Penataan Kota Singaraja Zaman Kolonial Belanda (Perspektif Sejarah Kota)

Authors

  • K.S. Arta Universitas Pendidikan Ganesha
  • I.M. Pageh Universitas Pendidikan Ganesha
  • I.W.P. Yasa Universitas Pendidikan Ganesha

DOI:

https://doi.org/10.23887/ika.v19i1.33446

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah 1) untuk mengetahui gambaran jelas tentang kosepsi dan tata ruang yang berciri tradisional di Kerajaan Buleleng, 2) untuk memperoleh gambaran jelas landcape Kota Singaraja sebagai kota kolonial Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metodologi kesejarahan yang meliputi langkah-langkah: heuritik, kritik, interpretasi, dan Hinstoriografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa landcape kota Singaraja dibangun berdasarkan perpaduan landcape tradisional (geo-religius) dengan landcape modern yang berorientasi pada kehidupan duniawi, sifat rasional ini ditunjukkan dengan adanya sanitasi lingkungan, jalan raya besar untuk transportasi modern, tempat hiburan, sekolah, pusat tentara, penjara, pengadilan dan wujud orientasi dunia barat lainnya. Sarana kota modern tersebut dimaksudkan untuk mengukuhkan kekuasaan kolonial Belanda. Tulisan dengan pendekatan ekohistoris ini dapat dikembangkan menjadi bahan pembelajaran untuk memahami strategi kolonial Belanda dalam mengurung kekuasaan tradisional  yang sangat sacral dengan kekuasaan serba nyata, propan, serba iptek dan bernilai kekuasaan politik, ekonomis dan prestige sosial. Rekomendasi yang diberikan adalah diharapkan pengembangan kota Singaraja sekarang juga memperhatikan pengembangan wilayah pada masa pemerintahan kolonial Belanda, dan tetap menjaga artefak-artepak/ bangunan kolonial yang bisa dijadikan daya Tarik pariwisata

 Kata Kunci: Penataan Kota; Landcape tradisional; Landcape modern.

 

References

Agung, Anak Agung Gde Putra. 1983. Dampak Pendidikan Terhadap Perubahan Sosial di Bali Utara. Tesis (S-2) : UGM.

Bouman, PJ. 1982. Sosiologi Fundamental. Ratmoko (penerjemah). Jakarta : Djambatan

Evers, Dieter Hans dan Korff Rudiger.2002. Urbanisasi di Asia Tenggara. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Geertz, Clifford. 1980. Negara : The Teatre State in Nineteenth-Centuary Bali. New Jersey : Princenton University Press.

Gelderen, Robert Heine. 1982. Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Jakarta : Raja Waki.

Ginarsa, I Ketut. 1986. Sejarah Lahirnya Kota Singaraja. Singaraja : Indra Jaya

Noel P. Gist dan Sylvia Fleis Fava. 1974. Urban society. New York: Harper and Row

Pageh, I Made. 1998. Dari Tengkulak Sampai Subandar : Perdagangan Komunitas Lokal di Pantai Utara Bali Pada Zaman Kolonial Belanda. Yogyakarta : Tesis S-2 UGM (Unpublish).

Khairuddin, H. 1995. Filsafat Kota Yogyakarta : Yogyakarta.

Khaldun, Ibn. 1970. The Muqaddimah: An Introduction to History. Translated from the Arabic by Frans Rosenthal. New York : N. J Dawoo.

Lauer, Robert. 2003. Perpektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta ; Bina Cipta.

Nas, P. J. M.1979. Kota di Dunia Ketiga. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Pirene, Hendri. 1969. Medieval Cities and The Revival of Trade. Princeton : New Jersey

Sartono Kartodirdjo. 1977. Pengantar dalam Masyarakat dan Kelompok Sosial. Sartono Kartodirdjo (ed). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Simpen, I Wayan. 1989. Babad Kerajaan Buleleng. Denpasar : Cempaka.

Waanders, F.L. van Bloemen, “Aanteekeningen omtrent de Zeden en Gebruiken der Balinezen, inzonderheit die van Boeleleng”’ TBG, DI. VIII. 1859)

Giddens, Anthony1990. TheConcequences of Modernity. Stanford, Calif.: Stanford University Press

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011 Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Kencana.

Bagas Yusuf Kausan, Putri Agus Wijayati, dan Atno. 2019. “Kampung-Kota dan Permukiman Kumuh di Kota Bandung Tahun 1965-1985”. Jurnal of Indonesia History. Volume 8 (1) Tahun 2019. Hlm 53-61.

Downloads

Published

2021-03-31

Issue

Section

Articles