ANALISIS KONTRIBUSI NAUB TERHADAP BESARNYA BIAYA UPACARA PADA BEBERAPA PURA DI LINGKUNGAN DESA PAKRAMAN TABOLA, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI

Authors

  • Made Ayu Ruscita Dewi .
  • Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., .
  • Nyoman Trisna Herawati, S.E.Ak., M.Pd. .

DOI:

https://doi.org/10.23887/jimat.v8i2.13179

Abstract

Ngayah merupakan salah satu tradisi yang ada di Bali yang dilaksanakan pada saat menjelang diadakannya upacara. Dengan berbagai kondisi masyarakat saat ini, banyak krama yang tidak bisa ngayah sehingga memilih menjadi krama penaub. Krama penaub hanya perlu membayar satu kali dalam setahun. Di Desa Pakraman Tabola penentuan besaran yang harus dibayarkan ditentukan di masing-masing banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) alasan krama lebih memilih ngayah dibandingkan naub, 2) proses penentuan besaran dana naub dan akuntabilitas pengelolaannya, 3) kontribusi dana naub terhadap besarnya biaya upacara di pura. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif yang lebih menekankan pada persepsi dan perilaku manusia. Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu 1)pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Alasan Krama Desa Pakraman Tabola memilih ngayah dibandingkan dengan naub yaitu dapat berinteraksi dengan krama yang lain untuk meningkatkan rasa solidaritas antar krama, mendapat ilmu mengenai bebantenan, dan wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 2) Proses penentuan besarnya dana naub didasarkan pada hasil kesepakatan pada saat sangkep dan akuntabilitas pengelolaannya juga disampaikan pada saat sangkep. 3) Dana naub tidak berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Puseh Tabola, tetapi berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Dalem dan juga Pura Melanting Desa Pakraman Tabola.
Kata Kunci : Ngayah, banten, naub, akuntabilitas

Ngayah is one of the traditions in Bali that is held just before a ceremony. With the various conditions of the society today, many village members who could not ngayah, so choose to be penaub members. Penaub members only need to pay once a year. In Tabola Pakraman Village, the determination of the amount to be paid was determined in each banjar ‘hamlet’. This research aimed at determining: 1) the reason village/hamlet members preferring ngayah than naub, 2) the process of determining the payment amount of naub and the accountability of its management, 3) the contribution of naub funds to the total amount of ceremonial costs at the temple. This research was conducted through a qualitative method that emphasized more on human perception and behavior. This study was conducted in four stages: 1) data collection, 2) data reduction, 3) data presentation, 4) conclusions drawing. The results of this study indicated that: 1) The reason of Tabola Pakraman Village members to choose ngayah than naub was to interact with other village members in order to increase the sense of solidarity among them, to obtain knowledge about bebantenan ‘offerings’, and as a form of devotion to Ida Sang Hyang Widhi Wasa ‘The Almighty God’. 2) The process of determining the amount of naub payment was based on the agreement at sangkep ‘village meetings’ and management accountability was also delivered at the time of sangkep. 3) Naub fund did not contribute to the ceremonial cost at Tabola’s Puseh temple, but contributed to the ceremonial cost at Dalem Temple and also at Melanting Temple of Tabola Pakraman Village.
keyword : Ngayah, banten, naub, accountability

Published

2018-02-07

Issue

Section

Articles