PENGEMBANGAN MODEL PENGUATAN LEMBAGA PERTANIAN SEBAGAI PRIME MOVER PEMBANGUNAN KAWASAN DAERAH PENYANGGA PEMBANGUNAN (DPP) DESTINASI WISATA KINTAMANI – BALI

Authors

  • Putu Gede Parma

DOI:

https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v3i1.2928

Abstract

Tujuan pokok penelitian ini ‘mengembangkan model prime mover sektor pertanian argo di daerah penyangga pembangunan (DPP) destinasi wisata Kintamani untuk penguatan dan pemberdayaan para petani agro berbasis kewilayahan dan berbasis penguatan kelembagaan lokal di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (R&D) dengan metode kuantitatif IG (Indeks Gravitasi) untuk melihat derajat keterkaitan aktivitas ekonomi antara DPP dan desa sekitarnya, CDSF (Cobb-Douglas Stochastic Frontier) untuk melihat tingkat efisiensi teknis yang mencerminkan sejauhmana kegiatan produksi sektor dominan di DPP mencapai titik optimumnya, serta metode EL (Ekonometrik Logit) untuk mengetahui adakah fragmentasi produksi DPP dengan desa sekitarnya. Dalam penyusunan desain pola pengembangan ekonomi di DPP mengacu pada temuan studi pendahuluan dan trending analysis terkait dengan keunggulan potensi, permasalahan yang paling urgen, dan peluang usaha di masing-masing wilayah. Produk penelitian ini adalah : (1) peta permasalahan dan produksi dominan petani agro, (2) peta kelembagaan petani agro, (3) model pelembagaan petani agro, (4) draft model prime mover sektor pertanian agro terhadap pengembangan destinasi wisata, dan (5) artikel ilmiah (jurnal terakreditasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli Provinsi Bali, yaitu : Desa Batur Selatan, desa Songan A, desa Songan B,dan desa Kedisan. Secara umum lembaga-lembaga social kemasyarakatan yang ada di semua desa tersebut hamper sama,hanya struktur organisasinya yang sedikit berbeda, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat. (2) lembaga social dan budaya yang terdapat di desa-desa kawasan agrowisata Kintamani, pada umumnya adalah : sekehe teruna teruni, kelompok tani, gabungan kelompok tani, sekehe jogged, sekehe santi, sekehe tabuh, sekehe payus, sekehe rejang,sekehe manyi, sekehe baris, sekehe pruguh, sekehe gong, sekehe gambuh, lembaga perkreditan desa, desa adat, prajuru desa adat, koperasi unti desa,kelompok penyakap,dan kelompok peternak. (3) pada desa-desa kawasan agrowisata di Kintamani, terdapat lahan yang masih cukup besar untuk dimaksimalkan pemanfaatannya, yakni berkisar antara 10 sampai 100 hektar di setiap desanya. Namun, berdasarkan hasil survey di lapangan, hanya sebagian kecil dari lahan tersebut yang merupakan milik penduduk setempat. (4) potensi kawasan Kintamani pada dasarnya bersandar pada keindahan alam dan modalitas social budaya masyarakat itu sendiri. (5) masih ditemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh masyarakat desa kawasan agrowisata pada umumnya dan petani pada khusnya, terutama pada aspek-aspek khusus, seperti: aturan desa dan pengelolaan lembaga sosial dan budaya desa, luas dan kepemilikan lahan, system permodalan, pemanfaatan sumber daya, dan system penjualan.

Downloads

Issue

Section

Articles