Relevansi Metode Ilmiah Thomas Kuhn dan Keilmiahan Islam

Penulis

  • Fatih Atsaris Sujud Pascasarjana UIN Malang

DOI:

https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.42091

Kata Kunci:

Application, Science, Scientific Method

Abstrak

Sains merupakan suatu metode berpikir secara objektif. Tujuannya menggambarkan dan
memberi makna pada dunia yang faktual. Penerapan sains terbagi menjadi 3, antara lain sebagai alat eksplanasi, peramal dan pengontrol. Rangkaian metode ilmiah sendiri tersusun atas
bermacam-macam kegiatan seperti pengenalan, perumusan/pengidentifikasian masalah,
pengumpulan detail informasi yang terkait, proses merumuskan hipotesis dan melakukan
eksperimen serta proses publikasi. Siklus perubahan atau revolusi dalam kaidah keiluan adalah proses peralihan suatu paradigma yang lama ke yang baru. Melalui peralihan paradigman
tersebut, sudut pandang ilmuan dalam menentukan permasalahan, menerapkan metode dan menarik kesimpulan terhadap realita alam akan berbeda. Makalah ini menggunakan metode
deskriptif dimana definisi-definisi yang terdapat dalam permasalahan kemudian akan digabungkan menjadi suatu narasi supaya bisa menjelaskan inti permasalahan. Pemikiran
Thomas Kuhn tentang proses lahirnya ilmu pengetahuan bisa dikontekstualisasikan ke dalam
pemikiran dan dinamika perubahan keilmuan Islam, terutama dalam membuka pemikiran ilmuan beragama islam, bahwa sebenarnya dalam dinamika perubahan keilmuan, tidak akan ada suatu kebenaran keilmuan yang sifatnya absolut, namun selalu terdapat peluang terlahirnya
pengetahuan yang baru dengan epistemologi keilmuan yang baru yang terkadang lebih bisa
diterima oleh masyarakat sehingga konteks keilmuan Islam menunjukkan bahwa agama Islam
memiliki dasar pegangan al-Qur’an dan hadits yang diyakini masyarakat muslim sebagai
kebenaran dan pedoman kehidupan. Thomas Kuhn telah mengajak para peneliti untuk
mengalihkan cara pandang menjadi paradigmatif dimana cara pandang tersebut akan
memperluas ruang lingkup ilmu pengetahuan kepada tiap-tiap aspek dalam hidup tidak terkecuali dalam bidang rumpun keilmuan sosial.

Referensi

Alred, North Whitehead. 2005. Sains Dan Dunia Modern, terj. Komarudin. Bandung: Nuansa. Hal. 179

Blackburn, Simon. 2008. The aspects of the subjects supposed to determine what truth is ‘for them’ may include historical, cultural, sosial, linguistic, or psychological background, or brute sensory constitutio., Oxford Dictionary of Philosophy: Oxford University Press

Jena, Yeremias. 2012. Thomas Kuhn Tentang Perkembangan Sains dan Kritik Larry Laudan. Melintas. Vol. 20, No. 2. Hal. 170

Kuhn, Thomas S. 2012. The Structure of Scientific Revolution: Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, terj. Tjun Surjaman. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Madjid, Nurcholis. 1999. “Masalah Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum,” dalam Fuaduddin&Cik Hasan Bisri (ed.), Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, hlm. 58.

Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu; Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme, Yogyakarta: Rakesarasin Edisi-2, hlm. 20.

Muslih, Muhammad. 2010. Pengaruh Budaya dan Agama Terhadap Sains Sebuah Survey Kritis. Jurnal Tsaqafah. Vol. 6, No. 2. Hal. 10

Reza, A.A Wattimena. 2008. Filsafat dan Sains. Jakarta: Grasindo. Hal. 161

Saefuddin, Ahmad Muflih. 1991. “Pembaharuan Pemikiran Islam: Sebuah Pengantar,” dalam Percakapan Cendekiawan tentang Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Samiha, Yulia Tri. 2016. Standar Menilai Teori dalam Metode Ilmiah pada Kajian Filsafat Ilmu. Jurnal Studi Islam. Volume 14, Nomor 2. Hal. 139

Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 85.

Thomas Kuhn. 1962. The Structure of Scientifc Revolution, Chicago: University of Chicago Press

Ulya, Inayatul. 2015. Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya terhadap Keilmuan Islam. FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Volume 3, No. 2, 250-251

Unduhan

Diterbitkan

2022-10-04

Terbitan

Bagian

Articles