-Epistemologi Membangun Pengetahuan Berwatak Sosial.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Downloads

Published

2019-03-22

Issue

Section

Articles