METATHEORIZING BERBASISKAN NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA

Authors

  • I Nyoman Tika

Abstract

Abstrak
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran, yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi dengan alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Masalah dalam pendidikan IPA adalah pembelajaran kerap dilakukan dengan ceramah, yang lebih dominan mengaktifkan otak kiri. Oleh karena itu perlu penyeimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Dalam artikel ini akan dipaparkan tentang metatheorizing berbasiskan neurosains kognitif dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA memiliki aspek proses, produk dan nilai, sehingga membutuhkan metaanalisis teori yang bisa diparalelkan dengan konsep teori neurosains. Ada tiga tipe metatheorizing yang perlu dicermati dalam pembelajaran IPA, yaitu Pertama, metatheorizing sebagai alat untuk mencapai pemahaman lebih mendalam tentang teori. Tipe kedua adalah metatheorizing sebagai perlu pengembangan teori (Mp), yang memerlukan studi tentang teori yang ada untuk menciptakan teori baru. Ketiga metatheorizing sebagai sumber perseptif yang melandasi teori sains (Mo). Ketiga tipe matatheorizing ini dapat dilengkapi dengan pendekatan neurosains. Neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik dari sistem syaraf. Neurosains kognitif adalah studi ilmiah yang mempelajari hubungan antara psikologi kognitif dan neurosains, yang berguna untuk menemukan bukti-bukti fisik yang mampu menunjang karakteristik teoritis pikiran dengan pathologi otak dan perilaku. Salah satu yang dapat memberikan makna utuh dalam metatheorizing adalah pembelajaran yang melibatkan otak kanan dan otak kiri, yaitu pembelajaran model mind maping dan pendekatan domain sosial dalam pembelajaran IPA

Published

2012-12-15

Issue

Section

Seminar Nasional MIPA