Praktek Tradisi Belis dalam Adat Perkawinan di Desa Aiteas (Studi Post-Marital Residence antara Matrilokal dan Neolokal)
DOI:
https://doi.org/10.23887/ijssb.v4i2.24200Keywords:
belis, matrilineal, Desa Aiteas, post-marital residenceAbstract
Penelitian ini berfokus pada posisi laki-laki dan perempuan terkait post-marital residence dalam praktek belis di Desa Aiteas bagi pengantin yang sesudah menikah tinggal (matrilokal) dan yang tidak tinggal bersama keluarga perempuan (neolokal). Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi. Penelitian dilakukan di Desa Aiteas, Posto Administrativu Manatuto, Municipio Manatuto, Timor Leste. Berdasarkan hasil penelitian, praktek perkawinan di Desa Aiteas pengantin laki-laki dari luar Desa Aiteas yang menikah dengan perempuan Desa Aiteas terkait post-marital residence antara yang tinggal dan yang tinggal di luar keluarga perempuan secara tahapannya adalah sama. Besarnya belis merupakan kesepakatan bersama. Di Desa Aiteas sesuai adat matrilineal menempatkan posisi laki-laki dalam relasi keluarga : Pertama, Laki-laki mengalami sub-ordinasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, kekuasaan harta benda dan sistem warisan berada di tangan di pihak istri. Ketiga, marga anak mengikuti marga pihak keluarga perempuan. Posisi laki-laki ini tidak berbeda antara post-marital residence matrilokal maupun neolokal. Posisi perempuan dalam keluarga : pertama, pada aspek pendidikan, semakin banyak perempuan Desa Aiteas yang sekolah sampai Universitas. Kedua, dalam aspek sosial budaya, perempuan Desa Aiteas berperan aktif dalam kegiatan sosial budaya sebagai kewajiban berpartisipasi bagi rumah adat (uma lisan). Ketiga, dalam aspek politik, perempuan Desa Aiteas bisa terjun ke dunia politik. Perbedaan post-marital residence antara matrilokal maupun neolokal hanya berbeda dalam hal jumlah belis, tetapi sesuai dengan sistem adat matrilineal Desa Aiteas, tidak ada perbedaan posisi laki-laki dan perempuan dalam keluarga.
References
Andriana, N., Siregar, S.N., Haris, S., Yanuarti, S., Budiatri, A.P., Amalia, A.S . (2012). Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di Tingkat Lokal. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Politik.
Banfatin, R. A. (2012). Pergeseran makna belis (sebuah studi pada masyarakat etnis Sikka di kota Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur). Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Sosiologi Universitas Gadjah Mada.
Barrett, L. F., Gross, J., Christensen, T. C., & Benvenuto, M. (2001). Knowing what you're feeling and knowing what to do about it: Mapping the relation between emotion differentiation and emotion regulation. Cognition and Emotion Journal, 15 (6), 713-724.
Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and Families: Changes. Choices and Constraint. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Buttenheim, A.M., & Nobles, J. (2009). Ethnic-Based Nuptial Regimes and Marriage Behaviour. Popul Stud (Camb), 63 (3), November, 277–294.
Claffey, S. T., & Mickelson, K. D. (2009). Division of household labor and distress: The role of perceived fairness for employed mothers. Sex Roles Journal, 60, 819-831.
Dade, Y.T. (2012). Dinamika Belis Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Rote Ba`A Di Kelurahan Mokdale Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao. Jurnal Humanis, 8 (1), 1-8.
Daeng, J. H. (1985). Pesta, Persaingan dan Harga Diri pada Beberapa Kelompok Etnis di Flores. Dalam Michael R. Dove (Eds.). Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia Dalam Modernisasi. (pp. 287 – 316). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Dawan, A. (2019). Perempuan Alor di Pusaran Budaya Belis: Sebuah Pendekatan Etnografis Melalui Revitalisasi Budaya. Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar, 2 (1), Juli, 25-41.
Eden, A.S., Kebayantini, N.L.N., & Zuryani, N. (2017). “Sikap Kaum Muda Perantau Asal Manggarai Di Bali Terhadap Praktek Belis Kekinian”. Jurnal Ilmiah Sosiologi (Sorot), 1 (1), 1-13.
Fernandez, D. (2018). Hand Out Antropologi. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka.
Hamzani, A. I. 2010. Pembagian Peran suami Istri Dalam keluarga Islam Indonesia (Analisis Gender terhadap Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam). Jurnal Sosekhum, 6 (9), 1-15.
Herlian, & Daulay, H. (2008). Kesetaraan Gender Dalam Pembagian Kerja Pada Keluarga Petani Ladang (Studi Kasus Analisa Isu Gender pada Keluarga Petani Ladang di Desa Cot Rambong, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya, NAD)”. Jurnal Harmoni Sosial, 2 (2), 78-82.
Herlintati. (2016). Partisipasi Perempuan Dalam Perumusan Kebijakan Pembangunan Dalam Bidang Ekonomi Di Kelembagaan Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Sosial dan Humanis Sains, 1 (1), 61-77.
Juliawati, P.E. (2013). Moko Sebagai Mas Kawin (Belis) Pada Perkawinan Adat Masyarakat Alor. Forum Arkeologi, 26, (3), November, 195-206.
Kleden, D. (2017). Belis Dan Harga Seorang Perempuan Sumba (Perkawinan Adat Suku Wewewa, Sumba Barat Daya, NTT). Studi Budaya Nusantara, 1 (1), April, 56-70.
Konrad, A., & Harris, C. (2002). Desirability of the Bem sex-role inventory items for women and men: A comparison between African Americans and European Americans sex roles. Journal of Sex Research, 2, 45-52.
Kurniawan, A., & Rudyansjah, T. (2018). Kajian Mengenai Perubahan Afiliasi Pada Sistem Organisasi Sosial Masyarakat Lematang. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 18 (2), Desember, 89-103.
Lede, M., Bidaya, Z.,& Anshori, Z. (2017). Tradisi Belis dalam Perkawinan Adat Suku Weelewo. CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 5 (2), September, 14-21.
Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai Dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lon, Y.S., & Widyawati. F . (2017). “Cultural Aspects on Child's Development and Parenting in Manggarai, East Nusa Tenggara, Indonesia”. GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling, 7 (1), June, 130 – 139.
Lubis, A.Y. (2014). Postmodernisme: Teori dan Metode. Jakarta: Rajawali Press.
Murdock, G.P. (1949). Social Structure. New York: Macmilan.
Neonnub, F. I., & Habsari, N.T. (2018). Belis: Tradisi Perkawinan Masyarakat Insana Kabupaten Timor Tengah Utara (Kajian Historis dan Budaya Tahun 2000-2017). Jurnal Agastya, 8 (1), 107-126.
Putra, S. (2010). Kesempatan Perempuan mendapatkan Pelayanan dan Hak Kesehatan Reproduksi di Pedesaan Alor, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Inada, 2 (1), Juni, 42-60.
Puspitawati, H. (2010). Analisis Structural Equation Modelling Tentang Relasi Gender, Tingkat Stres, Dan Kualitas Perkawinan Pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Jurnal Studi Gender & Anak, 5 (2), 328-345.
Pyke, K. D. (1994). Women's employment as a gift or burden? Marital power across marriage, divorce, and remarriage. Gender & Society Journal, 8 (1), 73-91.
Rodliyah, S., Purwasito, A., Sudardi, B., & Abdullah, W. (2017). Between Economic Burden and Cultural Dignity: Belis in the Marital Custom of the NTT Society. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 9 (1), 92-103.
Rostiyati, A. (2017). Peran Perempuan Pada Upacara Tradisional Rahengan Di Desa Citatah, Kabupaten Bandung Barat. Patanjala, 9 (3), 359-374.
Sani, A. (2018). Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional. Siddhayatra, 23 (1), Mei, 13-30.
Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanti, H., Wibowo, A., & Wilujeng, T.T.R. (2015). An Analysis Used In Belis Tradition In Anakalang, Middle Sumba”. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2 (2), Desember, 108-117.
Syafe’i, I. (2015). Subordinasi Perempuan Dan Implikasinya Terhadap Rumah Tangga. Jurnal Studi Keislaman, 15 (1), 143-166.
Wula, Z. (2017). Belis As Symbolic Meaning Of Marriage In Lio Ethnic District at Aewora Village at Maurole District in Ende Regency. Journal of Advance in Social Science and Humanities, 3 (2), March, 17-27.
Zacharias, Noak, & Azhar. (2018). Jaringan Aktor Politik Lokal Dalam Relasi Tradisi Belis (Studi Kasus Masyarakat Kabupaten Rote Ndao)”. E-Jurnal Politika, 1 (1), September, 1-13.