Pemersatu Lamongan: Analisis Identitas Kultural Supporter Sepakbola Persela

Main Article Content

Ahmad Nidhomuddin
Nikmah Suryandari

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas kultural suporter sepak bola, khususnya identitas kultural suporter Persela Lamongan yang tergabung dalam Suporter LA Mania dan Curva Boys 1967. Penelitian juga mengkaji bagaimana Persela berhasil menjadi salah satu identitas masyarakat Lamongan. Penelitian ini dianggap penting karena menggunakan supporter sepakbola di Indonesia sebagai objek penelitian, dengan fokus kajian pada identitas kultural yang menjadi salah satu bidang kajian komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara serta dokumentasi. Informan dipilih menggunakan metode purpose sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik model interaktif Miles dan Huberman melalui proses pengumpulan data, data reduksi, display dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persela mampu menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat Lamongan akan identitas asalnya. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat Lamongan kepada Persela baik yang berdomisili di Lamongan maupun yang berada ditanah rantau. Pada perkembanganya hal ini mampu melahirkan identitas kelompok suporter LA Mania dan Curva Boys 1967 yang berbeda

Article Details

Section
Articles

References

Alamsyah, M. I., & Prasetyo, I. J. (2019). Persebaya dan Bonek: Simbol-Simbol Komunikasi Supporter Sepakbola Komunitas “Syndicate Bonek Keputih (SBK).” Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi, 2(2), 203–216. https://doi.org/10.15575/cjik.v2i2.5032

Baudrillard, J. (1990). Seduction. Macmillan.

Black, R. W. (2021). Adolescents and Online Fan Fiction. Peter Lang Verlag. https://www.peterlang.com/document/1105746

Booth, P., & Kelly, P. (2013). The changing faces of Doctor Who fandom: New fans, new technologies, old practices. Participations, 10(1), 56–72.

Cresswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches.

Critcher. (n.d.). , ‘Football Since the War’; Fishwick, English Football and Society 1910–1950; Holt, Sport and the British; Mason, Association Football and English Society.

Effendy, M., & Indrawati, E. S. (2018). Hubungan antara empati dengan perilaku agresif pada supporter sepakbola panser biru banyumanik semarang. Jurnal Empati, 7(3), 140–150.

Giulianotti, R. (2002a). Supporters, followers, fans, and. 26(1), 25–46.

Giulianotti, R. (2002b). Supporters, Followers, Fans and Flaneurs. Journal of Sport and Social, 26(1).

Gray, J., Sandvoss, C., & Harrington, C. L. (Ed.). (2017). Fandom, Second Edition. NYU Press. https://doi.org/10.2307/j.ctt1pwtbq2

Handoko, A. (2008). Sepak Bola Tanpa Batas. Kanisius.

Littlejohn, Stephan W, dan K. A. F. (2014). Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.

Lucky, N., & Setyowati, N. (2013). Fenomena Perilaku Fanatisme Suporter Sepak Bola (Studi Kasus Komunitas Suporter Persebaya Bonek Di Surabaya). Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 1(1), 180–195.

McLuhan, M. (1964). Understanding media.

Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jawa Barat: Remaja Rosdakarya.

Sabarina Sitepu, Y., & Desiana Setyaningsih, F. (2011). Konstruksi Identitas Suporter Sepakbola Di Indonesia (Studi kasus pada Kelompok Suporter The Jakmania). Jurnal Ilmu Sosial, Fakultas Isipol-Universitas Medan Area, 4(1), 60–78.

Stone, C. (2007). The Role of Football in Everyday Life. Soccer & Society, 8(2–3), 169–184. https://doi.org/10.1080/14660970701224319

Storey, J. (2014). But what is Cultural Studies? In Studying British Cultures. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315016030-11

Suryandari, N. (2017). Eksistensi Identitas Kultural. Komunikasi, 11(21).

Taylor, I. (1971). ‘Football Mad: A Speculative Sociology of Football Hooliganism.’ E. Dunning. London: Frank Cass, 1971. In The Sociology of Sport: A Selection of Readings.

Ting-Toomey, S., & Chung, L. C. (2012). Understanding Intercultural Communication. Second Edition.

Turner, B. S. (1999). The possibility of primitiveness: Towards a sociology of body marks in cool societies. Body & Society, 5(2-3), 39.