BUDAYA POLITIK PENGUASA DALAM MENANGANI PREMANISME

Penulis

  • I Ketut Margi Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak

Secara umum tujuan tulisan ini adalah untuk memahami budaya politik penguasa dalam penanganan aksi premanisme dan anarkisme di Indonesia. Secara khusus tujuan tulisan ini ada dua, yaitu : pertama, untuk mengetahui genealogi  premanisme ?; kedua, memahami budaya politik penguasa dalam penanganan aksi premanisme dan anarkisme? Metode yang digunakan metode kepustakaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara sosiohistories munculnya fenomena premanisme dan anarkisme melalui proses yang panjang, berakar pada tradisi kerajaan, berlanjut pada masa kolonial, dan diwariskan pada generasi sesudahnya. Kemunculannya disebabkan oleh multifaktor -- jalinan berbagai faktor seperti faktor ekonomi, sosial maupun politik. Ideologi yang melatarbelakangi tidak bisa dilepaskan dari keinginan orang-orang tertentu tetap berkuasa. Berbagai upaya ditempuh untuk melanggengkan kekuasaan, di antaranya memakai jasa preman sebagai alternatif. Strategi yang dipilih melalui kredit sosial dalam wujud janji dan atau bantuan yang akhirnya dibalas dalam bentuk jasa dan loyalitas. Akhirnya, terciptalah tautan tuan hamba yang mengental antara preman selaku hamba dan tuannya. Mengingat demikian keberadaannya, maka bisa dipahami dalam penanganannya penguasa cenderung kurang tegas dan pragmatis (pragmatisme). Padahal untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, dan kenyamanan warga, dalam penanganan premanisme pemerintah hendaknya berpegang pada law inforcement yang kuat dan tegas. Untuk itu, penguasa seharusnya “bersih” dari praktik premanisme. Sebaiknya dihindari persekutuan atau perselingkuhan politik dengan ormas, individu, kelompok yang berprilaku preman.

Referensi

Galtung, J. 1988. “Kekerasan, Perdamaian dan Penelitian Perdamaian”. Dalam Mochtar Lubis ed., Menggapai Dunia Damai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 138-183

Gandhi, Leela. 1998. Postcolonial Theory A Critical Introduction by Allen & Unwin

Hobsbawn, E.J. 1984. Bandit Sosial. Dalam Sartono Kartodirdjo (Penyunting). Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial. Jakarta: LP3ES

Kartini, Kartono.1983. Patologi Sosial. Jilid I. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali

Lawang, Robert. M.Z.1985. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Kerunika Jakarta Universitas Terbuka

Legg, Keith. R. 1983. Tuan, Hamba dan Politisi. Afan Gaffer (Penterjemah). Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

Montesquieu. 1977. The Spirit of Law. Berkeley, Los Angeles, London: University of California Press

Nordholt, Henk Schulte. 2002. Kriminalitas, Modernitas dan Identitas dalam Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Robinson, Geoffrey. 2006. Sisi Gelap Pulau Dewata Sejarah Kekerasan Politik. Yogyakarta: LKiS

Robbins SP., Organizational Behavior, New York: International Ed., 1993

Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Pusataka Pelajar dan Insist

Subhan, Zaitunah. 2005. Pornografi & Premanisme. Jakarta: el-KAHFI

Sunardi, St. 2006. Nietzsche. Yogyakarta: LKiS

Suryawan, I Ngurah. 2005. Bali Narasi dalam Kuasa Politik dan Kekerasan di Bali. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Syarbaini, Syahrial dkk. 2004. Sosiologi dan Politik. Bogor: Ghalia Indonesia

Widjaya, Albert. 1982. Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES

Williams, G.A. 1960. “Gramsci’s Concept of Egomania” dalam Journal of the History of Ideas. Vol.12,No. 4

Windhu, I Marsana. 1992. Kekuasaan & Kekerasan menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Wortman, Camile B., Loftus, Elizabeth F., dan Weaver, Charles., 1999, Psychology 5th ed, USA: Mc Graw – Hill, Inc.

Diterbitkan

2020-11-30