PERKEMBANGAN PASANG AKSARA BALI DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA BALI
DOI:
https://doi.org/10.23887/ika.v11i2.1986Abstract
PERKEMBANGAN PASANG AKSARA BALI
DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA BALI
Oleh
Ida Bagus Rai
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Bali,FBS UNDIKSHA Singaraja
ABSTRAK
Dalam usaha memahami konep-konsep budaya pada naskah kuno orang harus memahami aksara Bali dengan Pasang Aksara/sistem ejaannya. Hal ini perlu dilakukan dalam usaha pewarisan dan pelestarian budaya Bali. Sampai saat ini sistem penulisan/Pasang Aksara Bali yang pernah berlaku adalah dua buah Pasang Aksara/ejaan, yaitu Pasang Aksara Purwadresta dan Pasang Aksara Schwartz. Pasang Aksara Purwadresta berlaku lebih dulu dari Pasang Aksara Schwartz. Beberapa ketentuan yang dimiliki sebagai sistem Pasang Aksara Purwadresta, yaitu: (1) menggunakan aksara biasa dan aksara suci; (2) rangkapan konsonan pada umumnya sesuai dengan daerah artikulasi; (3) mengikuti hukum pasang pageh; dan (4) bentuk penulisannya jajar sambung. Pasang Aksara Schwartz hanya menggunakan aksara wreastra saja beserta gantungan dan gempelan, serta sesapa sebagai gempelan sedanti. Pada tahun 1957 Pemerintah Daerah Bali mengadakan Pasamuan Agung memabahas ejaan bahasa Bali dengan huruf Latin dan Pasang Aksara Bali yang mana kembali pada sistim Pasang Aksara Purwadresta. Selanjutnya disempurnakan lagi pada Pasamuan Agung Kecil tahun 1963. Perubahan itu terjadi masih mengarah pada fungsionalisasi untuk pewarisan nilai budaya dan pelestarian aksara Bali.
Kata-kata kunci: perkembangan, pasang aksara, pelestarian budaya Bali