PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PERTANIAN DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN

Authors

  • kurnia widiastuti kurnia

DOI:

https://doi.org/10.23887/jwl.v5i1.9107

Abstract

Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Pertanian dan perkebunan dapat dianggap sebagai satu masyarakat tertutup, sehingga usaha-usaha kesehatan pun harus disesuaikan dengan sifat-sifat masyarakat demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri. Perilaku K3 yang tepat dalam penggunaan pestisida sangat penting sebagai upaya pencegahan keracunan, sehingga perilaku K3 petani pengguna pestisida perlu disosialisasikan secara terintegrasi. Melalui wawancara awal tentang K3 dengan petugas kesehatan yang berprofesi sebagai bidan desa, diperoleh beberapa fakta yang menggambarkan kebutuhan akan penyelenggaraan  pelatihan K3 dimana 1) adanya faktor penyebab lainnya yang juga mempengaruhi tertundanya usaha promotif Puskesmas yaitu masih rendahnya pengetahuan tentang prinsip K3 pertanian yang dimiliki oleh petugas kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan  Atas pada pasien yang bekerja sebagai petani, dan 3) Kejadian kasus keracunan pestisida  akut pernah ditangani  yang dialami oleh pasien yang merupakan petani di Desa Antapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara lainnya dengan  masyarakat desa Antapan yang mayoritas bekerja sebagai petani maka ditemukan beberapa hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami keluhan tentang kondisi kesehatan utamanya gangguan saluran pernafasan dengan beberapa diantaranya mengalami gangguan pencernaan, 2) Petani kurang memahami tentang K3 dikarenakan rendahnya pengetahuan mereka serta belum adanya pembinaan K3 bagi mereka yang mereka jadikan sebuah kebutuhan karena adanya kasus keracunan yang pernah terjadi pada petani di wilayah desa Antapan tersebut. Pelatiahn K3 diberikan dalam metode ceramah, diskusi dan praktek pendampingan berlangsung sangat efektif dengan tercapainya tujuan pengabdian berupa peningkatan wawasan. Pada saat dilaksanakan monitoring evaluasi setelah 2 minggu pelaksanaan, masyarakat petani desa Antapan telah menerapkan prinsip K3 pada keseharian mereka melakukan pekerjaannya.

References

H. DAFTAR PUSTAKA

Cascio, W.F. 1998. Managing Human Resources – Productivity Quality of Work Life, Profits. Edisi ke-5. McGraw Hill, Amerika Serikat.

Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka, Jakarta.

Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PPM, Jakarta.

Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Jung DY, Kim HC, Leem JH, Park SG, Lee DH, Lee SJ dan Kim GW, 2011.Estimatedoccupational injury rate and work related factors based on data from the fourth Korea National Health and Nutrition Examination Survey. Korean Journal Occupational Environment Medicine , 23(2):149–163.

Chae H, Kyungdoo M, Youn K, Jinwoo P3, Kyungran K1, Hyocher K1 and Kyungsuk L, 2014.Estimated rate of agricultural injury: the Korean Farmers’ Occupational Disease and Injury Survey Chae et al. Annals of Occupational and Environmental Medicine , 26:8

Downloads

Published

2017-01-31

Issue

Section

Articles