APPLYING JANGOI FOLKLORE FROM PENYENGAT ISLAND ON ELT
Kata Kunci:
Folklore, Jangoi, ELTAbstrak
Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia telah menjadi sebuah tantangan. Dalam kurikulum pendidikan nasional terdapat sebuah gagasan untuk memasukkan folklore ke dalam ELT (English Language Teaching). Peneliti memandang Provinsi Kepulan Riau (Kepri) memiliki kekayaan budaya yang bisa dieksplorasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini menggagas cerita rakyat Jangoi untuk dijadikan materi dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Jangoi adalah sebuah cerita rakyat dari daerah pesisir Pulau Penyengat yang sudah diceritakan turun temurun di Kepulauan Riau dan khususnya di Pulau Penyengat. Maka permasalahan penelitian ini adalah bagaimana Jangoi dapat dijadikan materi pembelajaran bahasa Inggris, bagaimana kemampuan siswa dalam memahami teks Jangoi, dan bagaimana pendapat para guru bahasa Inggris terhadap penggunaan cerita Jangoi. Metode yang digunakan adalah R and D, dengan adaptasi, yaitu 1) tahap analisis dan konsiderasi, 2)desain dan pengembangan, 3)tahap implementasi Jangoi dalam ELT, dan tahap 4)Evaluasi. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa sebelum cerita rakyat Jangoi dapat menjadi materi pembelajaran ELT diperlukan tiga tahapan awal yaitu transliteration, translation, dan validasi penerjemahan. Dari ketiga tahapan awal tersebut materi ajar cerita rakyat Jangoi dapat diaplikasian kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa siswa dalam memahami Jangoi adalah baik, dan terakhir, guru Bsahasa Inggris berpendapat bahwa Jangoi dapat dijadikan bahan ajar yang baik untuk ELT.
Referensi
Barfield, S. C., & Uzarski, J. (2009). Integrating Indigineous Cultures into English Language Teaching. English Teaching Forum, 2(1), 2–9.
Bean, M. S. (1999). The Role of Traditional Storied in Language Teaching and Learning. In M. R. MacDonald (Ed.), Traditional Storytelling Today: An International Sourcebook. Routledge.
Borg, W. R., & Gall, M. D. (2003). Educational Research: An Introduction (4th ed.). Longman Inc.
Brown, H. D. (2000). Principle of Language Learning and Teaching (4th ed.). Longman Inc.
Danandjaja, J. (1994). Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongen dan Lain-lain. Pustaka Utama Grafiti.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2001). The Systematic Design of Instruction (5th ed.). Addison Wesley Educational Publisher Inc.
Geeslin, K. L., & Long, A. Y. (2014). Sociolinguistics and Second Language Acquisition: Learning to Use Language in Context (First). Routledge.
Hyland, K. (2003). Second Language Writing. Cambridge University Press.
Kramsch, C., & Hua, Z. (2016). Language, Culture, and Language Teaching. In G. Hall (Ed.), Routledge Handbook of English Language Teaching (pp. 38–50). Routledge.
Malagina, A. (2019). Pulau Penyengat Pulau Kecil dengan Warisan Budaya Melayu yang Besar. National Geographic Indonesia. https://nationalgeographic.grid.id/read/131640656/pulau-penyengat-pulau-kecil-dengan-warisan-budaya-melayu-yang-besar?page=all
McGriff, S. J. (2000). Instructional Systems. Penn State University.
Melliti, M. (2013). Global content in global coursebooks: The way issues of inappropriacy, Inclusivity, And connectedness are treated in headway intermediate. SAGE Open, 3(4). https://doi.org/10.1177/2158244013507265
Shu, X. (2019). Sociolinguistics in Language Learning and Language Teaching. Open Access Library Journal, 6(E5650).
Sudartini, S. (2012). Inserting Local Culure in English Language Teaching to Promote Character Education. Jurnal Pendidikan Karakter, 2(1), 45–54.
Suseno, T. (2005). Pulau Paku. Basma Grafika.
Taylor, E. K. (2000). Using Folktales. Cambridge University Press.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Pradipta
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.