PRASI
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI
<p><strong>PRASI: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya </strong>is a scientific open-access, peer-reviewed <strong>bilingual</strong> journal published by the Faculty of Language and Art, Universitas Pendidikan Ganesha. PRASI is a fully refereed academic research journal that aims to spread original, theoretical and practical progress in multidisciplinary research findings related to Language and Art. PRASI creates a bridge between research and development for researchers and practitioners nationally and globally.<br /><br /><strong>PRASI</strong> was first published in 2007 and has been published consistently twice a year in <strong>June</strong> and <strong>December</strong>. PRASI is accredited by <strong>the Ministry of Research, Technology and Higher Education, Republic of Indonesia</strong>, which is ranked <strong>Fourth (Rank 4, Sinta 4)</strong> based on <strong>Decree No. 148 / M / KPT / 2020</strong>.<br /><br /><strong>PRASI</strong> publishes articles that emphasize research, development and application in the areas of Language, Art and Teaching. Submitted manuscripts can be written in English and Indonesian and will be previewed by editors and if necessary, sent for peer review. PRASI has become a member of CrossRef with DOI: 10.23887/prasi.v15i01 so that all articles published by PRASI are original, not previously or simultaneously published elsewhere.</p> <p><strong>p-ISSN : <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/1693-6124" target="_blank" rel="noopener">1693-6124</a> (Printed)<br /></strong></p> <p><strong>e-ISSN : <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2614-1116" target="_blank" rel="noopener">2614-1116</a> (Online)</strong></p>Universitas Pendidikan Ganeshaen-USPRASI1693-6124Authors who publish with Prasi <strong>agree</strong> to the following terms:<br /><ol><li>Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work simultaneously licensed under a <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0)</a> that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal</li><li>Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.</li><li>Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work. (See <a href="http://opcit.eprints.org/oacitation-biblio.html">The Effect of Open Access</a>)</li></ol>EFEKTIVITAS APLIKASI KANJI MEMORY HINT 2 TERHADAP KEMAMPUAN KANJI DASAR MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG, UNIVERSITAS RIAU
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/69797
<p><em>This study was conducted to determine the effectiveness of the Kanji Memory Hint 2 application on basic kanji abilities in students of the class of 2022 of the Japanese Language Education Study Program, Riau University. The sample used in this study amounted to 37 people who were students of the class of 2022 of the Japanese Language Education Study Program, Riau University. This research is experimental research with a one group pre-test post-test design. Data were collected using tests in the implementation of pre-test and post-test. From the pre-test and post-test data were then analyzed using paired sample t-test. It was found that the paired sample t-test result of 0.000 so that it can be interpreted that the Memory Hint 2 Kanji application is effective for the kanji ability of students of the class of 2022 of the Japanese Language Education Study Program, Riau University. It can be concluded that the Memory Hint 2 Kanji is able to improve student’s ability to memorize the meanings of kanji, read and use kanji</em></p> <p><strong><em>Keywords : </em></strong><em>Effectiveness, app, Kanji Memory Hint 2, kanji skills.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari aplikasi <em>Kanji</em> <em>Memory Hint 2</em> terhadap kemampuan <em>kanji</em> tingkat dasar pada mahasiswa angkatan 2022 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Riau. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 37 orang yang merupakan mahasiswa angkatan 2022 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Riau. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain <em>one group pre-test post-test</em>. Data dikumpulkan menggunakan tes pada pelaksanaan <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em>. dari data <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em> tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji <em>paired sample t-test</em>. Didapati hasil uji <em>paired sample t-test</em> sebesar 0.000 sehingga dapat ditafsirkan bahwa aplikasi <em>Kanji</em> <em>Memory Hint 2</em> efektif terhadap kemampuan <em>kanji</em> mahasiswa angkatan 2022 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Riau. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi <em>Kanji</em> <em>Memory Hint 2</em> mampu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghafal makna, membaca dan menggunakan <em>kanji</em>.</p>Muhammad AmarullahNana RahayuAdisthi Martha Yohani
Copyright (c) 2024 Muhammad Amarullah, Nana Rahayu, Adisthi Martha Yohani
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-012024-06-01190111010.23887/prasi.v19i01.69797KIMONO DAN KEBAYA PAKAIAN ADAT WANITA JEPANG DAN JAWA (MAKNA, FILOSOFI, DAN FUNGSINYA)
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/68042
<p><em>Kimono is a clothing worn by Japanese people, while Kebaya is the clothing worn by Indonesian people. However, kebaya is only worn by women while kimono can be worn by both men and women. The use of kebaya in Javanese customs and kimono in Japanese customs is not only as a cover, but as a differentiator that contains meaning, philosophy, and function. This research is in the form of qualitative research. Data were taken from various sources, such as books, internet access, and journals that contain theories that support this research. The research aims to find out (1) the meaning, philosophy contained in kimono; (2) the meaning, and philosophy contained in kebaya; (3) whether the function of kimono and kebaya can still be called traditional clothing with various changes caused by present day’s conditions. The philosophy carried in kebaya and kimono is related to the attitude and social strata of the wearer. Kebaya worn together with stagen depicts high patience for the user. The philosophy of kimono focuses on the pattern or motif of the kimono. The philosophy of kimono motifs is more about kindness, longevity, and abundant fortune. These dress cultures can still be referred to as traditional clothing today, as the public always chooses them as appropriate clothing for official occasions.</em><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Traditional clothing, kimono kebaya, meaning, philosophy and function.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Kimono merupakan pakaian yang dipakai oleh masyarakat Jepang baik perempuan maupun pria, sedangkan Kebaya memiliki arti yang sama, yakni busana yang dikenakan masyarakat Indonesia, tetapi hanya dikenakan oleh perempuan. Pemakaian kebaya dalam adat Jawa dan kimono dalam adat Jepang bukan hanya sebagai penutup aurat, tetapi sebagai pembeda yang mengandung makna, filosofi, dan fungsi. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif. Data diambil dari berbagai sumber, seperti buku-buku, akses internet, maupun jurnal yang berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) apa makna, filosofi yang terkandung pada kimono; (2) makna, serta filosofi seperti apa yang terkandung pada kebaya (3) apakah fungsi kimono dan kebaya masih dapat disebut sebagai pakaian tradisional dengan berbagai perubahan yang disebabkan kondisi masa kini. Filosofi yang terkandung dalam kebaya dan kimono berkaitan dengan sikap hingga strata sosial penggunanya. Kebaya yang digunakan bersamaan dengan stagen menggambarkan kesabaran yang tinggi bagi penggunanya. Filosofi yang ada pada kimono, berfokus pada corak atau motif yang ada pada kimono. Filosofi yang ada pada motif kimono lebih pada kebakan, harapan umur panjang, dan rezeki yang melimpah. Kedua budaya berpakaian ini hingga saat ini masih bisa disebut sebagai pakaian tradisional, karena selalu dipilih oleh masyarakat sebagai pakaian yang pantas digunakan untuk acara-acara resmi.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Pakaian adat, kimono kebaya, makna, filosofi dan fungsi.</p>Nise Samudra SasantiAmbaristi Hersita Milanguni
Copyright (c) 2024 Nise Samudra Sasanti, Ambaristi Hersita Milanguni
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-012024-06-011901112110.23887/prasi.v19i01.68042MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG MELALUI VIDEO PRESENTASI DESTINASI WISATA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/67655
<p><em>Speaking proficiency is a crucial aspect of language learning, particularly in foreign languages like Japanese. However, both teachers and learners face numerous challenges in enhancing this skill. This research aims to examine the use of video presentations in improving Japanese language learners' speaking abilities. The problems encountered include a lack of interest, difficulties in objectively assessing progress, and challenges in devising effective methods and materials. On the learners' side, challenges include low self-confidence, public speaking anxiety, limited vocabulary, and difficulties in expressing ideas clearly. The methodology employed in this study is a mix of quantitative and qualitative methods. Data were collected through feedback, teacher evaluations, and interviews with fourth-semester students of the Japanese Language D-3 Program at UNTAG Semarang.The research findings indicate that the use of video presentations is effective in enhancing students' speaking abilities. Students reported increased confidence and speaking skills after using video presentations. They also demonstrated improvements in organizing ideas, selecting appropriate vocabulary, and delivering information clearly and coherently. Students generally responded positively to the use of these presentation tasks. Evaluations also showed that video presentations provide relevant and beneficial contexts for developing Japanese language skills, including vocabulary expansion, pronunciation, and fluency. In conclusion, the use of video presentations in Japanese language learning is effective in improving students' speaking abilities. Recommendations can be made to further develop and refine this method in a broader learning context.</em></p> <p><strong><em>Keywords : </em></strong><em>Video presentation, video, speaking skills, Japanese.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Kemampuan berbicara adalah aspek penting dalam pembelajaran bahasa, terutama bahasa asing seperti bahasa Jepang. Namun, banyak tantangan yang dihadapi baik oleh pengajar maupun pembelajar dalam meningkatkan kemampuan berbicara ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan video presentasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa bahasa Jepang. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya minat, kesulitan menilai kemajuan secara objektif, dan kesulitan menyusun metode dan materi yang efektif. Di sisi pembelajar, tantangan meliputi kurangnya percaya diri, kecemasan berbicara di depan umum, keterbatasan kosakata, dan kesulitan menyampaikan ide dengan jelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>mix method,</em> yaitu campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan melalui umpan balik, evaluasi pengajar, dan wawancara terhadap mahasiswa semester empat Program Studi D-3 Bahasa Jepang di UNTAG Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan video presentasi efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa. Mahasiswa melaporkan peningkatan percaya diri dan keterampilan berbicara setelah menggunakan video presentasi. Mereka juga menunjukkan peningkatan dalam mengorganisir ide, memilih kosakata yang tepat, dan menyampaikan informasi dengan jelas dan terstruktur. Respon mahasiswa terhadap penggunaan tugas presentasi ini secara umum positif. Evaluasi juga menunjukkan bahwa video presentasi memberikan konteks yang relevan dan bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan bahasa Jepang, termasuk penambahan kosakata, pengucapan, dan kelancaran berbicara. Kesimpulannya, penggunaan video presentasi dalam pembelajaran bahasa Jepang efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa. Rekomendasi dapat diberikan untuk terus mengembangkan dan memperbaiki metode ini dalam konteks pembelajaran yang lebih luas.</p>Sri MuryatiBekti Setio Astuti
Copyright (c) 2024 Sri Muryati, Bekti Setio Astuti
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-012024-06-011901223010.23887/prasi.v19i01.67655PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KANJI LEVEL MENENGAH BERBASIS MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/67674
<p><em>Kanji learning is difficult if the teaching medium used is not interesting and relevant to technological advances. This research aims to describe the stages in developing middle-level Kanji teaching media with the help of Instagram social media to increase students' interest in learning middle-level Kanji. The research subjects were students studying Kanji in the third semester of the Japanese Language Education Study Program at FKIP, Riau University. The method used in this development research is the ADDIE model, which consists of five stages: analysis, design, development, implementation, and evaluation. In this research, development was only carried out until the teaching media design stage. Teaching materials for 45 intermediate-level kanji were uploaded to an Instagram account. Each post contains one kanji accompanied by a mnemonic illustration, the meaning of the kanji, how to read </em><em>onyomi, how to read kunyomi, a video of the writing sequence, and is equipped with examples of vocabulary and the application of the kanji in simple sentences. The results of the development of teaching media in this research were: 1) analysis found that the average score of students was low because the teaching media was less interesting and difficult to remember. 2) produce an Instagram-based teaching media design containing illustrations and video tutorials related to Kanji teaching with interesting visualizations. The conclusion of the research is that the presence of interesting visual-based teaching media and the help of social media such as Instagram are needed to increase understanding of intermediate-level Kanji teaching material.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Kanji, intermediate level, teaching media, Instagram, development.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak </strong></p> <p>Pembelajaran Kanji sulit dilakukan jika media ajar yang digunakan kurang menarik dan relevan dengan kemajuan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahap-tahap dalam pengembangan media ajar Kanji level menengah berbantuan media sosial Instagram untuk meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran Kanji level menengah. Subjek penelitian adalah peserta didik yang menempuh pembelajaran Kanji di semester tiga Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang di FKIP Universitas Riau. Metode yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah model ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu analisis (<em>analyze</em>), desain (<em>design</em>), pengembangan (<em>develop</em>), implementasi (<em>implement</em>) dan evaluasi (<em>evaluate</em>). Pada penelitian ini pengembangan baru dilaksanakan hingga tahap desain media ajar. Materi ajar sebanyak 45 Kanji level menengah diunggah ke sebuah akun Instagram. Setiap post memuat satu Kanji dilengkapi dengan ilustrasi mnemonik, makna Kanji, cara baca <em>on’yomi</em>, cara baca <em>kunyomi</em>, video urutan penulisan serta dilengkapi dengan contoh kosakata dan penerapan Kanji tersebut dalam kalimat sederhana. Hasil dari pengembangan media ajar pada penelitian ini adalah 1) ditemukannya analisis bahwa nilai rata-rata peserta didik rendah karena media ajar yang kurang menarik hingga sulit diingat. 2) dihasilkannya desain media ajar berbasis Instagram yang berisi ilustrasi dan video tutorial terkait pengajaran Kanji yang visualisasinya menarik. Simpulan dari penelitian adalah bahwa diperlukan kehadiran media ajar berbasis visual menarik serta bantuan media sosial seperti Instagram untuk meningkatkan pemahaman dengan terhadap materi ajar Kanji level menengah.</p>Adisthi Martha YohaniYenny Aristia NasutionDini BudianiNana Rahayu
Copyright (c) 2024 Adisthi Martha Yohani; Yenny; Dini Budiani, Nana Rahayu
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-012024-06-011901313910.23887/prasi.v19i01.67674ANALISIS SEBARAN IDIOM DALAM NEW HSK DAN NEW STANDARD HSK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/75263
<p><em>Currently there are </em><em>two</em><em> versions of the Chinese Proficiency Test (HSK) exam held by Hanban to measure Chinese language proficiency for non-native speakers, namely New HSK and New Standard HSK. HSK not only includes vocabulary, but also includes idioms, but there is a significant accumulation of idioms at the highest level</em><em> in both exams</em><em>. </em><em>In contrast to most other studies of Chinese idioms which focus more on learning methods, in this research </em><em>author analyses the distribution of idioms contain in the New HSK and New Standard HSK exams </em><em>with the aim </em><em>to provide suggestions for updating the application of idioms in both exams. This research uses descriptive research methods with a qualitative approach. The results of this research can be concluded that the distribution of idioms in the New HSK and New Standard HSK exams do</em><em>es</em><em> not have gradation of </em><em>increasing numbers </em><em>from lower levels to higher levels. </em><em>Therefore</em><em>, author suggests Hanban to spread idioms that are relatively easy and </em><em>whose</em><em> meaning can be understand directly to lower exam levels by appearing in listening and reading </em><em>sections and</em><em> increasing the intersection of idiom between New HSK and New Standard HSK. </em><em>The implication of these updating suggestions are expected to make it easier </em><em>for teachers and students to prepare for exams, teach idioms earlier in the context of everyday life, increase practice in applying idioms </em><em>which are</em><em> the intersection of New HSK and New Standard HSK, and </em><em>introduce idioms using </em><em>explaining the culture or history behind an idiom.</em></p> <p><strong><em>Keywords :</em></strong> <em>HSK, New HSK, New Standard HSK, idioms, learning.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak </strong></p> <p>Saat ini terdapat dua versi ujian <em>Hanyu Shuiping Kaoshi (HSK)</em> yang diadakan oleh Hanban untuk mengukur kemahiran berbahasa Mandarin penutur asing, yaitu <em>New HSK</em> dan <em>New Standard HSK</em>. Soal <em>HSK</em> tidak hanya meliputi kosakata sehari – hari, tetapi juga meliputi idiom, namun terjadi penumpukan jumlah idiom yang signifikan pada level atas dalam ujian <em>New</em> <em>HSK</em> dan <em>New Standard</em> <em>HSK</em>. Berbeda dengan kebanyakan penelitian idiom bahasa Mandarin lainnya yang lebih banyak menyoroti metode pembelajarannya, dalam penelitian ini dilakukan analisis sebaran idiom yang terdapat dalam ujian <em>New HSK</em> dan <em>New Standard HSK</em> dengan tujuan untuk memberikan saran pembaharuan penerapan idiom dalam kedua ujian tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebaran idiom pada ujian <em>New</em> <em>HSK</em> dan <em>New Standard</em> <em>HSK</em> tidak memiliki gradasi peningkatan jumlah dari level rendah menuju level yang lebih tinggi. Oleh karena itu Hanban perlu untuk menyebar idiom-idiom yang relatif mudah dan maknanya dapat dipahami secara langsung ke level ujian yang lebih rendah, memunculkan idiom-idiom yang mudah dipahami pada soal ujian level rendah bagian mendengar (<em>listening)</em> dan membaca (<em>reading)</em> dengan konteks sehari-hari, dan meningkatkan interseksi kemunculan idiom antara <em>New </em><em>HSK</em> dan <em>New Standard</em> <em>HSK</em>. Implikasi dari pembaharuan yang disarankan dapat memudahkan pengajar dan pemelajar mempersiapkan diri mengikuti ujian, dapat lebih dini mengajarkan idiom dalam konteks kehidupan sehari – hari, memperbanyak latihan penerapan idiom yang merupakan interseksi <em>New</em> <em>HSK</em> dan <em>New Standard</em> <em>HSK</em>, dan memperkenalkan idiom dengan metode bercerita budaya atau sejarah di balik sebuah idiom.</p>Jenny NadyaSepterianie Sutandi
Copyright (c) 2024 Jenny Nadya, Septerianie Sutandi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-012024-06-011901405510.23887/prasi.v19i01.75263THE GRAND HIGH WITCH’S CHARACTERIZATION IN ROALD DAHL’S THE WITCHES
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/70150
<p><em>Roald Dahl’s children’s literature usually depicts children as the protagonist and the grown-ups as the antagonist. This study aims to describe The Grand High Witch’s character as the main antagonist in Roald Dahl’s The Witches (1983). This study employs interactive qualitative analysis by Miles, Huberman and Saldaña which has 3 simultaneous processes; data condensation, data display and conclusion drawing/verifying. These 3 processes are conducted simultaneously in an interactive process which means these processes will be carried repeatedly. In the novel, The Grand High Witch was portrayed as having a scary face which she covered with a mask in order to be beautiful and accepted in society. The Grand High Witch’s cruel and cunning natures were influenced by her hatred towards children. She was portrayed as an antagonist character because her hatred led her to do bad things. Then society will construct a mindset that people only can be a bad person or kind person. Whereas, people are born with multidimensional characters. Thus, these characters could provide insight to children that people in society come with various kinds of traits. </em></p>Ni Komang Arie SuwastiniIda Ayu Made Istri UtamiNi Wayan Nita Paramita
Copyright (c) 2024 Ni Komang Arie Suwastini, Ida Ayu Made Istri Utami, Ni Wayan Nita Paramita
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-042024-06-041901566810.23887/prasi.v19i01.70150MUATAN ETIKA LINGKUNGAN HIDUP DAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA DRAMA MUSIKAL PETUALANGAN MADISON SERTA RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/75994
<p><em>Environmental problems are one of the disasters that are close to the community. The increase in environmental problems will not occur if all elements of society have awareness of environmental ethics. In addition, character education is one of the supporting aspects of strengthening ethics. One of the efforts to internalize these values is through art performances, including musicals. The purpose of this study is 1) describe environmental ethics, 2) the value of character education, which is contained in the musical drama Madison's Adventure, and 3) the relevance of the content of these values and musical drama when used in learning Indonesian various levels. The research was conducted with a qualitative approach. The source of this research data is the staging of the musical and the script of the musical Petualangan Madison. The musical drama is performed at the end of 2023, at the ASTON Hotel Madiun (12/31/2023).</em> <em>The data collection technique used was participant observation, by watching musical performances, recording performances, and documentation by analyzing musical drama scripts. The results of this study include: 1) environmental ethics contained in Madison's Adventure is an attitude of respect for nature, responsibility, compassion, and concern for nature, 2) the value of character education contained in Petualangan Madison is four values, including religious, nationalist, independent, and mutual assistance. The variety of environmental ethics and the value of character education can be seen in the scenes and dialogues that appear in the musical drama Petualangan Madison. (3) Petualangan Madison musical drama is relevant in Indonesian language learning with Merdeka Curriculum system, especially as a learning medium for several learning outcomes Indonesian Phase B to Phase F.</em></p> <p><strong><em>Keywords : </em></strong><em>Environmental ethics, character education, musical drama.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Permasalahan lingkungan menjadi salah satu bencana yang dekat dengan masyarakat. Peningkatan problematika lingkungan tidak akan terjadi jika seluruh elemen masyarakat memiliki kesadaran tentang etika lingkungan hidup. Selain itu, pendidikan karakter menjadi salah satu aspek penunjang penguatan etika tersebut. Salah satu upaya internalisasi nilai-nilai tersebut adalah melalui pertunjukan kesenian, termasuk drama musikal. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan etika lingkungan hidup, 2) nilai pendidikan karakter, yang terdapat pada drama musikal <em>Petualangan Madison</em>, dan 3) relevansi muatan nilai-nilai serta drama musikal tersebut ketika digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ragam jenjang. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pementasan drama musikal dan naskah drama musikal <em>Petualangan Madison</em>. Drama musikal tersebut ditampilkan pada pentas akhir tahun 2023, di Hotel Aston Madiun (31/12/2023). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, dengan menonton pementasan drama musikal, merekam pementasan, serta dokumentasi dengan menganalisis naskah drama musikal. Hasil penelitian ini antara lain: 1) etika lingkungan hidup yang terdapat pada <em>Petualangan Madison</em> adalah sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab, kasih sayang, dan kepedulian terhadap alam, 2) nilai pendidikan karakter yang termuat pada <em>Petualangan Madison</em> adalah empat nilai antara lain religius, nasionalis, mandiri, dan gotong royong. Ragam etika lingkungan hidup dan nilai pendidikan karakter tersebut tampak pada adegan dan dialog yang muncul pada drama musikal <em>Petualangan Madison</em>. (3) Drama musikal <em>Petualangan Madison</em> relevan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka, terutama sebagai media belajar untuk beberapa capaian pembelajaran bahasa Indonesia Fase B hingga Fase F.</p>Kristophorus Divinanto Adi YudonoYuliana EpitAgustinus Djokowidodo
Copyright (c) 2024 Kristophorus Divinanto Adi Yudono, Yuliana Epit, Agustinus Djokowidodo
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-022024-06-021901698610.23887/prasi.v19i01.75994PEMAKNAAN KEMBALI KACA PATRI “EMPAT MUSIM DI EROPA” MUSEUM BANK MANDIRI JAKARTA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/76354
<p><em>Conservation in the Old City of Jakarta has been carried out for years, both the government and the private sector have produced many plans but its revitalization is still far from perfect. The Bank Mandiri Museum building is one of the colonial heritages which has an inscription in the form of stained glass on its main window. These glasses are not just colorful pieces, but were deliberately made to form a special story, namely the story of the Dutch's journey to find the land they were looking for, accompanied by an explanation of this stained art work (Caption) next to the main stairs. However, the caption provided is still not perfect, because the illustration on the stained glass is not fully described. Considering the lack of documentation of arts and culture in Indonesia, this needs to be paid attention to. This article is the result of a review of stained glass at the Bank Mandiri museum using a semiotic approach that is aligned with cultural studies of the colonial period. The result of this research is a new, clearer and more detailed meaning regarding the stained glass which is the object of research. Thus, it is hoped that this research can contribute to efforts to conserve the Old City as an Indonesian cultural heritage.</em></p> <p><em> </em><strong><em>Keywords : </em></strong><em>Stained glass, stained glass art, glass, stained, Bank Mandiri Museum.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Konservasi di Kota Tua Jakarta telah dilakukan selama bertahun-tahun, baik pemerintah maupun wasta telah menghasilkan banyak rencana namun revitalisasinya masih jauh dari sempurna. Bangunan Museum Bank Mandiri sebagai salah satu peninggalan kolonial yang memiliki “Prasasti” berbentuk kaca patri pada jendela utamanya. Kaca-kaca tersebut bukan sekadar potongan warna-warni, tetapi sengaja dibuat membentuk cerita khusus yakni cerita perjalanan Belanda menemukan tanah yang dicari disertai penjelasan mengenai karya seni patri ini (<em>caption</em>) di samping tangga utama. Namun <em>caption</em> yang diberikan masih belum sempurna, karena ilustrasi pada kaca patri tersebut tidak dideskripsikan secara utuh. Mengingat minimnya pendokumentasian seni dan budaya di Indonesia, maka hal ini perlu menjadi perhatian. Tulisan ini adalah hasil kajian ulang mengenai kaca patri di museum Bank Mandiri dengan menggunakan pendekatan semiotika yang diselaraskan dengan studi budaya tentang masa kolonial. Hasil penelitian ini adalah makna baru yang lebih jelas dan rinci mengenai kaca patri yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangsih dalam upaya konservasi Kota Tua sebagai cagar budaya Indonesia.</p>Andreana Lingga Sekarasri
Copyright (c) 2024 Andreana Lingga Sekarasri
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-042024-06-0419018710610.23887/prasi.v19i01.76354BAHASA RUPA PADA GAMBAR ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/74392
<p><em>Children with hearing loss cannot hear sounds perfectly or even at all. Children with hearing loss will also experience problems with verbal language, they will have difficulty expressing what they know or the imagination that is in their minds. Images are a universal visual language and can be a medium for children to express themselves. At the age of 9-10 years, children have an imagination that begins to develop and are familiar with simple schemes such as the concept of land lines in pictures. Visual language theory was used to answer the research objective, namely to examine the tendency of object visualization in grouping several themes obtained from the results of collecting sample images of children with hearing impairments at Putra Asih SLB, Kediri city. The method used in this research is descriptive qualitative. Analysis was carried out on 10 students with hearing impairments with varying abilities. Judging from the visual language analysis, the wimba produced are quite diverse, while the wimba methods used are enlarging objects that are considered important, placing objects using a natural point of view, expressive depiction of the wimba, understanding land lines, and using colors that make the object appear more visible. life. From the results of the analysis, it was found that even though students have limitations in verbal language, they are good observers of what is around them.</em><em> </em></p> <p><strong><em>Keywords : </em></strong><em>Children's drawings, visual language, hearing impairment.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Anak dengan gangguan pendengaran tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali. Anak dengan gangguan pendengaran juga akan mengalami kendala dalam bahasa verbal, mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa yang mereka ketahui ataupun imajinasi yang ada dalam fikirannya. Gambar menjadi bahasa visual yang universal dan dapat menjadi media anak dalam berekpresi. Pada usia 9-10 tahun anak memiliki imajinasi yang mulai berkembang dan telah mengenal skema sederhana seperti konsep garis tanah pada gambar. Teori bahasa rupa digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengkaji kecenderungan visualisasi objek dalam pengelompokan beberapa tema yang didapat dari hasil pengumpulan sampel gambar anak dengan gangguan pendengaran di SLB Putra Asih kota Kediri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Analisis dilakukan terhadap 10 peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran dengan kemampuan yang beragam. Ditinjau dari analisis bahasa rupa, wimba yang dihasilkan cukup beragam, sedangkan cara wimba yang digunakan adalah memperbesar objek yang dianggap penting, penempatan objek menggunakan sudut pandang wajar, penggambaran wimba yang ekspresif, telah memahami garis tanah, dan penggunaan warna yang membuat kesan objek tampak lebih hidup. Dari hasil analisis didapatkan bahwa peserta didik meskipun memiliki keterbatasan dalam bahasa verbal namun mereka adalah pengamat yang baik terhadap apa yang ada di sekitarnya.</p>Tika awaliniMartadiAutar Abdillah
Copyright (c) 2024 Tika awalini, Martadi, Autar Abdillah
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-052024-06-05190110711510.23887/prasi.v19i01.74392STUDI NILAI ETIKA PADA PENGGUNAAN SONGKET SUBAHNALE DALAM MENGEKSPLORASI NILAI TRADISI SUKU SASAK
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/77830
<p><em>In the current era of globalization, local traditions are often eroded by the more dominant flow of outside culture. This has resulted in a decrease in interest in and understanding of traditional values that are believed to have important relevance in strengthening the identity of a society. The purpose of this research is to reveal how the symbolic meaning of the use of songket Subahnale can be an effective medium for strengthening understanding and respect for the traditional values of the Sasak tribe. This research uses a descriptive method with Suzanne K. Langer's semiotics theory, which views meaning as a complex relationship between symbols, objects, and humans. Art symbols are more presentational in nature and can be understood as a whole. The results of this study indicate that there are moral values stored in several activities that use songket Subahnale cloth as clothing and as a complement to carrying out traditional processions on the island of Lombok. </em></p> <p><em> </em><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Ethics, songket Subahnale, tradition value, Sasak Trib</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Pada era globalisasi saat ini, tradisi-tradisi lokal sering kali tergerus oleh arus budaya luar yang lebih dominan. Hal ini mengakibatkan penurunan minat serta pemahaman terhadap nilai-nilai tradisional yang diyakini memiliki relevansi penting dalam memperkokoh jati diri suatu masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap bagaimana makna simbolis pada penggunaan songket <em>Subahnale</em> sehingga dapat menjadi medium yang efektif dalam memperkuat pemahaman dan penghormatan terhadap nilai-nilai tradisi suku Sasak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teori semiotika Suzanne K. Langer yang memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks antara simbol, objek, dan manusia, serta simbol-simbol seni lebih bersifat presentasional yang dapat dimengerti secara menyeluruh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai moral yang tersimpan pada beberapa kegiatan, yang menggunakan kain songket <em>Subahnale</em> sebagai pakaian dan pelengkap dalam melaksanakan prosesi adat yang ada di pulau Lombok.</p>QatrunnadaKusuma WayanBaiq Larre Ginggit Sekar Wangi
Copyright (c) 2024 Qatrunnada, Kusuma Wayan, Baiq Larre Ginggit Sekar Wangi
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2024-06-082024-06-08190110711710.23887/prasi.v19i01.77830