Mengkontekstualisasi Kajian Pascakolonial dalam Bali Kontemporer
DOI:
https://doi.org/10.23887/jcs.v3i1.33922Keywords:
Pasca Kolonial, Bali KontemporerAbstract
Artikel ini mengkaji tentang usaha untuk mengontekstualisasikan teori-teori pasca kolonial ke dalam fenomena Bali kontemporer. Meskipun Bali tidak lagi berada di dalam era penjajahan, namun warisan kebudayaan mental masih dapat disaksikan di dalam praktik kebudayaan, yang kemudian dikomodifikasi untuk kepentingan industri pariwisata. Pada titik ini, kajian pasca kolonial yang dirintis oleh Gayatri Spivak, Edward Said hingga Homi Babha bisa dipakai sebagai pisau bedah untuk melihat sejauh mana jejak superioritas penjajah terhadap inferioritas terjajah pada konteks Bali kontemporer. Di dalam struktur masyarakat Bali kontemporer yang terbentuk aibat persinggungan dengan globalisasi yakni kelas menegah, turut mengadopsi perspektif eksotis kolonialistik untuk meromantisir kebudayaan Bali demi kepentingan ekonomi-politik neo-liberal yang difasilitasi oleh pariwisata budaya.References
Bagus, Prof. Dr. I Gusti Ngurah, 1999, Keresahan dan Gejolak Sepuluh Tahun terakhir di Bali: Beberapa Catatan tentang Perubahan Sosial di Era “Glokalisasi” dalam Henri Chambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary (ed), Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, Jakarta, EcoleFrancaisedExtreme-Orient, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Yayasan Obor Indonesia.
Gandhi, Leela, 2001, Teori Poskolonial, Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat, Yogyakarta, Qalam.
Robinson, Geoffery, 2006, Sisi Gelap Pulau Dewata, Sejarah Kekerasan Politik, Yogyakarta, LKiS.
Nordholt, HenkSchulte, 2002, Kriminalitas, Modernitas dan Identitas dalam Sejarah Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Picard, Michel, 2006, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata, Jakarta, KPG.
Santikarma, Degung, 2003, “Monumen, Dokumen dan KekerasanMassal”, Kompas, 1 Agustus 2003.
Santikarma, Degung, 2004, “Sweeping” Bali, ‘Sekala” dan “Niskala”, Kompas, 7 April 2004.
Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (ed), 2004, Hermeneutika Pasca Kolonial, Soal Identitas, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.