LADANG HITAM PASCA PERISTIWA GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 (Studi Kasus Tragedi Kemanusiaan Anggota PKI di Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kontenporer Indonesia)

Main Article Content

Ketut Sedana Arta
Desak Oka Purnawati
Made - Pageh

Abstract

Secara umum tujuan penelitian ini adalah (1)untuk mengetahui latar belakang peristiwa tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan; (2) untuk menganalisis proses tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan;(3) untuk menganalisis implikasi tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan: (4) untuk mengetahui aspek-aspek dari tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
Penelitian ini secara metodologis menggunakan pendekatan kualitatif, teknik penentuan informan dengan purposive sampling dan informan terus dikembangkan dengan teknik snowball. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan: (1) Wawancara; (2) Observasi partisipasi Agar observasi partisipasi bisa terarah, maka ditetapkan aspek-aspek yang diobservasi; (3) Analisis dokumen
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang peristiwa tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan adalah 1). Adanya persaingan politik, persaingan tersebut berakar dari persaingan antara PNI dan PKI yang embrionya dimulai sejak tahun 1955, (2) Proses tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan terjadi beberapa minggu setelah kudeta tahun 1965 (Gestok, I Oktober 1965), melibatkan organisasi sayap partai dari PNI meliputi GSNI, PETANI, LKN, GPM, GPD, serta ormas yang tergabung dalam PKI seperti BTI, Lekra, maupun Pemuda Rakyat. (3) Implikasi tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 bagi desa dan keluarga di Desa Penglatan adalah membawa dampak yang luas bagi keluarga yang ditinggalkan, dampak yang paling dirasakan adalah rasa trauma simpatisan dan pengurus PKI. Keluarga-keluarga kehilangan tulang punggung keluarga, dan dirasakan dampaknya merekapun mendapatkan perlakuan diskriminatif, seperti adanya kode ET, yang berarti eks tahanan politik; (4) Aspek-aspek dari tragedi kemanusiaan pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Desa Penglatan 1) Aspek Historis, yang dapatdijadikan sebagai sumber belajar sejarah kontemporer Tragedi kemanusiaan dengan terbunuhnya beberapa pengurus PKI dan simpatisan PKI (Pemuda Rakyat).2) Kolaborasi Pembunuhan Anggota PKI, yang melibatkan kekuasaan Pepelrada Bali Pangdam XVI/Udayana, serta RPKAD

Kata kunci: Gerakan 30 September, tragedi kemanusiaan, sumber belajar sejarah

Article Details

Section
Articles