ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI PREDIKTOR BANK FAILURE DI INDONESIA
Isi Artikel Utama
Abstrak
ABSTRAK
Dalam menilai suatu perusahaan untuk pengambilan keputusan investasi, investor dan kreditor sangat membutuhkan informasi tentang perusahaan terutama mengenai informasi akuntansi. Salah satu lembaga keuangan yang berkepentingan terhadap informasi keuangan adalah sektor perbankan. Dimana, informasi keuangan tersebut juga nantinya dapat digunakan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank, serta bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank, untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Adanya fenomena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah mengakibatkan perubahan yang kurang menguntungkan hampir di semua bidang. Kerapuhan sektor keuangan khususnya lembaga perbankan, seperti adanya kecenderungan menurunnya keuntungan dan semakin meningkatnya risiko usaha yang dihadapi bank. Untuk mengantisipasi munculnya kesulitan keuangan sehingga menimbulkan kegagalan pada bank, perlu disusun suatu sistem yang dapat memberikan peringatan dini (early warning) adanya permasalahan keuangan yang mengancam operasional bank. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi perbankan maka sangat memungkinkan bagi bank tersebut melakukan langkah-langkah antisipatif guna mencegah agar krisis keuangan segera tertangani. Salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai kegagalan bank (Bank Failure) adalah Economic Value Added (EVA). EVA merupakan suatu perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata operasi perusahaan. Salah satu hal yang membuat EVA berbeda dengan penghitungan konvensional lain adalah digunakannya biaya modal dalam perhitungannya, yang tidak dilakukan dalam penghitungan konvensional.
Kata-kata kunci: Economic Value Added, Bank failure.