Asosiasi Dan Distribusi Spasial Permukiman Kumuh Di Kota Yogyakarta

Main Article Content

Mohammad Isnaini Sadali
Fitri Noviyanti
Rifan Andika

Abstract

Kota Yogyakarta sebagai ibukota provinsi, pusat kota, pusat pelayanan, dan pusat ekonomi wilayah memiliki daya tarik bagi penduduk. Hal tersebut meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan dan menjadi penyebab masyarakat memilih lahan marginal untuk tempat tinggal di perkotaan. Permukiman kumuh muncul karena ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan papan serta kurangnya kesadaran menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran permukiman kumuh dan asosiasinya dengan sungai utama di Kota Yogyakarta melalui analisis geospasial. Luas kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta sebesar 264,90 Ha atau 8,58 % dari luas Kota Yogyakarta, tersebar hampir di seluruh kecamatan (13 dari 14 kecamatan). Berdasarkan kedekatannya, permukiman kumuh di Kota Yogyakarta berasosiasi dengan ketiga sungai yang melintasi Kota Yogyakarta yaitu Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai Gajah Wong.

 

Kata kunci : Permukiman Kumuh; Geospasial; Pembangunan Wilayah

Article Details

Section
Articles

References

Ahmed, I. (2014). Factors in Building Resilience in Urban Slums of Dhaka, Bangladesh. In 4th International Conference on Building Resilience, Building Resilience. (pp. 745–753). Salford Quays: Procedia Economics and Finance.

Bappeda Kota Yogyakarta. (2015). Laporan Pendataan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Yogyakarta Tahun 2015. Yogyakarta.

Beguy, D., Bocquier, P., & Zulu, E. M. (2010). Circular Migration Patterns And Determinants in Nairobi Slum Settlements. Demographic Research, 23(4), 549–585.

Bytyqi, V. (2018). The Impacts of Settlement Extension on Soil Resources : A Case Study in Drenica River Basin ( Kosovo ). Media Komunikasi Geografi, 19(1), 101–113.

Christiawan, P. I., & Budiarta, I. G. (2017). Entitas Permukiman Kumuh Di Wilayah Pesisir. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 6(2), 178–187.

Christiawan, P. I., Citra, I. P. A., & Wahyuni, M. A. (2016). Penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir di desa sangsit. Jurnal Widya Laksana, 5(2), 52–59.

Fithra, H., Olivia, S., & Siska, D. (2019). Analysis Reducing Slum Settlement by Road Improvement (A Case Study: Jawa Lama Village Village, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia). Aceh International Journal of Science and Technology, 8(1), 20–28.

Mei, E. T., Putri, R. F., Sadali, M. I., Febrita, D., Yulandari, E. D., Anggriani, M., & Niam, R. A. (2019). Sister School for Merapi Volcano Disaster Risk Reduction. In International Conference on Environmental Resources Management in Global Region (pp. 1–9). Yogyakarta: IOP Publishing.

Rachmawati, R., Prakoso, E., Sadali, M. I., & Yusuf, M. G. (2018). Riparian Planning In Yogyakarta City. Earth and Environmental Science, 148, 1–12.

Ritohardoyo, S., & Sadali, M. I. (2017). Kesesuaian Keberadaan Rumah Tidak Layah Huni (RTLH) Terhadap Tata Ruang Wilayah di Kota Yogyakarta. Tata Loka, 19(4), 291–305.

Setiadi, A. (2014). Tipologi Dan Pola Penanganan Permukiman Kumuh Di Kota Bontang. Tata Loka, 16(4), 220–233.

Sulestianson, E., & Indrajati, P. N. (2016). Penanganan Permukiman Kumuh Dengan Pendekatan Karakteristik dan Faktor Penyebab Kekumuhan (Studi Kasus: Permukiman Kumuh di Kelurahan Tamansari dan Kelurahan Braga). Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 3(2), 261–270.

Uddin, N. (2018). Assessing Urban Sustainability of Slum Settlements in Bangladesh: Evidence from Chittagong City. Journal of Urban Management, 7(1), 33–42.