Identifikasi Jamur Penyebab Onikomikosis pada Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional

Authors

  • Ni Kadek Sintya Mayumi Poltekkes Kemenkes Denpasar
  • Nur Habibah Poltekkes Kemenkes Denpasar
  • I Nyoman Gede Suyasa Poltekkes Kemenkes Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.23887/jstundiksha.v12i1.49203

Keywords:

Onikomikosis, Identifikikasi Onikomikosis, Kuku Tangan, Pedagang Daging Ayam

Abstract

Onikomikosis merupakan infeksi pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, non-dermatofita, dan yeast. Infeksi ditandai dengan perubahan warna dan penebalan lempeng kuku yang dapat bersifat kronis sehingga mengakibatkan kerusakan kuku. Jamur penyebab onikomikosis lebih mudah berkembang biak pada lingkungan yang kotor, lembab dan basah, sehingga orang yang bekerja pada lingkungan tersebut lebih beresiko mengalami onikomikosis. Kondisi pasar tradisional yang kotor, lembab dan basah merupakan salah satu lingkungan yang beresiko terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur penyebab onikomikosis pada kuku tangan pedagang daging ayam di kawasan Desa Batubulan. Sampel dalam penelitian ini diambil dari 30 orang pedagang daging ayam yang berasal dari lokasi 3 pasar tradisional di kawasan Desa Batubulan, Gianyar, Bali. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi serta pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi jenis jamur patogen penyebab onikomikosis. Identifikasi dilakukan dengan pemeriksaan kultur pada media Saboraoud Dextrosa Agar (SDA). Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa seluruh media sampel (30) ditumbuhi oleh koloni jamur. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis untuk mengidentifikasi koloni jamur yang tumbuh dengan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 18 jamur Aspergilus sp.  yang termasuk ke dalam golongan non-dermatofita, 10 jamur Trichophyton sp. yang termasuk dalam golongan dermatofita dan 10 jamur golongan yeast.  Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jamur golongan non-dermatofita merupakan golongan jamur yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini.

References

Adiguna, M. S. (2019) ‘Onychomycosis Overview’, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,FK Universitas Udayana.

Amanah; Sutisna, Atik; Alibasjah, R. W. (2016) ‘Isolasi dan Identifikasi Mikrofungsi Dermatofita pada Penderita Tinea pedis’, Fakultas Kedokteran Universitas Gunung Jati, 7(32), pp. 1–10.

Ayanlowo, O. and Oladele, R. O. (2014) ‘Onychomycosis: updates and management challenges. A review.’, The Nigerian postgraduate medical journal, 21(2), pp. 185–191.

Bontems, O., Hauser, P. M. and Monod, M. (2009) ‘Evaluation of a polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism assay for dermatophyte and nondermatophyte identification in onychomycosis’, British Journal of Dermatology, 161(4), pp. 791–796. http://doi: 10.1111/j.1365-2133.2009.09291.x.

Colín, J. et al. (2018) ‘Onicomicosis por Trichosporon spp. Estudio clínico y micológico de 18 casos’, Dermatología Cosmética, Médica y Quirúrgica, 16(4), pp. 274–277.

Ekasari, D. P. and Nahlia, N. L. (2020) ‘Onikomikosis Akibat Aspergillus Flavus Pada Anak 7 Bulan: Sebuah Kasus Langka’, Journal of ermatology, Venerelogy and Aesthetic, 1(2), pp. 1–8.

Faturrachman, F. and Mulyana, Y. (2019) ‘The Detection of Pathogenic Fungi on Prayer Rugs of The Mosques at Jatinangor Campus of Universitas Padjadjaran’, Journal of Medicine & Health, 2(3), pp. 806–817. http://doi: 10.28932/jmh.v2i3.1220.

Ge, G. et al. (2019) ‘Different toenail onychomycosis due to Rhodotorula mucilaginosa and Candida parapsilosis in an immunocompetent young adult’, Medical Mycology Case Reports, pp. 69–71. http://doi: 10.1016/j.mmcr.2019.04.012.

Gupta, A. K. et al. (2022) ‘Diagnosing Onychomycosis: What’s New?’, Journal of Fungi, 8(5), pp. 1–13. http://doi: 10.3390/jof8050464.

Gupta, A. K., Versteeg, S. G. and Shear, N. H. (2017) ‘Onychomycosis in the 21st century: An update on diagnosis, epidemiology, and treatment’, Journal of Cutaneous Medicine and Surgery, 21(6), pp. 525–539. http://doi: 10.1177/1203475417716362.

Hafirassou, A. Z. et al. (2017) ‘Usefulness of techniques based on real time PCR for the identification of onychomycosis-causing species’, Mycoses, 60(10), pp. 638–644. http://doi: 10.1111/myc.12629.

Hoy, N. Y. et al. (2012) ‘New Concepts in Median Nail Dystrophy, Onychomycosis, and Hand, Foot, and Mouth Disease Nail Pathology’, ISRN Dermatology. Hindawi Limited, 2012, pp. 1–5. http://doi: 10.5402/2012/680163.

Kadek Ena SSPS, N. R. V. K. (2021) ‘Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin di RSUP Sanglah Denpasar Periode 2017-2018’, 10(4), pp. 99–104.

Levita, C. S. (2021) Identifikasi Onychomycosis Pada Kuku Penjual Ikan di Pasar Bangkalan. STIKes Ngudia Husada Madura.

Majawati, E. S., Kurniawati, J. and Sari, M. P. (2019) Prevalence of Onychomycosis in Fish Traders in Kopro Market West Jakarta, Indonesian Journal of Biotechnology and Biodiversity.

Mulyati & Zakiyah (2020) ‘Identifikasi Jamur Penyebab Onikomikosis Pada Kuku Kaki Pemulung’, Open Journal System (OJS): journal.thamrin.ac.id, 6(1).

Pakshir, K. et al. (2021) ‘Molecular characterization and antifungal activity against non-dermatophyte molds causing onychomycosis’, Scientific Reports. Nature Publishing Group UK, 11(1), pp. 1–8. http://doi: 10.1038/s41598-021-00104-0.

Queller J.N and Bhatia N (2015) ‘The dermatologist’s approach to onychomycosis’, Journal of Fungi , 1(2), pp. 173–184.

Rajan, N. R. (2017) Identifikasi Jamur Pada Kuku Jari Tangan Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara.

Setiani, R. E. (2019) ‘Pemanfaatan Permainan Tradisional Dalam Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan Di Tk Negeri Pembina 2 Purwokerto’, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1). doi: http://dx.doi.org/10.32678/as-sibyan.v4i1.1963.

Sugiura, Y. and Hironaga, M. (2010) ‘Arthrographis kalrae, a rare causal agent of onychomycosis, and its occurrence in natural and commercially available soils’, Medical Mycology, 48(2), pp. 384–389. http://doi: 10.3109/13693780903219014.

Tamer, F. and Yuksel, M. E. (2019) ‘Onychomycosis due to mixed infection with non-dermatophyte molds and yeasts’, Our Dermatology Online, 10(3), pp. 267–269. http://doi: 10.7241/ourd.20193.10.

Verma, D. G. (2019) ‘Onychomycosis due to a rare fungus, Paecilomyces variotii – A Case Report’, Journal of Medical Science And clinical Research, 7(5), pp. 480–483. http://doi: 10.18535/jmscr/v7i5.77.

Wayan, N. et al. (2019) ‘Onychomycosis Non-Dermatofita Pada Peternak Babi di Banjar Paang Kaja dan Banjar Semaga Desa Penatih Kecamatan Denpasar Timur’, Jurnal Kesehatan Terpadu, 3(1), pp. 8–14.

Zebua, W. I., Nurtjahja, K. and Sartini, & (2021) ‘Infeksi Jamur Dermatofita Pada Penderita Mikosis Kuku’, Jurnal Ilmiah Biologi UMA, 3(1), pp. 8–17. http://doi: 10.31289/jibioma.v3i1.539.

Downloads

Published

2023-03-20

Issue

Section

Articles