PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI IMPLEMENTASI FALSAFAH TRI HITA KARANA (Studi Kasus di Kabupaten Buleleng Bali)
Main Article Content
Abstract
Kabupaten Buleleng memiliki kepadatan penduduk yang tergolong tinggi. Tingginya kepadatan penduduk telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap produksi sampah. Setiap hari Kabupaten Buleleng menghasilkan sampah sebesar 185,4 m2 yang bersumber dari daerah pedesaan dan perkotaan. Masalah sampah ini telah menjadi masalah yang sangat serius yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, karena sampah telah membuat lingkungan menjadi kumuh, bau busuk, jorok dan menjijikkan, menimbulkan penyakit serta sangat mengganggu keindahan dan kelestarian lingkungan. Adapun beberapa penyebab masalah Persampahan di kabupaten Buleleng adalah: (1) masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Hal ini terlihat dari kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya dan (2) belum adanya solusi teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah. Masyarakat Hindu yang memiliki dasar falsafah Tri Hita Karana perlu diimplementasikan untuk menuntun sikap dan perilaku dalam melestarikan lingkungan dalam bentuk membangun, memelihara dan mengamankan lingkungan melalui penanganan sampah. Langkah konkrit yang perlu diambil adalah dengan mengambil peran masyarakat dengan melibatkan komponen sekolah, kelurahan, pemerintah dan rumah tangga sebagai penghasil sampah untuk memisahkan sampah organic dan sampah non organik. Dengan pemisahan ini maka para pemulung akan mengambil sampah non organik yang akan diteruskan ke pengepul barang rongsokan. Sedangkan sampah organik dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Selain langkah di atas juga diusulkan teknologi EM (Effektive Micro Organism) untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik serta teknologi Incinerator untuk mengolah sampah menjadi pembangkit tenaga listrik.
Kata-kata kunci: Sampah, Tri Hita Karana, Pemberdayaan