Analisis Kekeringan Berdasarkan Bentuklahan Di Das Bompon

Main Article Content

Maulida Rahmi
M. Anggri Setiawan
Djati Mardiatno

Abstract

Analisis kerawanan kekeringan dipengaruhi oleh kondisi satuan bentuklahan yang bervariasi pada wilayah kajian. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Memetakan kerawanan kekeringan menggunakan pengharkatan, (2) Menganalisis kerawanan kekeringan berdasarkan bentuklahan. Metode yang digunakan untuk memetakan kerawanan kekeringan yaitu pendekatan geomorfologi, pembobotan atau skoring diberikan pada setiap satuan bentuklahan sebagai indikator yang digunakan untuk menilai kelas kerawanan. Semakin besar pengaruh yang diberikan oleh indikator maka semakin besar pula skor atau pengharkatan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan bentuklahan interfluve dan lereng atas perbukitan memiliki tingkat kerawanan kekeringan tinggi. Kelas kerawanan kategori tinggi ditandai dengan kemunculan airtanah yang sulit ditemui. Kerawanan kekeringan kelas sedang berada pada bentuklahan lereng tengah perbukitan dan lereng bawah perbukitan. Bentuklahan lereng kaki koluvial dan dataran aluvial berada pada tingkat kekeringan kelas rendah, hal ini sesuai dengan kondisi yang ditemukan di lapangan, yaitu kemunculan airtanah yang mudah ditemui. Kekeringan pada satuan bentuklahan ditandai oleh kondisi morfologi dan lokasi ditemukannya mataair yang muncul di tekuk lereng. Penggunaan metode untuk kajian kekeringan dengan skala detail baik secara kualitatif dan kuantitatif perlu dilakukan lagi untuk menemukan perkembangan metode yang tepat dalam melakukan analisis kajian kekeringan dari segi sosial.

 

Kata kunci: Bentuklahan; Daerah Aliran Sungai (DAS); Geomorfologi; Kerawanan; Kekeringan

Article Details

Section
Articles

References

Acebes, P., Traba, J., Peco, B., Reus, M. L., Giannoni, S. M., & Malo, J. E. (2010). Abiotic gradients drive floristic composition and structure of plant communities in the Monte Desert. Revista Chilena de Historia Natural, 83(3), 395–407.

Bromley, J., Brouwer, J., Barker, A. P., Gaze, S. R., & Valentine, C. (2018). The Role Of Surface Water Redistribution In An Area Of Patterned Vegetation In A Semi-arid Environment, South-west Niger. Journal of Hidrology, 198, 1–29.

Budiarta, I. G. (2014). Analisa Kemampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan LahanPAda Lereng Timur Laut Gunung Agung Kabupaten Karangasem. Media Komunikasi Geografi, 15(1), 19–31.

Dibyosaputro, S. (2001). Survei dan Pemetaan Geomorfologi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

El-Keblawy, A., Abdelfattah, M. A., & Khedr, A. (2015). Relationships between Landforms, Soil Characteristics and Dominant Xerophytes In The Hyper-arid Northern United Arab Emirates. Journal of Arid Environment, 117, 28–36.

Hadi, A. P. (2012). Penentuan Tingkat Kekeringan Berbasis Analisa Citra Aster dan Sistem Informasi Geografis. Majalah Geografi Indonesia, 26(1), 01–26.

Liu, W. ., & Kogan, F. N. (1996). Monitoring Regional Drought Using the Vegetation Condition Index. International Journal of Remote Sensing, 17, 2761-27–82.

Masruroh, H., Sartohadi, J., & Setiawan, M. A. (2016). Membangun Metode Identifikasi Longsor Berbasis Foto Udara Format Kecil di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia, 30(2), 169–181.

Mishra, A., & Singh, V. (2010). A Riview of Drough Concept. Journal of Hidrology, 391(1–2), 202–216.

Purnomo, A. (2016). Geografi Fisik. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Puspitorukmin, A. (2013). Kajian Geomorfologi untuk Analisis Potensi Kekeringan Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Raharjo, P. D. (2010). Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Potensi Kekeringan. Makara Teknologi, 14(2), 97–105.

Sadri, S., & Burn, D. . (2012). Nonparametric Methods for Drought Severity Estimation at Ungauged Sites. Water Resources Management, 48, 12–25.

Sutikno. (1989). Kajian Bentuklahan Untuk Permintakatan Sistem Penyediaan Air Bersih di DAS Serang Kulonprogo. Universitas Gadjah Mada.

Wang, A., Lettenmaier, D. P., & Sheffield, J. (2011). Soil Moisture Drought in China, 1950–2006. Journal of Climate, 24, 3257–3271.